yudistira ishak abrar

Tiga rasa roti besutan Tous Les Jours ini memikat rentang usia 30 an keatas. Mereka adalah Goguma Bread (Rp.18.000,-) Pandan Love (Rp.15.000,-) dan K-Red Bean (Rp.15.000,-). Sesuai dengan isiannya, bentuk serta warna Goguma Bread mirip ubi jalar ungu. Teksturnya begitu lembut dengan sensasi rasa ubi manis madu. Kalau si Pandan Love berbentuk clover yang isian pasta pandannya terlihat dari luar. Aroma, rasa dan tingkat manisnya pas. K-Red Bean nya pun tak kalah mempesona dengan isian kacang merah tumbuk yang pulen sedikit manis...

Seolah seperti anak sekolah yang sehabis ujian lalu naik kelas, Margo pun nampak demikian. Konsep baru Margo City melahirkan tentant baru yang bisa dibilang sangat meningkat, baik dari segi kualitas maupun harganya. Kehadiran Sushi Hiro salah satunya. Mengisi area tengah atau main hall lantai 2, Sushi Hiro tampil elegan seperti gerainya di lokasi lain. Langit-langit berhias guntingan kertas berbentuk bunga yang membuatnya terlihat seperti kupu-kupu tampak begitu khas.

Area duduknya dibuat berliku dengan bagian tengah ruang disulap menjadi mini indoor garden yang teduh. Barisan meja bar mengisi sudut ruang, khusus bagi mereka yang datang sendirian sambil disuguhkan pemandangan para sushi maker bekerja. Saat masuk saya disambut hangat oleh semua pegawai secara serempak, begitupun yang terjadi saat saya meninggalkan tempat. Memang dari segi pelayanan mereka sangat baik, ramah, informatif dan inisiatif.

Agedashi Tofu (Rp.30.000,-) berisi tiga potong tahu sutera berselimut tepung lembut mirip mochi, lalu diberi siraman kuah manis, asin dan gurih. Taburan daun bawang dan katsuobushi yang melimpah menambah cita rasa serta aroma ditiap suapannya. Selalu suka dengan konsep sajian gurih tapi menyelipkan nuansa manis yang membuatnya jadi lebih menyenangkan.

Gyoza Miso Soup (Rp.25.000,-) kuah miso menguarkan aroma harum bercampur irisan daun bawang. Rasa kuah begitu umami, yaitu keseimbangan rasa asin, gurih, manis dan sedap dalam rasio yang sempurna. Kental tapi tetap lembut saat diseruput. Tekstur gyoza begitu lembut dengan isian olahan daging ayam padat yang mengeluarkan sedikit karakter jahe serta daun bawang.

Hiro Deluxe Sashimi (Rp.180.000,-) irisan salmon, tuna, gindara, cumi, salmon belly dan tamago disajikan estetik diatas wadah berbentuk tangga lengkap dengan serutan lobak dan daun oba sebagai alas serta irisan jeruk lemon. Tak hanya sebagai alas, menyantap sashimi bersama oba, lobak dan perasan jeruk lemon membuatnya jadi jauh lebih nikmat. Ada tekstur crunchy dari lobak, rasa asam segar dari lemon dan penambah aroma dari daun oba.

Secara kualitas, semua potongan daging bahari disini tak perlu diragukan. Paling favorit tentunya si salmon yang selalu kenyal, lembut dan meleleh dimulut. Cuminya juga ga mau kalah. Teksturnya hampir mirip sari kelapa yang kenyal, empuk dan juicy. Tamago mereka didominasi oleh rasa manis dengan suhu dingin. Saat disantap setelah sebelumnya dicelupkan kedalam soy sauce, barulah terasa keseimbangan rasanya...

Pamulang, salah satu daerah di Tangerang Selatan yang sejatinya hanya butuh waktu tempuh sejam dari Depok. Meski tidak begitu jauh, tapi wilayah ini luput dari daftar tujuan saya berburu kopi. Namun siang ini, entah ada angin apa, akhirnya sampai juga saya ke Waktu Temu coffee & Eatery yang berada di Pamulang Permai tepat di Jalan Permai Raya 1. Dari Jalan Raya Pamulang, kafe ini mudah dicari karena berada di paling depan gerbang sebuah perumahan.

