yudistira ishak abrar

Pappa Jack Asian Cuisine menjadi salah satu tenant yang mengisi area dalam Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Dari segi desain, kafe ini sangat menarik dengan menampilkan percampuran gaya modern, eighties dan industrial. Tempatnya nyaman, lengkap dengan fasilitas stop kontak dan ruang smoking di area belakang. Menurut saya Pappa Jack disini tampil sangat menonjol dibanding tenant sejenis di lokasi yang sama. Pelayanan disini pun ramah, cepat dan sangat membantu.

Segelas Coffee O (Rp.23.000,-) Teh Tarik (Rp.23.000,-) dan seporsi Fried Banana with Cheese (Rp.33.000,-) menjadi menu yang menemani saya saat akan boarding di bandara. Untuk kopi mengeluarkan karakter klasik tradisional khas seduh kopi tubruk. Teh tariknya cukup milky namun tetap kaya akan aroma. Pisang goreng kejunya diiris-iris tipis lalu dibalut tepung, sehingga menyuguhkan tekstur yang renyah pas digigit. Pisang gorengnya enak banget, manisnya berkaramel, SKM nya banyak, taburan parutan kejunya juga melimpah...

Ta Wan menjadi salah satu restoran favorit saya bersama keluarga. Selain variasi menu dan porsinya banyak, cita rasanya pun cocok dengan selera lidah kami. Nah salah satu gerai Ta Wan yang ga begitu jauh dari rumah berada di Daerah Cibinong, tepatnya di Cibinong City Mall atau CCM. Secara desain interior sih masih sama seperti gerai-gerai di tempat lain, yaitu bergaya modern minimalis dengan unsur serta warna kayu yang dominan. Pelayanan disini pun cepat, jadi saya dapat dilayani dengan baik.

Bubur Special 3 Rasa (Rp.30.000,-) semangkuk bubur dengan tiga jenis topping berbeda, yaitu ayam, udang dan ikan dengan tambahan daun bawang juga cakwe. Porsi yang large ini beneran banyak, jadi bisa dinikmati oleh 2 bahkan 3 orang sekaligus. Rasanya gurih dan selalu ngangenin, ga ditambahin kecap manis, kecap asin, merica atau pun sambel aja udah enak banget. Apalagi topping-nya juga melimpah, jadi hampir tiap suapan dapat dinikmati bersama lauk.

Hot Plate Beef (Rp.49.500,-) tersaji dalam keadaan panas, menu ini berisi potongan daging sapi yang dimasak dengan gaya oriental bersama irisan bawang bombay, daun bawang, timun dan paprika. Kuahnya sangat kentel creamy, karena ada tambahan maizena. Rasa lada yang lembut langsung terasa, seiring dengan aneka komponen lain yang teksturnya masih segar dan kres kres. Untuk dagingnya sendiri cukup empuk untuk tingkat kematangan well done.

Antara Watermelon Juice (Rp.19.500,-) dan Orange Juice (Rp.18.500,-) saya lebih suka watermelon alias jus semangka karena terasa lebih fresh dan menggunakan buah segar, beda dengan jus jeruk mereka yang sepertinya menggunakan jus kemasan. Rasa manisnya beda memang antara buah asli dengan minuman olahan, meskipun jus buah aslinya diberi tambahan gula. Tapi secara keseluruhan, keduanya mampu meluruhkan sensasi gurih dilidah dan menyegarkan tenggorokan...

Bounce Cafe di bilangan Kelapa Gading ini berada di dalam area wahana bermain trampolin. Bangunan megah berbentuk hanggar berisi berbagai macam lapangan bermain lompat-lompatan yang mengasyikan. Ada yang dibuat mirip lapangan papan seluncur, lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis, lapangan basket, matras bela diri dan area mandi busa lengkap dengan perosotan serta dinding yang dapat dipanjat. Sempet cobain beberapa wahana sudah cukup buat saya yang rasanya agak terlalu tua untuk menikmati berbagai macam permainan disini.

Bounce Cafe sendiri mengisi area di lantai dua sehingga dapat melihat sekeliling area bermain yang luas dari ketinggian. Barisan kursi berlapis jok kulit warna hijau dan jingga menjadi tempat duduk disini. Meski sudah berdiri sekitar 5 tahun tapi tempatnya masih tertata dengan rapi. Pelayanan disini pun jempolan, para pegawai langsung dengan sigap melayani disertakan senyuman yang melingkar. Tak hanya itu, mereka pun sangat informatif dan menguasai berbagai macam menu yang ada disini. Sedikit dapet bocoran, ternyata disini merupakan restoran vegetarian, jadi cocok nih buat kamu penggiat diet sehat.

