Ika Nurhayati

Dulu kalau lagi berhalangan puasa, senangnya nongkrong di Tebet Green. Tapi setelah Tebet Green dibongkar, pindah ngetem ke Senayan City. Lah jauh ya.

Habis makan sendiri terus belanja agak kalap, tujuan terakhir saya adalah St. Marc Cafe buat mengopi. Wah dibanding bulan puasa tahun lalu, kali ini enggak pakai antre. Selain pesan iced almond latte, seperti biasa pesan chococro juga. Kali ini coba yang rasa stroberi.

Ternyata dibanding rasa cokelat dan yang ada karamelnya itu, apalah namanya lupa, yang dulu buat saya sudah enak, chococro rasa stroberi ini lebih enak lagi. Harganya lumayan, 26 ribu, tapi bolehlah sesekali ya apalagi rasanya oke. Pastry-nya renyah diisi selai stroberi yang agak creamy, segar manis rasanya. Cocok deh ngemil ini dengan iced almond latte (43 ribu, ukuran small tapi gelasnya sudah cukup besar) yang jejak rasanya agak pahit. Bakal segera beli lagi karena akan ada acara bukber dekat sini.

Lewat jam makan siang di hari puasa, masih perlu antre setengah jam. Tapi katanya sih menunggu setengah jam hingga pesanan di tangan, untuk tempat yang lagi hits ini, termasuk lumayan cepat. Tempat makannya sendiri tidak besar, jadi kebanyakan orang pesan takeaway atau pakai jasa ojek daring.

Saya pesan takeaway 2 regular platter (55 ribu) dan 1 large platter combo (80 ribu), yang terdiri dari nasi briyani dengan bumbu hot sauce dan white sauce, potongan ayam, potongan daging sapi, sayur, roti pita plus tambahan saus putih (11 ribu). Oh ya pas sampai di kassa lihat ada baklava (25 ribu), sekalian bungkus 4 potong.

Karena saya suka nasi briyani, platter combo rasanya enak saja. Apalagi kalau tersendok bagian nasi yang berlumur hot sauce, wah tambah enak. Hot sauce-nya berasa banget pedasnya padahal hanya dituangkan sedikit ke dalam platter oleh pramusaji yang sigap melayani pesanan.

Sayang baklava-nya big no no buat saya. Saya apresiasi filo pastry-nya yang mudah-mudahan homemade, tapi rasa baklava ini cenderung anyep, kurang penuh isinya. Potongannya pun terlalu besar dibandingkan baklava di negeri asalnya.

Mampir juga di sini karena resto tujuan semula penuh. Siang di bulan puasa itu - mumpung enggak puasa, main ke Senci - MAM relatif sepi, tapi ada saja sih satu dua meja terisi. Tempatnya sendiri tidak besar tapi penataannya apik dan pencahayaannya juga bagus, kapasitasnya 24 orang.

Nama hidangan sih lucu. Ada the disastr burger yang dipetik dari nama Instagram salah satu pemiliknya, hidangan andalan MAM. Namun saya tertarik dengan rice bowl yang judulnya K-pop, J-pop, dan I-pop bowl, yang masing-masing ternyata diracik dengan bumbu khas Korea, Jepang, dan Indonesia. Maunya sih pesan K-pop dengan saus gochujang, tapi karena lagi enggak boleh makan telur yang ada dalam rice bowl ini, saya pesan I-pop bowl dengan lauk potongan lidah sapi pedas dan tumis sayuran. Nasinya boleh pilih nasi putih, nasi merah, atau nasi cokelat, dan saya pilih yang terakhir.

Rasa I-pop menurut saya enak, potongan lidah sapinya lembut dan sambalnya terasa banget. Apalagi ada sayur segala, jadilah ini makanan yang mendukung gaya hidup sehat. Tapi seporsi rice bowl ini pricey untuk harga 77 ribu rupiah. Soalnya porsinya juga enggak besar, walau mungkin bahan-bahannya berkualitas dan segar ya.

Untuk minum saya pesan jus Fruithouse (40 ribu) yang judulnya glowing skin, dengan campuran rasa wortel, apel, dan nanas, ini standar sih harganya untuk jus cold-pressed dan rasanya segar. Oh ya untuk pelayanan top deh, staf ramah, informatif, dan sigap dalam membersihkan meja yang baru ditinggal customer.

Tempat ini sepertinya nyaman. Tapi pas saya datang Kamis yang kebetulan tanggal merah, ulala sumpek, nyaris saja enggak dapat tempat di area nonsmoking. Hampir di semua meja pengunjung sibuk di hadapan laptop, yang entah kapan kelarnya. Untung stafnya sigap banget melayani kami.

Ada meja kayu besar menganggur di dekat toilet, digeser ke tempat kosong yang cukup nyaman, kemudian melengkapinya dengan dua buah kursi kayu. Voila, jadilah saya dan teman saya bisa duduk, mana mejanya besar jadi cukup menampung pesanan kami. Nah sekitar 10 menit duduk, entah staf atau pemilik memperhatikan, bangku yang diduduki teman saya goyang - padahal teman saya ini juga enggak sadar lo. Dia lantas menggantinya dengan bangku lain. Keren!

