Ika Nurhayati

Suka banget sama Darling Habit yang ini! Dibanding yang di Tebet, area non-smoking lebih nyaman dan super cute! Sama bergaya rustic dan bisa dibilang ada unsur shabby chic juga. Spot buat foto pastinya banyak.

Pas saya tiba jam 11 lewat, sayang makanan yang agak berat kayak lasagna dan potato gratin belum dikirim dari Tebet. Jadi saya order croissant gurih yang kelihatannya menarik, garlic triple cheese croissant, juga hot cappuccino.

Garlic triple croissant harganya lumayan, 34 ribu (sampai hari ini masih diskon 15 persen) tapi lumer banget! Paling enak deh dimakan hangat-hangat. Baik rasa garlic maupun keju sama-sama keluar, tak ada yang mendominasi. Tapi just curious apakah harga di sini lebih tinggi daripada di Tebet, walau untuk croissant secara kualitas membaik, jadi enak banget.

Untuk hot cappuccino saya rasa disajikan terlalu panas, jadi rasanya datar saja tanpa aftertaste. Sejauh ini saya masih belum cocok dengan kopi Darling Habit.

Sudah beberapa kali ke sini dan bingung mau review karena yang diminum itu-itu lagi alias iced raspberry latte. Nah kali ini beda deh, pesan iced vanilla sweet cream cold brew, yang harganya dimulai dari 41 ribu untuk ukuran tall.

Hasilnya, saya lebih suka vanilla sweet cream cold brew ini dibanding raspberry latte. Mungkin karena proses cold brew atau pakai biji kopi lain, entahlah, di ujung sesap cold brew ini ada sensasi rasa cokelat, yang enggak pernah saya dapati di kopi susu Starbucks lainnya. Terus enggak terendus bau kopi robusta di minuman ini. Cobain deh!

Soal tempatnya Starbucks Kuncit ini cukup luas, tapi berhubung lokasi dekat perkantoran sering penuh, termasuk pas saya datang ini.

Kafe khas Papua milik pasangan Ale dan Nia ini letaknya di sebelah Ranch Market Kemang. Tidak terlalu besar, lantai 1 cukup nyaman karena bersofa walau tata meja terlalu rapat, saya tidak naik ke lantai 2 yang area smoking. Area parkir sempit, mobil maksimal 2, teman saya sempat menumpang parkir sebentar di pinggir jalan. Datang ke sini bersama teman yang asal timur Indonesia buat makan papeda, nasi kuning papua, dan apa sajalah yang ada cakalangnya. Padahal kami tiba jam 1 siang, makanan berat sama sekali belum tersedia karena bahan baku masih dalam perjalanan. Maklum sih karena ini kafe baru dan mungkin bahan baku dari daerah asal makanan tidak mudah diperoleh di sini, tapi alhasil kami batal maksi di sini dan cuma ngemil, karena menunggu sampai jam 2.30 siang, hidangan khas belum siap. Stafnya sampai pegal kayaknya dirongrong pertanyaan kami dan para penghuni meja pojok, tapi dia tetap menjawab dengan full senyum. 

Untungnya, kopi di sini enak. Saya mencicipi kopi yang judulnya kopi gula bakar (45 ribu belum tax-service), semacam creme brulee latte. Pakai kopi papua pastinya, kalau enggak salah Moanemani, saya suka karena kopinya yang berkarakter bold mengimbangi manis gula bakar yang jadi topping. Teman saya pesan thai tea (35 ribu), lumayanlah. 

Lalu kami pesan camilan lumpia dan kue bola persipura yang diolah dari ubi. Keduanya enak, apalagi lumpianya yang berisi udang. Tapi harganya lumayan sih, lumpia yang aslinya cuma 3 potong itu (penyajian 6 potong karena dibelah dua) itu 45 ribu dan bola-bola ubi persipura itu 35 ribu. Harga papeda dengan ikan kuah kuning juga tinggi, 125 ribu kalau enggak salah ingat, tapi masih bisa diterima mengingat bahan bakunya datang dari jauh. Anyway kami bakal balik lagi buat makanan khas Papua dan kopi susu mamakota. Mudah-mudahan sudah tak ada masalah ketersediaan bahan pangan lagi. 

D'Crepes yang paling sering saya kunjungi karena dekat kantor. Hampir selalu pesan yang isinya Silver Queen, terus request crepe-nya dibuat agak kering biar renyah. Enggak bosan sih makan yang Silver Queen ini, karena saya suka cokelat ini diolah dengan apa pun termasuk juga martabak. Harganya sekarang 22 ribu rupiah.

Selain itu paling pesan yang isinya chili dog dan spicy tuna. Tapi rasanya biasa, cuma pedasnya bikin enak.

Lupa cek akun IG Portafilter sebelum jalan, mampir sore bulan lalu, lokasi akan ditutup untuk acara khusus. Tapi untungnya kami masih diperbolehkan mengopi di situ sekitar setengah jam. Karena keterbatasan waktu selain kopi, saya dan teman cuma mencicipi cake.

Saya pesan ice cube hazelnut (45 ribu) dan raspberry mille crepe (42 ribu). Teman saya pesan cold brew (30 ribu) dan my body quencher (45 ribu) dalam kemasan sehingga mudah dibawa kalau tidak habis, plus nastar crumble (40 ribu).

Bisa dibilang cake di Portafilter recommended. Teman suka nastar crumble, katanya cake ini lembut dan selai nanasnya banyak. Raspberry mille crepe pun lumer di mulut, selai raspberry bikin cake lapis ini manisnya tidak nyelekit.

Sayang buat saya kopi dalam ice cube hazelnut tidak terasa, rasa manis terlalu dominan. Sayang juga saat itu sudah kehabisan waktu buat mencicipi kopi lain seperti latte. Tapi kata teman saya, cold brew enak apalagi harganya termasuk murah buat kopi sejenis. Demikian juga my body quencher yang berkomposisi air kelapa, chia seeds, dan jeruk nipis, tapi soal harga mengingat botolnya tak besar, lumayan deh. 

Setelah ada teman yang bekerja di Agro, baru mampir. Dua jam lebih berada di sini suasana cukup ramai, pengunjung datang bergantian. Desain interiornya hampir sama dengan Crematology lain, berjendela besar, berperabot kayu dan rotan. Bagian belakang area non-smoking nyaman buat laptopan karena paling terang dan dilengkapi soket di bawah bangku kayu.

Saya perhatikan kebanyakan orang datang buat mengopi saja sembari mengobrol atau meeting kecil, jadi enggak heran sih kalau menu makanan berat terbatas. Di jam maksi saja cuma berapa gelintir yang pesan menu makanan berat. Tapi kalau pilihan brownies selengkap di cabang lainnya, termasuk ada yang rasa red velvet.

Karena lapar saya pesan spageti aglio e olio (80 ribu). Spageti rada mahal tapi enaaak dan spagetinya berbahan gandum. Lalu ini kali pertama saya mencoba iced latte (39 ribu) di Crematology karena di tempat lainnya baru mencoba piccolo dan hot latte kalau enggak salah.

Entah karena kopinya asam--ada teman pernah komen begitu--atau saya lebay karena setelah iced latte kemudian tambah hot cappuccino (34 ribu), habis itu perut bergolak. Eh bukan berarti kopinya enggak enak ya, apalagi yang double shot itu, enak cuma sayang disajikan di gelas plastik tanpa label jadi serasa minum Ind**afe.