Menjadikan hunian sebagai tempat nongkrong, mereka cukup berhasil mengantarkan kesan homey nan nyaman. Polesan cat putih begitu senada dengan unsur kayu pada kusen, sekat dan furnitur yang dipilih. Bentuk bulat serta asimetris pada beberapa jendela kaca membuatnya tampak estetik. Waktu Temu membagi dua wilayahnya, indoor dan outdoor. Selain itu pemesanan makanan dan minuman pun terpisah yaitu untuk makanan di dalam sedangkan minuman berada di luar. Pelayanan disini ramah, membuat saya semakin terkesan.

Meskipun belum pukul tiga, tak ada salahnya saya memesan Kopi Jam 3 (Rp.25.600,-) minuman basis kopi susu gula aren yang tampil memikat dengan gradasi warna coklat, krem dan pekat gula. Tak perlu dipertanyakan, rasanya pun semenarik tampilannya. Teksturnya creamy, lembut, bercampur sempurna setelah diaduk dengan baik. Manisnya mampu membawa serta karakter kopi juga susu dengan lembut. Menyenangkan sekali rasanya.

Sempat penasaran akan seperti apa wujudnya, ternyata si Banana Roll (Rp.25.600,-) ini terlihat seperti pisang goreng yang tersusun cantik diatas piring biru berhias buah strawberry, daun mint, taburan gula bubuk, kayu manis dan madu. Pemilihan pisang yang tepat alias sudah matang alami merupakan kunci utama sehingga rasa manisnya mampu mengeluarkan sensasi karamel natural. Tambahan madu hanya menjadi pelengkap sekaligus memperkaya rasa…

Menghuni lantai dua Gandaria City, Raa Cha tampil dengan ciri khasnya bergaya ala negeri seribu pagoda. Pintu masuk berwujud seperti lorong dengan rak berisi ragam menu yang dapat dipilih dan diambil langsung. Mulai dari sayuran, daging marinasi, daging polos, beragam side dish yang kesemuanya disimpan dalam piring satuan. Pilihan minumannya pun bervariasi, mulai dari aneka teh sampai ke berbahan dasar susu.

Kesempatan kali ini saya memilih dua jenis daging sapi untuk di grill dan di rebus. Selain itu juga ada daging ayam marinasi manis, beberapa buah side dish serta selada. Untuk kuah shabu-shabu saya memilih tomyam. Cita rasanya yang segar, sedikit asam, pedas dan gurih membuat makan siang kali ini terasa nikmat. Cocolan favorit saya yang mirip saus kacang dan saus cabai pedas manis. Minuman berupa teh sereh menjadi pelepas dahaga yang cocok dan menyegarkan...

Lama tak berwisata kuliner pinggir jalan, membuat saya kangen akan momen khasnya yang selalu bersahaja. Membayar harga-harga makanan membumbung tinggi yang menguras kantong belum tentu memberimu kepuasan setelahnya. Tidak dengan aneka makanan pinggir jalan yang meskipun murah tapi rasanya tak jarang sangat memuaskan. Segala keterbatasan membuat pengunjung memaklumi kondisi ruang, asal bersih dan rapi pasti tak akan jadi soal.

Seperti sudah dibayangkan dan memang diniatkan singgah ke salah satu kedai soto mie mana saja seketemunya, akhirnya pencarian saya berhenti di Soto Mie Bogor Mang Maman 2. Lokasinya berada tak jauh dari pertigaan Depok 2 sebelah kanan jalan setelah pasar swalayan TipTop. Gerobak yang menjadi ciri khas tiap kedai soto mie pun bercokol didepan, menegaskan bahwa mereka memang khusus menjual itu. Areanya mungil, tapi sangat rapi dan bersih. Pelayanannya bagus, cepat juga ramah.

Soto Mie Daging Kikil (Rp.17.000,-) selain potongan daging sapi dan kikil, didalam mangkuk juga terdapat mi kuning, bihun, kol, risol, tomat dan daun bawang yang diberi kuah bening. Seperti yang sudah saya bayangkan sebelumnya, sensasi menyegarkan kuahnya sudah langsung memenuhi rongga mulut meski belum diberi racikan tambahan seperti perasan limau, sambal atau kecap sekalipun. Isiannya banyak, cukup untuk menjadi lauk menyantap nasi yang kebetulan dijual dengan harga terpisah.