Kami pesan fritto misto (gorengan udang, cumi-cumi, bawang bombai, brokoli), pisang goreng, almond chocolate croissant, piccolo (sudah termasuk potongan kecil pandan sponge cake), iced latte, chai coffee latte, serta bungkus nasi goreng kebuli dan red velvet soft cookies. Yang enak menurut saya: fritto misto, almond choco croissant yang meski agak kecil tapi buttery, chai coffee latte (ini kalau perlu di-highlight), nasi goreng kebuli. Khusus red velvet cookies saya enggak ikut mencoba karena beli untuk orang lain.

Menurut saya iced latte biasa saja, kopinya terlalu ringan. Nah chai coffee latte yang salah satu minuman baru ini juga kopinya ringan, namun sesuai dengan bahan lain dalam minuman kopi yang unik ini. Awal minum kaget, karena kayak minum jahe merah dan kopinya tidak terasa. Tapi semakin lama semakin enak, rasa jahe merah menipis, ganti rasa dan wangi kulit jeruk yang dominan dengan rasa kopi yang ringan. Coba deh!

Salah satu resto baru yang lumayan ramai di Margo City. Ada area smoking juga di bagian belakang. Didominasi hidangan khas Malaysia, isi menu Uncle K banyak. Datang dengan teman, kami mencoba 3 hidangan: mie pangsit ayam madu, daging rendang fried rice, dan iced teh tarik.

Mie pangsit ayam madu enak! Harganya pun enggak mahal menurut saya ya, masih di bawah 30 ribu. Kata teman saya, nasgor rendang juga boleh direkomendasikan, karena daging rendangnya berlimpah. Sayang iced teh tariknya biasa, kurang bold, jadi kalau makan di resto ini lagi saya akan pesan minuman yang lain. Next time pengin coba roti tissue yang kelihatannya renyah dan porsinya besar itu.

Tempat cukup luas tapi penataan mejanya agak maksa ya di area non-smoking. Antarmeja terlalu rapat sehingga kita enggak nyaman mengobrol, juga enggak nyaman dipaksa mendengarkan curhat orang lain.

Bengawan Solo Coffee cabang D'Mall ini posisinya dipindah ke area pejalan kaki di dalam mal - masih lega kok samping-sampingnya buat jalan - karena lokasi lama di depan diambil alih coffee chain paling cetar. Alhasil sudah enggak ada area non-smoking lagi. Buat yang butuh ngelaptop, WiFi tetap aman.

Kebetulan datang siang hari kerja, eh ternyata ada promo buy 1 get 1 minuman dari jam 12.00-14.00. Karena minuman sea salt caramel latte masih tersedia, saya pesan itu plus bungkus iced chocolate buat suami, enggak mau rugi.

Oh yaa saya suka banget camilan-camilan di sini, dari singkong goreng, pastel dengan saus kacang sampai pisgor karamelnya. Perasaan, perasaan sih sebelum ini pastelnya seporsi dapat 2 (tapi lupa harganya) tapi kemarin itu seporsi jadinya cuma 1 dengan harga 22 ribu. Ya sudahlah namanya juga lagi pengin dan tetap enak sih.

Kali pertama saya hadir lagi di Solaria setelah 7 tahunanlah, karena dulu banget itu kecewa, beli nasi fuyunghai, fuyunghainya dominan tepung. Balik lagi minggu lalu dalam rangka mencari seonggok sayur dan teringat di Solaria ada nasi ayam goreng mentega dengan capcay.

Ayam goreng menteganya lumayanlah demikian juga jus sirsak yang saya pesan. Tapi capcaynya isinya kol dan kol dan kol, potongannya besar-besar lagi. Jadilah ini capcay yang gagal.

Yang lebih gagal lagi crispy mini wonton. Crispy-nya dapat, tapi masa wonton ini bau obat hu hu. Pantaslah saya pikir-pikir panjang banget buat balik lagi. Sayang padahal dibanding dulu tempatnya sudah lebih nyaman, kualitas makanannya enggak diperbaiki.

Lebih sering ke Starbucks di lantai bawahnya karena lebih dekat jaraknya dengan kantor, tapi sesekali ke sini kalau yang di lantai UG penuh. Biasanya sih seramai-ramainya ada saja bangku yang kosong karena tempatnya luas dan sebagai store Sbux ke-200 di Indonesia, lumayan cakep dan banyak sofanya.

Di cabang mana pun juga biasanya pesan iced raspberry latte. Nah tadi pengin tahu rasanya minuman seasonal popcorn caramel frappuccino dan pas ada promo buy 1 get 1, jadi pesan itu deh. Get 1-nya iced raspberry latte dengan susu non-fat, pesanan teman yang seleranya untuk kopi Sbux sama.

Sayang popcorn caramel frappuccino kemanisan, sampai enggak berasa kopinya. Kalau raspberry latte tetap cukup enaklah ya. Dan pelayanan, di Sbux mana pun ramah, tapi di sini ramah banget banget!