Menu cemilan bernama Fried Mushroom (Rp.32.000,-) menjadi sajian pembuka kali ini. Irisan jamur, entah jenisnya apa saja saya sendiri tidak begitu yakin, yang dibalut tepung lalu digoreng dan disajikan didalam wadah unik bersama cocolan olahan saus special serta saus tomat. Balutan tepungnya begitu renyah jadi terasa kriuk-kriuk saat digigit. Sangat kontras dengan isian jamur didalamnya yang masih terasa lembut dan gurih. Personally saya bukan penyuka jamur, tapi menu ini sukses bikin saya jadi suka pake banget.

Masuk ke hidangan utama, ada seloyang Pizza Meat Lover (Rp.68.000,-) dengan ukuran diameter kurang lebih 30 centi. Adonan pizza dibuat tanpa tambahan telur, hanya mengandalkan tepung dan beberapa bahan lain. Karena ketebalan adonannya begitu tipis jadi teksturnya sangat renyah. Potongan sosis dan smoked beef-nya ternyata bukan terbuat dari olahan daging sapi maupun ayam, justru diracik menggunakan kacang kedelai dan beberapa jenis jamur yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai irisan sosis. Meski demikian, rasanya engga kalah gurih dari daging sapi atau ayam beneran lho.

Masih belum puas, saya pun mencoba hidangan ala western lain yang bernama Mac & Cheese Hotdog (Rp.45.000,-) tersaji diatas nampan kayu, hotdog ini hadir bersama kentang goreng, salad dan cocolan dua jenis saus. Tekstur rotinya tuh lembut banget, lelehan keju mozarella diatasnya memberikan sensasi chewy saat ditarik dan dikunyah, serta menambah rasa gurih. Seperti namanya, hotdog ini pun diberi isian olahan macaroni yang telah dimasak dengan saus krim sehingga mengeluarkan karakter makanan gurih bercita rasa manis, and i really love it. Bagian paling segernya juga terdapat pada salad yang diberi dressing asam manis.

Bukan hanya sajian ala barat, Bounce Cafe juga memiliki beberapa jenis menu khas Indonesia seperti makanan favoritnya Barrack Obama, Nasi Goreng Kampung (Rp.44.000,-) porsinya banyak jadi mungkin cukup dinikmati oleh 2 orang dewasa. Tampil anggun diatas piring hitam, hidangan ini ditemani salad, lalapan dan kerupuk bawang warna warni. Rasanya gurih dan sedikit manis. Engga kaya di tempat lain, Nasi Goreng Kampung ini tanpa telur, tapi rasanya tetep special kok. Karena ada tambahan olahan makanan yang terbuat dari sayuran sebagai lauk pengganti.

Menu yang paling ajaib tapi nyata adalah Chicken Satay (Rp.48.000,-) saat mencobanya saya engga menemukan keanehan pada menu ini, karena ya dimana pun menu sate ayam akan sama saja. Tapi ternyata sate ayam disinipun terbuat dari olahan kacang kedelai dan jamur yang diracik sedemikian rupa sehingga memiliki rasa seperti daging ayam. Saya sampe terkecoh karena rasanya yang beneran kaya ayam dengan tekstur serat yang lembut. Bumbunya pun ada dua, ada bumbu kacang dan bumbu kecap yang diberi tambahan irisan bawang serta cabe. Saya suka banget sih sama sate di Bounce ini, selain lebih sehat dan kaya serat, rasanya pun sangat nikmat.

Untuk melengkapi kenikmatan bersantap di resto vegan ini, saya pun memesan minuman Strawberry Juice (Rp.35.000,-) terbuat dari buah strawberry segar, sudah pasti rasanya kaya akan vitamin, serat, manis dan ada sensasi asam yang menyegarkan saat diseruput. Penampilannya pun elegan meski hanya diberi hiasan sebuah strawberry saja dibibir gelas. Selain itu juga ada Rainbow (Rp.42.000,-) sejenis minuman mocktail tanpa alkohol tentunya yang tampil cantik dengan warna warni cerahnya, merah, kuning dan biru. Sensasi sodanya lembut, manis asam menyegarkannya juara banget. Nendang abis sob.

Dan terakhir saya pun mencoba minuman berbasis kopi mereka yaitu segelas Hot Piccolo (Rp.30.000,-) hiasan latte art diatasnya menjadi pelengkap yang membuatnya tampak elegan. Saat saya hendak menyesapnya, aroma biji kopi hasil pemrosesan mesin espresso sudah tercium sangat kuat, membuat hati ini langsung tak sabar ingin segera menikmati rasanya. Benar saja, saat piccolo ini mulai masuk dan menyentuh lidah, saya langsung merasakan sensasi kopi yang kuat penuh akan karakteristik asam. Posisi susu selain sebagai penghasil hiasan cantik, juga menjadi faktor penting dalam menghasilkan tekstur creamy...

