Ika Nurhayati

Tempatnya memang cantik. Sampai-sampai beberapa orang mengabaikan makanan yang sudah terhidang di meja saking sibuk foto-foto. Yang jadi sasaran utama foto - sampai antre - adalah tembok bata bertuliskan Tell Your Story di area terbuka di lantai 2. Siang jelang weekend saja Two Stories cukup ramai, mungkin weekend lebih heboh lagi ya. Meski ramai, pelayanan tetap ramah dan sigap.

Area non-smoking di lantai bawah juga ditata keren dan tampak nyaman. Sampai bingung mau duduk di sebelah mana saking terlihat nyaman semua sudut. Isi menu juga bikin bingung, banyak pilihan. Teman saya pesan thai bibimbap. Sementara pesanan saya kalau enggak salah judulnya semacam dori sambal matah dengan nasi kunyit yang ternyata merupakan nasgor. Tapi enak kok, sampai tandas saya melahap makanan ini. Thai bibimbap juga enak tapi lucu saja karena meski judulnya berbau Korea, tapi dibumbui dengan sambal ala thai dan disajikan dengan nasi ala jepang. Kami enggak pesan makanan lain karena habis itu masih mau jalan ke tempat lain, padahal masih ada yang menggoda kayak salmonballen, indonesian nachos, dan tentu saja buat saya menu kopinya.

Hampir dua jam kami hang out siang itu, karena tertahan hujan deras juga sih. Tapi no worries karena di sini tersedia musala.

Beberapa kali melewati Jalan Sancang, mata mesti melirik ke sini. Dari depan Imah Nini sudah kelihatan mencolok, karena warna temboknya beda sendiri dibandingkan bangunan lain di sekitarnya. Konsepnya menarik. Sesuai nama, kafe ini berhiaskan perabot vintage alias jadul. Dari mebel, mesin tik, radio, sampai rantang. Warna-warni pula jadi berasa di zaman flower power. Lucu nih kalau mengajak ortu ke sini.

Agak awkward pas masuk ke dalam kafe berlantai 2 ini, karena pengunjungnya bapak-bapak semua ha ha ha ya kebetulan saja sih. Karena cuma menumpang mengopi sebentar, sekalian balik ke Stasiun Bogor, cukup pesan iced hazelnut latte (30 ribu). Latte yang lumayan enak meski kopinya agak ringan. Di sini selain makanan dan minuman yang tercatat menu, juga jual jajanan semacam keripik atau pai dalam kemasan. Tergoda juga bungkus rengginang, murah kok 15 ribu rupiah.

Saya tidak familier dengan Bogor tapi Dailydose mudah ditemukan dengan Google Maps saja. Bagian luarnya identik dengan kerangka jendela warna turquoise, bagian dalamnya nyaman banget karena banyak sofanya. Kafe ini bisa memuat pengunjung di kisaran 30-40 orang. Stafnya ramah.

Pas saya masuk, dua meja ditempati anak sekolah dan satu meja lain diisi orang yang bekerja di depan laptop. Di sini selain minuman tersedia camilan, termasuk cake di etalase, dan makanan berat. Saya pesan iced hazelnut latte dan mac and cheese ball serta membungkus s'mores pie.

Semua oke kecuali satu detail. Sirup hazelnut menyisakan rasa nyelekit, itu sama dengan yang saya rasakan di sebuah kafe di Depok dan Lotte Shopping Avenue sehingga di kedua tempat itu saya tidak pernah pesan lagi kopi hazelnut.

Padahal kopi yang dipakai untuk minuman Dailydose ini enak, double shot lagi sepertinya karena pekat. Dan gelasnya besar! Jadi kopi di sini tetap boleh banget dicoba.

Tempat makan cantik terus bertumbuhan di Bogor, Lemongrass tetap paling heitsss. Terus terang kalau dilihat biasa saja, tapi pas difoto tempat ini jadi cakep banget. Enggak habis-habis rombongan ibu-ibu atau keluarga berfoto bareng di sana-sini. Datang di hari kerja, sudah lewat jam makan siang, masih penuh sehingga saya melipir ke area smoking di bawah. Untung yang merokok cuma 1 orang jadi enggak seberapa terganggu asap rokok, cuma rada kepanasan saja karena areanya yang semi terbuka.

Mampir sebentar sebelum jenguk teman di PMI, saya pesan siomay (22 ribu), lumpia udang kulit tahu (24 ribu), dan brokoli bawang putih (36 ribu). Semuanya enak jadi puaslah dengan kunjungan ini. Apalagi pelayanan jempolan, staf-stafnya dengan senang hati memotret pengunjung, sampai menawarkan mengambil gambar dari sudut-sudut yang berbeda.

