Ika Nurhayati

Baru kali ini icip es kopi susu bu lurah (19 ribu), ikutan teman saya yang sering pesan dengan bantuan ojol dari Setiabudi. Ternyata enak! Ini masuk salah satu es kopsus favorit saya jadinya. 

Menurut saya ini tipe es kopsus yang pas rasanya. Rasa manis khas gula aren ada, tapi tidak menenggelamkan rasa kopinya. Pantas teman saya si pencinta es kopsus suka banget pesan es kopi susu bu lurah.  

Kata teman saya, sekarang nama kafe tidak selalu mencerminkan isinya. Maksudnya kafe yang namanya biasa pun, ternyata tempatnya cantik dan kopinya enak. Nah Bojo dengan tagar #kupinangbojo ini kedengaran sederhana, tapi ternyata bojo satu ini bisa bikin kopi dengan berbagai rasa dan topping.

Terletak di bagian depan Tamara Center, Sudirman, Bojo dengan nuansa warna kayu dan warna hijau mint ini menawarkan beberapa macam kopi dan juga minuman lain. Bisa dinikmati di tempat kalau tidak ramai, karena di samping kontainer ada area duduk dengan 4 meja.

Sebenarnya ingin pesan es kopi putu yang pakai perasa pandan, tapi habis stoknya padahal belum sore-sore banget. Jadinya saya dan teman beralih ke es marie latte, kopi dengan susu, sedikit gula, dan taburan biskuit marie di atasnya.

Meski pakai sedikit gula dan biskuit, marie latte ini pas rasanya, enggak kemanisan. Suka deh. Sayang agak peer buat saya kalau sering-sering kemari karena jalan di depannya suka macet, jadi kurang bisa setia nih sama marie latte.

 

Teman ngidam kue berbentuk anjing yang namanya bulldog mousse terus takut kehabisan, jadilah jam setengah 9 pagi sudah ngetem di sini. Dan sepagi itu sudah beberapa meja ditempati, dengan kue idaman sudah terhidang di meja masing-masing.

Saya dan teman-teman pesan bulldog mousse (68 ribu), rabbit pie (42 ribu), dan hot chocolate dengan topping semacam marshmallow yang berbentuk muka anjing (40 ribu). Nah marshmallow itu judulnya topping ya, tapi karena kami asal taruh ke atas hot chocolate, eh malah tenggelam sampai di dasar ha ha ha. Gagal terlihat cakep deh hot chocolate ini. Oh ya minuman ini buat kami cuma menang lucu saja, karena rasa hot chocolatenya biasa.

Tapi kalau bulldog mousse, dua jempol deh. Enggak cuma terlihat cute dan bikin kami enggak kelar-kelar memotretnya, tapi rasanya memang enak. Tekstur chocolate mousse-nya lembut, di tengah mousse bakal terasa tekstur lain yang sedikit padat dan renyah, yakni semacam kue bolu cokelat dan remah biskuit. Bulldog mousse ini cukup besar jadi cocok juga buat sharing, sepadanlah rasa dan porsi dengan harganya.

Kalau bulldog mousse cita rasanya manis, rabbit pie manis segar. Saya suka lemon pie-nya apalagi base-nya karena kokoh dan ada sensasi renyahnya. Sementara topping kelincinya kalau enggak salah dibentuk dari yoghurt yang dibekukan, teman saya suka tapi kalau saya kurang. Tergantung pada selera ya.

C for Cupcakes ini sendiri tempatnya nyaman, meski tidak terlalu luas. Apalagi pas mau Natal begini, bagian depannya dihias cantik banget dengan hiasan khas Natal bernuansa keemasan. Jadilah pengunjung juga enggak kelar-kelar berfoto di situ.

Enggak menyangka Mujigae di sini luas, berlantai 2 dengan tangga penghubung di dalam resto itu sendiri. Karena di bawah penuh, saya dan teman duduk di atas. Salut banget sama para staf, karena meski suasana lumayan ramai padahal sudah lewat jam makan siang, pesanan cepat tersaji.

Karena kelaparan banget, kami kalap dan pesan banyak: bulgogi bibimbowl (43 ribu), premium beef bbq (64 ribu), korean fried chicken cheezy cream (28 ribu), beef sausage topokki (44 ribu), oden (24 ribu), dan korean lemonade (14 ribu). 

Untuk makanan Korea dengan harga masih di bawah 70 ribu plus bersertifikasi halal, porsi semuanya besar. Dari kalap, kami sampai kewalahan santap pesanan sehingga sebagian fried chicken dan oden dibungkus.

Kesukaan saya di Mujigae dari awal resto ini buka adalah topokki. Senang deh rasanya tidak berubah, topokki tetap kenyal, kulit tahunya gurih, dan saus gochujangnya tidak berlebih pedasnya sehingga bisa dinikmati banyak orang. 