Semakin sukses sebagai penyaji kopi kekinian, Kopi Nako kembali membuka gerai baru. Bukan di Bogor (daerah asal kedai kopi ini) tetapi mereka memilih lokasi di Jalan Raya Lapangan Tembak, Jakarta Timur, di salah satu unit Ruko Cibubur Indah. Kalau biasanya barisan kaca nako menjadi bagian dari jati diri Kopi Nako di setiap gerainya, disini saya tidak menemukannya satupun. Identitas mereka terlihat dari polesan semen ekspos yang melapisi keseluruhan bangunan tiga lantai dan mural bergambar barisan rumah dibeberapa sudut ruang.

Saat mampir, meski terbilang baru, keadaan sangat ramai. Aktivitas pemesanan yang dilakukan di depan, sempat membuat pengunjung sedikit mengular. Memfasilitasi kebutuhan pengunjung yang beragam, Kopi Nako menyiapkan area smoking dan non smoking dengan jumlah luas yang sama. Lantai satu sepenuhnya non smoking, lantai tiga sepenuhnya smoking bergaya rooftop dan lantai dua menyediakan keduanya, baik smoking dan non smoking.

Desain Kopi Nako yang tampak bergaya modern menjadi daya tarik bagi para pengunjung, terutama kaum remaja yang ingin menikmati kopi sambil mengobrol bersama teman dengan suasana yang santai. Beberapa saat saya perhatikan ada juga dari mereka yang tenggelam dalam perangkat gawainya, baik ponsel maupun laptop, dan beberapa lagi sibuk berfoto-foto dengan kostum terbaik yang sengaja mereka siapkan untuk itu.

Segelas Es Kopi Nako Duren (Rp.29.000,-) langsung menjadi pesanan saya dikunjungan kali ini. Kenapa? Karena sejak pertama kali mengenalnya di Kopi Nako jilid 2 di Depok, kopi susu plus duren ini sangat berkesan dari segi rasanya yang aduhai. Dan ya, rasanya masih sama dari terakhir kali saya menyesapnya. Potongan buah duren asli yang mengendap, langsung mengisi tiap seruputan kopi susu saat diaduk rata sehingga membuat siapapun yang meminumnya langsung merasa bahagia, termasuk saya. Nuansa kopi susu yang creamy, manis, bertemu dengan aroma serta rasa duren kuat, menciptakan sebuah rasa baru yang begitu nikmat.

Tidak berhenti disitu, saya pun memesan minuman kedua yang belum pernah saya coba di gerai Kopi Nako dimanapun, yaitu segelas Taro Latte (Rp.29.000,-) karena sudah terpampang nyata keseriusan mereka dalam menghidangkan aneka minuman ala kafe, jadi otomatis si Taro Latte-nya pun engga mengecewakan. Kombinasi bubuk taro dan susu pilihannya sangat pas, sehingga menyentuh indera pengecap saya dengan manis lembutnya. Warga-warga Jakarta Timur, terutama daerah Cibubur pasti senang dengan kehadiran Kopi Nako ini...

Pagi di Gramasi Coffee, menikmati suasana Jakarta yang sedang cerah sambil melihat geliat aktivitas warga bersepeda atau sekedar jalan sehat, tentu menjadi nuansa baru yang sudah lama tidak saya rasakan. Coffeeshop baru ini sudah terlihat dari posisi saya disebrangnya, yaitu dari Stasiun Cikini. Bangunan yang tidak terlalu besar sebenarnya, tapi tampak megah dan terlihat begitu menggoda untuk disapa serta dikunjungi.

Area terbagi tiga, area outdoor depan yang mengisi teras bersisian dengan trotoar, area indoor berpendingin yang terdiri dari mini bar, kasir, barista area serta seating table dengan bangku semen dan terakhir ada ruang disebelahnya yang dibuat untuk smoking area dengan jendela-jendela kuno yang tampak artistik. Wah dijamin betah deh berlama-lama disini meskipun areanya engga begitu luas, karena memang cukup nyaman.

Pagi ini saya dan teman-teman memesan dua paket kopi yaitu Paket Coffee A (Rp.35.000,-) Gramasi Ice Coffee with Mini Croissant Ovomaltine dan Paket Coffee B (Rp.35.000,-) Americano with Mini Croissant Cinnamon, serta secangkir Cafe Latte (Rp.25.000,-) Gramasi Ice Coffee yaitu es kopsus kekinian yang menurut saya oke banget, nuansa kopi, susu dan gula arennya seimbang. Americano mereka pun nyegerin, engga encer dan sensasi fruity serta acidity-nya bikin saya jatuh cinta.