Dari kawasan Pandu Raya, Baked & Brewed pindah ke tengah kota dan lebih kelihatan, dekat Sempur dan Taman Kencana. Alhasil pas datang, pas masih liburan Lebaran juga sih, lokasi baru ini penuh, saya dan suami hampir enggak kebagian tempat. Walau ramai pelayanan tetap ramah, cuma penyajian salah satu pesanan agak lama.

Baked & Brewed selain menyajikan kopi dan minuman lain kayak cokelat dan teh, juga makanan berat dan cake. Oh ya lokasi lama lagi direnovasi dan akan dibuka kembali, namun dengan nama yang beda karena konsepnya beda. Kalau enggak salah di lokasi lama menunya lebih ringan, tetap ada kopi yang jadi andalan kok.

Mampir sebentar, selain pesan iced cafe latte (30 ribu) yang saya suka banget karena cukup murah, kopinya pekat, dan terlebih karena ada jejak rasa wafer, saya mencoba cold brew dengan susu putih (35 ribu). Sementara suami minum hot chocolate (30 ribu). Cold brew tanpa rasa manis ini sebetulnya enak, malah saya sudah suka saat mencicipinya sebelum dicampur dengan susu. Namun karena diburu-buru suami, jadi enggak sempat menikmati jejak rasanya ha ha ha. Mau banget balik lagi secara iced cafe latte Baked & Brewed jadi salah satu favorit saya dan mau juga coba makanan beratnya.

Dari luar kelihatannya biasa, tapi begitu masuk ke dalam, Fleudelys berkesan mewah. Apalagi di lantai duanya, selain dihiasi bangku sofa yang nyaman, warna sofa dan tembok biru royal yang identik dengan kesan elegan. Tapi harga makanannya enggak bikin ngeri kok. Pantas kata teman yang mengajak ke sini, ini tempat favorit untuk arisan. Fleudelys yang berkapasitas 100 orang ini juga ideal untuk acara kecil karena menawarkan makanan ala buffet sesuai pesanan.

Direkomendasikan nasi goreng buntut (55 ribu tanpa tax dan service lagi, yeay), saya pesan itu. Untuk minuman, semula mau pesan icepresso latte atau semacam coffee ice cubes, tapi stok kosong, jadinya saya beralih ke healthy green juice (30 ribu). Sementara teman saya pesan fettuccine carbonara (45 ribu) dan air mineral.

Nasgornya enak. Porsinya besar, pedasnya sedang, dan potongan dagingnya banyak. Kalau acarnya sedikit lebih banyak, oke banget deh jadinya. Jusnya segar, lupa campurannya, yang pasti ada daun mint dan nanas. Untuk fettuccine biasa saja, sedikit terlalu creamy buat saya.

Staf ramah banget, pelayanan mereka pun bagus. Jadinya betah hang out di sini dan kalau lagi di area Cibubur, mau banget mampir lagi. Apalagi masih ada beberapa hidangan yang bikin penasaran, kayak singkong dengan saus keju, yang tidak muat ditampung perut ini pada kunjungan ini.

Kafe yang unik di Kota Wisata. Dinding dan meja bar di lantai 1 penuh hiasan bertema penerbangan. Katanya sih kafe ini milik eks pilot, jadi enggak mengherankan. Sayang dunia penerbangan itu not my cup of tea, jadi kurang paham detail hiasan di kafe ini. Lantai 2 katanya bergaya Amerika, tapi sayang saya enggak naik ke atas.

Singgah sebentar, saya dan mengopi dan ngemil saja. Saya pesan kopi signature di sini, fly the wind sea salt coffee (32 ribu) dengan homemade sea salt creme di atasnya dan teman pesan black sesame matcha (34 ribu).

Ada kejadian lucu pas pesan camilan. Kami melihat staf menyajikan onion rings kepada seseorang, kayaknya pemilik kafe. Wujud onion rings itu menggiurkan, jadi kami berinisiatif pesan satu porsi tanpa mengecek buku menu dulu. Staf itu bilang sambil tersenyum kecil, camilan itu enggak ada di dalam menu. Ternyata itu adalah camilan yang masih dalam proses food testing dan dipertimbangkan masuk menu. Yay! Perkara onion rings saja sih, tapi karena terlihat renyah dengan luarnya keemasan, bikin ngiler he he he. Akhirnya kami pesan pop corn chicken dip sauce (33 ribu).

