Ika Nurhayati

Hampir selalu mampir setiap melewati gerai ini, di mana pun. Favorit saya adalah squid roll dan kali ini pun beli itu lagi, plus squid ball. Harga terjangkau, kalau enggak salah di kisaran 9 ribu-12 ribu.

Gerai Old Chang Kee satu ini berfasilitaskan tempat duduk dan bahkan stopkontak. Cukup nyaman kan jadinya kalau mau menikmati camilan di tempat.

Tujuan utama waktu mampir di TSM, sandwich yang dipuji-puji food blogger. Kata mereka chicken bolognese sandwich jadi andalan, begitu juga kata stafnya.

Akan tetapi karena saya ingin sandwich yang ada rasa pedasnya, disarankan pesan nyonya spicy chicken. Sudah tahu kan sandwich ala Liang Sandwich Bar itu bukan terbalut roti tawar melainkan roti prata, tapi saya suka sih dan itu alasan lain saya ingin beli sandwich ini. Apalagi roti pratanya tidak alot, malah lembut dan tentu ada sensasi renyahnya.

Ternikmat memang langsung disantap, meski untuk pengunjung Liang Sandwich Bar ini hanya berfasilitaskan 1 meja bulat dan 1 bangku yang bisa diduduki 2-3 orang. Untung saat itu sepi jadi saya bisa langsung makan nyonya spicy chicken sandwich. Ada rasa pedas tapi bukan yang pedas banget, mungkin dari sambal belacan yang wanginya menguar dari bagian isi sandwich ini.

Seporsi sandwich buat saya lumayan mengenyangkan. Harga 29 ribuan (belum tax) oke kok untuk sandwich yang enak ini.

Kamusuka? Aku sih suka. Kebetulan pas mampir masih berlaku BOGO, beli pinky latte (20 ribu) gratis kopi apa saja. Wah buat saya cocok, karena saya suka campuran espresso dan susu stroberi, sebagaimana pada pinky latte ini. Tapi karena suami saya enggak mengopi, saya tanya apa boleh kopi gratisnya diganti minuman susu saja, dan katanya (kayaknya pemiliknya) boleh. Yay makasih ya.

Jadi kami pesan pinky latte, susu strawberry, dan tiramisu classico original (28 ribu). Susu strawberry, ya rasanya pasti rasa susu merek itu, lagian di luaran juga enggak banyak produk susu dengan rasa stroberi. Nah pinky latte saya suka, karena seperti saya sebut di atas, saya suka campurannya. Apalagi kopinya masih terasa, enggak teredam rasa susu stroberi yang manis. Oh ya mungkin juga karena saya pesan pinky latte ini tanpa tambahan gula.

Cuma tiramisunya bukan selera saya. Soalnya salah satu lapisannya pakai bolu cokelat/moka (agak samar rasanya di antara kedua kue bolu itu), jadi agak kurang rasa khas kopi pada tiramisu.

Kamusuka ini sendiri mungil tapi cukup nyaman buat menyendiri atau mengobrol, asal lagi enggak ramai. Apalagi juga menyediakan makanan berat selain minuman dan camilan. Oh ya lokasinya setelah Cervino Village Tebet ya.

Aku sukaaa. Harga memang lumayan, total 95 ribu untuk satu boks nasi gudeg dada ayam dan satu boks nasi gudeg telur. Yang penting enak, secara jarang menemukan gudeg sesuai selera di Jakarta.

Gudegnya tidak berlebih manisnya, arehnya manis gurih, pas beradu dengan kerecek dan kuahnya yang pedasnya sedang. Satu boks gudeg telur pas buat porsi makan saya, mungkin untuk beberapa orang perlu tambahan kayak ayam atau tahu agar kenyang.

Resto Gudeg Sagan ini sendiri cukup luas, waktu saya datang sore pegawainya sedang menata meja untuk bukber berkelompok. Gudeg Sagan juga jual satai yang gerobaknya ditempatkan di teras.

Ini kafe kedua 7 Dials di Bintaro. Lebih cakep yang pertama, karena lebih banyak mural keren. Tapi mungkin di sini juga belum lengkap muralnya, karena masih ada beberapa bagian tembok yang kosong.

7 Dials yang ini letaknya persis di seberang kampus UPJ. Dekat juga dengan Stasiun Jurangmangu, bahkan sudah ada jalan pintasnya. Berlantai 2, tiap lantai ada area non-smoking baik smoking.

Saya pesan iced long black, teman saya pesan tuna pastry dan salah satu minuman signature 7 Dials, Neal’s. Oh ya nama kafe ini dan nama-nama minuman signature erat kaitannya dengan London, mungkin pemiliknya terkoneksi dengan ibu kota Inggris ini. Iced long black, untuk harga 23 ribu, termasuk murah dan bold. Recommended buat yang suka es kopi hitam.

Sementara Neal’s adalah es kopi susu dengan kopinya dibekukan menjadi coffee ice cube. Karena teman saya pesan dalam cup, kelihatannya tidak meyakinkan, karena coffee ice cube-nya ditenggelamkan oleh susu. Tapi setelah diaduk, oke nih, kopinya masih cukup terasa. Untuk tuna pastry, kulit pastry-nya sih oke, renyah dan flaky. Tapi sayang menurut saya tunanya agak amis.

 

Pakai voucer PergiKuliner, karena kebetulan lagi enggak puasa, mampir jelang sore. Area smoking di luar lebih pewe, banyak sofanya. Tapi ya saya tetap duduk di dalam ruanganlah.

Sepanjang hari itu cuaca panas, jadi meski sudah sore itu, hawa panas masih menjalari area non-smoking yang ber-AC. Untungnya ruangan dilengkapi juga dengan kipas angin, membantu mengalirkan hawa adem. 

Saya pesan iced americano (28 ribu) dan cireng (28 ribu). Iced americano ini bukan selera saya karena kayaknya pakai campuran robusta dan cukup kencang rasanya. Bukan enggak enak, karena americano ini cukup bold kok, cuma bukan selera saya saja. 

Cirengnya sendiri sayangnya agak alot. Saya sih enggak keberatan bayar harga sebegitu untuk 5 potong cireng, asal enggak alot. Sambal rujaknya juga terlalu cair, tapi rasanya enak dan pedasnya pas. 

Oh ya servis dari staf sangat baik, semua ramah dan full senyum. Salah satu pelayanan terbaik yang saya pernah saya alami.