Cafe Latte Gramasi pun engga main-main, seolah ga mau kalah sama coffeeshop megah di daerah Jaksel, baik aroma, rasa dan teksturnya tuh bisa dibilang perfect. Creamy, milky, kopinya pun engga tenggelam. Croissant Cinnamon dan Ovomaltine nya pun oke punya nih. Karena menu paket, jadi ukurannya kecil, tapi meski demikian rasanya pun tetep enak, sensasi renyah puff pastrynya dapet, isiannya pun juara baik si cinnamon maupun ovomaltine...

Kelapa Gading selalu ready stock kafe-kafe unik nan unyu yang baru. Salah satu yang terbaru adalah Kopi Boleh Juga yang berada di Jalan Acordion. Sebuah hunian dirombak menjadi kafe nyaman bergaya desain artistik. Sebuah lorong mungil yang merupakan smoking area bergaya bar menjadi akses masuk dengan latar rumput sintetis bertuliskan “grateful”.

Pas buka pintu, bagian kafe ini seolah terbagi dua putih dan abu-abu. Keduanya memiliki nuansa berbeda yang bikin betah. Sebuah boneka beruang besar menjadi ornamen ruang yang sangat ngegemesin. Selain itu pintu masuk ke toilet disini pun sangat unik karena berbentuk rak buku, jadi berasa masuk kedalam ruangan rahasia gitu. Keren deh.

Saya mencicipi beberapa minuman seperti Bold Coffee (Rp.19.000,-) yaitu es kopi susu dengan double shot espresso jadi tekstur kopinya lebih berasa. Lalu ada juga Earl Grey Tea Cheese Cream (Rp.19.000,-) yang terasa lembut, creamy dan engga terlalu manis. And the last but not the least ada Honey Lemon Ginger Tea (Rp.19.000,-) yang mirip jamu rasa jahe manis.

Tak lupa seporsi Roti Bakar Cinnamon (Rp.15.000,-) sebagai temen ngopi. Rotinya diisi cinnamon dan disiram SKM, jadi rasanya khas gitu, manis dan aromatik. Bagian paling edannya, mereka meletakan edible gold diatas roti, jadi berasa anak sultan pas makan ini...

BeansBro merupakan kafe kedua di ibukota yang ramah difabel yang pernah saya kunjungi. Kafe ini berlokasi di jantung Kelapa Gading, yaitu di Jalan Boulevard Raya, jadi sangat mudah untuk ditemukan. Dari luar sih BeansBro ini agak tertutup, sehingga terkesan misterius. Tapi saat sudah masuk kedalam, ternyata suasananya sangat nyaman dengan karakter desain sangat maskulin bergaya modern industrial.

Lantai dengan penambahan ubin pengarah, menjadi salah satu petunjuk bahwa BeansBro siap dikunjungi semua kalangan termasuk mereka penyandang disabilitas. Tak hanya itu, fasilitas toilet pun sudah didesain ramah bagi pengguna kursi roda dan pegawai disini pun merupakan para difabel. Salut sama konsep mereka yang engga hanya berorientasi pada dunia bisnis saja, tapi juga memikirkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi temen-temen yang memiliki keterbatasan, sekaligus tempat yang ramah difabel.

Berhubung kami datang serombongan dan telah makan siang sebelumnya, jadi hanya memesan beberapa jenis minuman yang BeansBro sediakan, seperti Americano (Rp.16.000,-) Broreo (Rp.25.000,-) Pinky Promise (Rp.25.000,-) dan Hot Chocolate (Rp.18.000,-). Kaget sih sama harga yang mereka patok, secara di Kelapa Gading masih ada ya kafe yang memasang harga murah seperti ini?! Keren.

Meski harganya murah, tapi soal rasa engga murahan lho, seperti Americano misalnya. Menggunakan 60% robusta Temanggung dan 40% arabica Gayo, sensasi rasanya bisa sesmooth dan se-clean itu. Paduan bitter dan acidity-nya pas, meski komposisinya didominasi oleh robusta tapi rasa-rasanya hampir seperti full arabica. Broreo mereka pun kentel, creamy dan manis. Begitu pula dengan Hot Chocolate-nya yang tampil memukau, perpaduan antara dark dan milky.

Beruntung sang owner menyapa dan mengajak kami ngobrol yang berujung pada ditawarinya kami akan dua menu makanan yang ada disini. Akhirnya kami pun mencicipi Lumpia dan Chicken Mushroom. Bukan karena gratis ya, tapi keduanya emang beneran enak. Lumpianya renyah dengan isian yang banyak dan sambal yang aduhai. Chicken Mushroom mereka pun juara deh, nasinya pulen, ayamnya empuk dan saus mushroom nya gurih serta creamy dilidah...