Fly the wind sea salt coffee, yang merupakan perpaduan americano dan buih sea salt creme dan juga tersedia versi dinginnya, minuman yang unik. Ada asinnya tapi tidak berlebih, malah membuat americano tidak terlalu pahit. Nah black sesame matcha yang recommended banget, karena wijen hitam pekat rasanya dalam minuman blended ini.

Awal mengudap pop corn chicken, kami berkomentar, rasanya asin, tapi tangan terus merogoh ke dalam wadah camilan ha ha ha. Eh tapi lama kelamaan kok enak dan habislah si pop corn chicken kami ganyang.

Senang hang out di sini, karena stafnya ramah dan hidangan yang kami coba tidak mengecewakan. Kalau main di Kota Wisata lagi pasti mampir.

Mampir di sini jelang senja. Semakin gelap, Kala Senja yang kapasitasnya sedang dan cukup nyaman ini semakin ramai. Area non-smoking ada di bawah, area smoking di teras dan di atas, dibatasi pintu kaca agar asap rokok tidak menghambur ke bawah.

Sedia camilan dan bermacam minuman kopi sampai bingung memilih. Minuman selain kopi ada pula pastinya. Saya pesan risoles bolognaise--ada juga isi ayam dan mayo--dan strawberry macchiato. Risolesnya lumayan. Strawberry macchiato yang pakai perasa stroberi ini enak juga. Kayaknya yah, CMIIW, kopinya pakai robusta juga, tapi begitu perasa stroberi ini teraduk rata, mengimbangi rasa kopi yang agak kuat. Kata teman saya, matcha latte juga oke. Sesuailah dengan harga minuman di sini yang masih di kisaran 20 ribuan.

Sudah beberapa kali lewat dari arah Cilandak, penasaran juga. Kafe 2 lantai dengan kutipan islami di dinding ini tidak terlalu besar tapi homey. Selain meja untuk beramai-ramai, ada juga meja yang cuma dihuni 2 bangku. Jadi nyaman buat pengunjung kayak saya, yang suka menumpang bekerja di kafe sendirian, karena enggak mengganggu pengunjung lain. WiFi di sini kencang. 

Saya datang jam 10.30 dan stafnya nampak belum siap, padahal katanya buka jam 9 he he he. Mungkin karena di samping kopi, saya juga mau pesan makanan berat yang mungkin jarang orang pesan di jam itu.

Yang saya suka, meskipun pesanan saya iced latte boleh memilih biji kopi arabika, karena saya kurang suka robusta. Jadi saya pilih iced latte (30 ribu) dengan biji kopi arabika dan nasi goreng aceh (43 ribu) yang direkomendasikan, dengan tingkat pedas bisa disesuaikan. Suka iced latte ini, ada jejak rasa cokelat dan madu (sok tahu lagi). 

Saya jarang banget makan nasgor aceh jadi kurang paham rasa autentiknya, tapi nasgor Kopibian ini enak buat saya, porsinya besar dengan isi potongan daging dan udang, plus topping telur dadar, kacang goreng, dan garnis sayur.

Akhirnya sampailah di sini, harus niat mengingat jauh dari rumah. Biar tahu suasana juga ya kan dan ternyata tempatnya tak sebesar yang terlihat dalam foto banyak orang. Tapi kalau soal nyaman, tak usah diragukan apalagi dikelilingi pepohonan dan tanaman, menjadikan tempat ini sejuk dan asri.

Untung pas saya datang lagi tak ramai, tapi semakin siang semakin padat pengunjung. Saya pesan hot cappuccino (28 ribu), beef mushroom quiche (30 ribu), dan cookie shot (25 ribu), teman saya yang datang belakangan pesan hot mocha dan bread pudding with ice cream (28 ribu).

Kopi Popolo selalu enak, no complaint then. Quiche juga recommended, base-nya kokoh, kejunya berasa, lalu isi jamur dan daging asap juga enggak pelit. Sedemikian enak (dan lapar) sampai lupa seruput cappuccino.

Sayang untuk cookie shot, cookie-nya terlalu tebal sehingga susah digigit. Mungkin sebaiknya dipadankan dengan susu hangat sehingga lebih cepat empuk. Bread pudding juga kurang lumer, rotinya terlalu padat. Rasa kayu manisnya, yang lazim ada pada bread pudding, tidak terdeteksi.

Namun Popolo selalu jadi tempat yang menyenangkan buat menikmati kopi, baik di Sentul maupun di Kota Bogor.