Menu lain yang ga kalah adalah Soto Santan Daging (Rp.20.000,-) yang mirip dijajakan di warung-warung soto Betawi. Kuah kuning pekat dengan bercak sedikit minyak begitu menggoda buat diseruput. Benar saja, saat mengecap sesendok kuahnya saya langsung disuguhkan sensasi gurih santan dengan aneka bumbu rempah yang nikmat dan kental. Isian dagingnya empuk ditemani potongan tomat, daun bawang, emping dan bawang goreng. Es Jeruk (Rp.6.000,-) tak lepas dari daftar pesanan, supaya menetralisir lidah dari rasa gurih selain tentunya sebagai pelepas dahaga...

Lama tak menikmati sajian di Waroeng Steak & Shake, akhirnya hari ini saya kembali mampir untuk makan siang. Tak banyak perubahan pada interior ruang, hanya sekarang tak ada lagi dinding di bagian muka restoran, seluruh area duduk langsung terpampang nyata dari luar. Meja kasir yang dulu tampak old school kini terlihat lebih modern dengan layar LCD TV yang menampilkan barisan menu silih berganti.

Ternyata beberapa menu baru pun hadir. Penasaran saya sudah pasti memesan salah satunya yaitu Dori Steak Cheese Sauce (Rp.34.000,-) dengan segelas Kopi Susu Gula Aren (Rp.24.000,-). Tersaji diatas piring panas mendesis beralas kayu, menu ini berisi ikan dori berselimut tepung dengan siraman saus keju menyala kekuningan. Teksturnya lembut, rasanya gurih dengan saus yang lumayan enak bernuansa keju.

Es Kopi nya cukup menyegarkan, meski memang terlalu didominasi oleh manisnya gula aren serta susu yang milky. Karakter kopi tampaknya hadir malu-malu, seolah hanyut oleh derasnya dua komponen tersebut. Tapi secara keseluruhan, saya masih menikmati kedua menu yang dipesan siang ini. Seolah membawa saya kembali ke masa silam, dimana baru pertama kali berkenalan dengan steak harga bersahabat...

Menikmati sore di Citraland, akhirnya langkah kaki ini mengantarkan saya ke sebuah coffeeshop yang sudah sangat terkenal asal Amerika yaitu Starbucks. Karena berkunjung di hari Minggu, wajar kalau kondisinya cukup ramai. Beruntung masih ada dua kursi nyaman di salah satu sudut ruang yang menurut saya sangat cocok buat bersantai. Meski suasana dipenuhi pengunjung hingga antre dikasir, tapi sang pegawai masih mampu memberikan pelayanan yang baik. Mereka masih memberikan ragam informasi yang dibutuhkan dengan ramah.

Diantara beberapa jenis kue terbaru Starbucks, saya justru tergoda dengan Blueberry Ribbon Cheesecake (Rp.40.000,-) selain lapisannya yang menarik, warnanya yang biru keunguan pun menggoda. Si cantik ini terdiri dari empat lapisan mulai dari atas hingga ke bawah. Gel bercita rasa blueberry berhias semacam saus kental menyusul olahan keju dengan isian blueberry jam dibawahnya. Lalu ada soft cake blueberry serta crumbs pada dasar kue. Sensasi serta teksturnya hampir mirip pannacotta karena saking lembut dan tidak begitu padat. Rasa manisnya pas, ada sensasi asam segar khas blueberry dan nuansa keju yang ga begitu kuat.

Mango Passion Frappe Blended (Rp.49.000,-) dan Americano (Rp.38.000,-) merupakan dua jenis minuman untuk menemani santai sore kali ini. Mango Passion Frappe Blended berukuran grande ini harus ditunggu beberapa saat sebelum akhirnya dapat dinikmati lebih maksimal, yaitu pada saat tekstur es nya mulai mencair. Rasanya menyegarkan karena memadukan asam manis khas markisa serta mangga. Lain lagi dengan Americano mereka yang memang selalu tampil pekat tanpa ditemani kandungan apa-apa. Aromanya menguar sesaat sebelum saya menyeruputnya dari ujung gelas plastik yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat disesap tanpa harus membuka tutupnya...