Bibimbowl yang dulu pakai nama bibimbap kini terdiri dari dua pilihan, pakai topping bulgogi (daging sapi) atau daging ayam (dalgakbi). Sausnya juga ada dua pilihan, original dan spicy. Karena terbiasa dengan bibimbap daging sapi jadi saya pilih bulgogi. Topping bulgogi berlimpah, disertai potongan wortel, jagung, bawang bombai, nori, plus telur ceplok. Saus gochujangnya pedas mantap, lebih pedas dibanding pada topokki, so yang enggak suka pedas mending ambil saus original ya.

Premium beef bbq dengan topping cheese, enggak kalah sama bbq di resto-resto khusus bbq. Potongan dagingnya tebal tapi lembut, juicy sudah pasti. Label premium pada nama hidangan enggak bohong. Jadi salah satu favorit terbaru ini mah. Buat yang suka hidangan ayam, korean fried chicken cheezy cream juga enak nih. Porsinya oke buat sharing, kulit ayamnya renyah, dan krim kejunya gurih.

Oden juga wajib pesan! Rasanya kayak otak-otak goreng in a good way, ini pasti bakal saya pesan lagi pas mampir lagi di Mujigae. 

Titik Temu yang heits di Bali akhirnya tiba di Jakarta. Lokasinya di kawasan ramai kafe, Senopati, tapi bak hidden gem karena bukan di jalan utama. Kafe ini ada di bagian belakang The Shop at Myris, bersama beberapa tenant lain. Meski begitu suasananya tenang dan hangat—kalau sedang tidak ramai pengunjung.

Ruangan non-smoking di dekat bar kopi berkesan formal, dengan dua deret meja kayu panjang yang berteman bangku kulit bersandaran, berkapasitas 16 orang. Lebih asyik kayaknya mengopi di teras belakang, kalau tidak lagi hujan atau panas terik, sembari menikmati pemandangan asri bak lukisan. Tapi di dalam pun saya betah, apalagi koneksi WiFi mendukung buat kerja. Sampai saya mulanya bertujuan cuma icip kopi sebentar, eh jadinya malah ngopi, ngemil, plus menumpang kerja di sini.

Saya pesan ice coconut black (harga total 50 ribu), piccolo (40 ribu), vegetable pie (40 ribu), plain croissant (27.500)—lah kemaruuuk—dan teman-teman yang menemani di awal kedatangan pesan southern mint tea (49 ribu) dan ice latte (45 ribu). Dan saya akhirnya paham kenapa seorang teman saya suka banget minuman kopi Titik Temu. Semua minuman yang kami coba enggak ada yang mengecewakan, jadi harga minuman yang agak tinggi terbayar lunas.

Ice coconut black, dengan campuran air kelapa, segar dan tidak pahit. Ice latte pesanan teman saya pun saya suka banget. Entah pakai susu merek apa sehingga secara keseluruhan minuman ini enteng rasanya, meski dengan kopi yang masih cukup bold. Piccolo pas mantapnya, tidak milky, lalu kata teman saya lainnya southern mint tea juga oke.

Vegetable pie dan plain croissant semuanya mendukung nikmatnya mengopi di sini. Selain camilan, juga ada beberapa makanan berat, namun yang tersedia saat saya berada di sana baru rice bowl. 

Oh ya metode pembayaran di sini cashless ya.

Tempat ngopi baru di Tebet Timur, dekat dengan beberapa resto dan kafe lainnya, seperti Sallo Innyan. Hidangannya kebanyakan khas Pontianak dan Makassar. Enggak tahu juga apa Kopi Buntu ini ada hubungan dengan Sallo Innyan yang spesialisasinya masakan Pontianak, juga Bubulicious di sebelah sananya lagi karena bon berlabel Bubulicious.

Pikiran buntu, minum Kopi Buntu, begitu salah satu tagline Kopi Buntu sebagaimana terpampang di atas jendela yang membatasi ruangan smoking di depan dan non-smoking di belakang. Cukup luas buat kumpul-kumpul, pas saya berada di sana pun beberapa meja digabung untuk beberapa orang mengobrol.

Kopi Buntu punya 4 macam es kopi susu, termasuk es kopi buntu pontianak dan es kopi buntu makassar. Tapi saya lagi ingin kopi hitam, jadi pesan ice coffee (20 ribu belum tax), semacam americano. Pakai kopi house blend campuran arabika dan robusta, ice coffee ini enggak berat, cocok buat selera saya yang sukanya kopi hitam yang tidak bold.

Saya juga pesan makanan khas Pontianak, kupat colet (28 ribu). Ini ternyata ketupat plus rendang daging yang dipotong kecil, sehingga tinggal suap. Porsinya sedang, rendangnya lembut dan cukup pedas. Sampai sambal merah yang ikut tersaji bersama hidangan ini nyaris tidak tersentuh.

Saya juga pesan jalang kote (18 ribu) alias pastel khas Makassar. Ini kali pertama makan jalang kote jadi enggak punya pembanding. Menurut saya sih sama saja dengan pastel pada umumnya, tapi lumayan enak, apalagi kulitnya tipis dan renyah plus sausnya mantap.