Ketika akhirnya ruang tertutup di salah satu sudut Margo City telah dibuka, saya pun menyegerakan pergi kesana. Ialah Monsieur Spoon yang kini bercokol di area lobby paling kanan yang berhadapan langsung ke arah Margo Hotel tersebut. Sedikit cerita tentang mereka, kafe ini bermula dari Bali sekitar 10 tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2012. Penamaan Monsieur Spoon sendiri diambil dari julukan seorang pastry chef yang secara harfiah berarti bapak sendok, yaitu sendok khusus yang selalu mendampinginya tiap kali bekerja di dapur.

Kembali ke gerai Monsieur Spoon di Margo City, pengunjung disambut hangat oleh para pegawai berpenampilan anggun tak ubahnya pramugari berkebaya dengan rambut ditata rapi serta senyum mengembang. Suasana ruang dibuat senyaman dan semewah restoran-restoran di ibukota. Dominasi warna hijau yang tampak meneduhkan mata dipadankan dengan meja marmer, kursi anyam serta barisan bangku berlapis jok. Chandelier yang menggantung di langit-langit menambah kesan menawan.

Barisan pastry pun saya coba mulai dari Lemon Meringue Tartlet (Rp.38.000,-) Strawberry Cromboloni (Rp.38.000,-) Pistachio Black Chocolatine (Rp.39.000,-) Almond Chocolatine (Rp.36.000,-) Cheese Croissant (Rp.36.000,-) Chococo (Rp.25.000,-) dan Madeleine (Rp.10.000,-) kesemua pastry yang saya pesan tak ada yang gagal. Wajar, karena mereka memang ahli di bidang artisan bakery atau roti yang sengaja dibuat dengan sebuah adonan induk sendiri hingga melahirkan beragam jenis roti aneka bentuk serta rasa. My favourite Lemon Meringue Tartlet dan Strawberrt Cromboloni.

Beberapa jenis minuman mulai dari basis kopi, mocktail dan jus pun saya coba. Ada Cappucino (Rp.38.000,-) Iced Cafe Latte (Rp.41.000,-) Spring Purple (Rp.44.000,-) Indulgent Hot Chocolate (Rp.38.000,-) Bali Mix Juice (Rp.41.000,-) dan Exotic Juice (Rp.42.000,-). Seperti tak ingin ketinggalan dengan menu pastry, minuman mereka pun cukup memuaskan. Favorit saya sudah pasti Cappuccino dan Indulgent Hot Chocolate. Setelah puas menikmati menu mereka, kembali lagi kesini nampaknya menjadi keharusan. Selain rasa yang juara, suasana serta pelayanannya pun sangat apik...

Berada jauh dari hiruk pikuk Margonda Raya, Kopi Per Hari justru bercokol di daerah Krukut, Limo. Mengadopsi ruang duduk terbuka, dimana gaya ini merupakan kesukaan pengunjung akhir-akhir ini, mereka tampak masa kini sekaligus kasual. Bangunan mungil yang menjadi barista area merangkap kasir mengisi bagian depan halaman dengan sign age yang cukup terlihat dari pinggir jalan. Selebihnya tempat duduk beratap langit beralas semen poles serta kerikil siap memanjakan tamu ditemani semilir angin. Setengah area lagi beratap kanopi, berjaga kalau turun hujan jadi tamu tetap dapat menikmati kudapan tanpa harus meninggalkan tempat.

Long Black (Rp.20.000,-) base espresso yang digunakan mengedepankan karakter kopi bitter beraroma sangrai. Meski tidak begitu bold, tapi rasanya tetap kuat mengisi seluruh rongga mulut saat diseruput. Menyegarkan meskipun kandungan aciditynya berada jauh di belakang. Gabin Tape (Rp.18.000,-) tersaji cantik dengan polesan susu kental manis cokelat, dua keping gabin tapi diberi garnish peterseli. Tekstur biskuitnya sangat renyah, jadi langsung rapuh pas digigit. Isian tapenya cukup manis dan lembut. Perpaduan sempurna antara segelas kopi dengan kepingan gabin tape yang manis...