Handi Suyadi

Sebenarnya pesan delivery dari cabang Kyai Maja, cuma karena cabang Kyai Maja ga ada di Pergikuliner maka reviewnya numpang di sini. 

Another trend that isn't (maybe never?) catch on Bandung, pisang goreng bersalut madu. Di Jakarta, pisang pisang goreng bersalut madu sempat booming hingga banyak kompetitor bermunculan. Salah satu merek yang muncul adalah Pisang Panik. Teman papa saya merekomendasikan Pisang Panik karena katanya enak. Namun sayangnya realita tidak sesuai dengan kenyataan.

Pisang Panik Original (5/10)
Barangkali bisa dikatakan pisang panik adalah contoh pisang goreng bersalut madu yang gagal. Mengapa gagal? Karena terlalu overcooked sehingga sebagian lapisan luar menjadi gosong. Akibatnya rasa pisang goreng menjadi pahit. 

Pisang Wijen (5/10)
Kalau merasa penampilan pisang panik original terlalu sederhana, ada versi lain dari pisang panik original yaitu pisang wijen. Basically sama seperti pisang panik original bedanya kali ini terdapat topping wijen. Kabar baiknya wijennya tidak gosong sehingga tidak ikutan merusak rasa.  Namun tetap saja keberadaan wijen tidak berhasil cover up rasa pisang goreng. 

Review ini agak telat ditulisnya. Baru bulan Mei ditulis karena baru ada di PergiKuliner sejak bulan April dan sempat lupa juga. Kalo ga ngecek lagi mungkin lupa selamanya. 

Grand Tasty Kitchen adalah restoran milik Trans Corp. Grand Tasty Kitchen sudah diumumkan akan buka dari awal 2020, namun entah mengapa mundur sampai akhir 2020 baru buka. Meski nama restoran sedikit berbeda dengan Tasty Kitchen di Jakarta, menu yang ditawarkan sama persis. 

Saat datang restoran sedang ramai meski sudah lewat dari jam 1. Suasana tampak hectic karena banyak pengunjung yang makan, untungnya rasa masakan tidak berantakan (kecuali ayam rebus). 

Ayam Rebus (5/10)
Bagian dalam terasa hambar, sampai akhirnya dibawa pulang untuk diolah lagi di rumah.

Sapo Tahu Ayam (7/10)
Isi tidak balance, terlalu banyak tahu jepang dan ayam sementara sayur jumlahnya sangat sedikit. 
Rasa kuah sapo tahu cuma asin saja. 

Fuyunghai (8/10)
Fuyunghai versi Tasty Kitchen cukup unik, karena bagian luar renyah. Namun bagian dalam terasa kopong. Karena itu, saus fuyunghai cepat menyerap ke bagian dalam fuyunghai seolah terendam dengan saus dalam waktu cukup lama. 
Harus dimakan sesaat setelah disajikan karena kalo sudah dingin bagian luar menjadi menjadi lembek. 

Gurame Goreng Saos Kecap (8,5/10)
Porsi saus dan gurame tidak berimbang, maka saus cepat habis sebelum semua bagian gurame habis dikonsumsi. Untungnya bagian dalam gurame tidak tawar. 

Nasi Goreng Yang Chow (8/10)
Tidak begitu buruk, namun rasanya masih dibawah tempat lain. 

Sapi ala Mongolian (N/A)
Benar-benar lupa sama rasa menu ini. Jadi tidak bisa direview. 

Ada meja terletak di depan pintu sehingga angin kencang melewati persis tepat di meja tersebut. Apesnya waktu itu duduknya di meja tersebut. Akhirnya karena ga tahan sama kencangnya angin minta pintu ditutup. 

Cozy. Itu kata yang tepat untuk menggambarkan ambience Critoe Coffee. Tempatnya memang nyaman untuk nongkrong dengan sirkulasi udara alami. Dijamin bikin betah berlama-lama di sana. 

Untuk perihal minuman sayangnya tidak sebagus tempatnya. Tidak terlalu buruk-buruk amat tapi biasa saja. 

Eskosu Pandan (7/10)
Sama sekali tidak terasa pandan. Hanya terasa kopi susu saja di lidah saya. Untungnya rasa kopi susu cukup lumayan. 

Tidak terdapat area non-smoking. Jadi kalo mau mau menghindar dari asap rokok ya untung-untungan bisa dapat meja yang bebas dari perokok.

Kerja kelompok membawa saya ke sini. Kalo ngeliat dari tempatnya bener-bener bagus buat nongkrong. Suasananya benar-benar cozy banget. Namun bukan untuk sekalian kulineran. 

Crunchy Dory Cream Pasta (5/10)
Spaghetti terasa kebanyakan dicampur dengan MSG, sedangkan fried dori terlalu berminyak. Endingnya rada eneg gitu rasanya.

Hazelnut Latte (7/10) B aja rasanya. 

Tadinya mau pesan pada Christmas Eve, terpaksa dibatalkan karena Bandung mengalami banjir dimana-mana. Musibah tersebut mengakibatkan banyak ojol yang tidak bisa beroperasi. Beberapa hari kemudian tepat pada malam tahun baru akhirnya dapat kesempatan setelah gagal order menu di Royal Dynasty karena antrian sudah terlalu panjang. 
Wagyu Meltique (8/10)
Secara kualitas, wagyu meltique masih dibawah wagyu beneran. Saat digigit sangat kentara perbedaan kelembutannya. 

Wagyu Tenderloin (10/10)
Jelas, karena menggunakan wagyu sungguhan tentu saja betulan enak. 

Chicken Steak (9,5/10)
Surpisingly meski bagian luar tampak overcooked, bagian dalam sama sekali tidak keras. 

Crispy Pork Belly (8/10)
Crispy Pork Belly bukanlah menu spesialis OZT. Menariknya OZT bisa memasak pork belly dengan baik. Memang tidak seenak restoran spesialis, tapi tetap sesuai kodratnya. Gurih dan renyah. 

Pork Ribs (5/10)
Meski diposisikan sebagai menu unggulan, pork ribs versi OZT sangat mengecewakan. Bumbu tidak seenak restoran spesialis pork ribs. Selain itu, bumbu hanya menempel di bagian luar saja. Bagian dalam malah hambar seolah tidak dikasih bumbu, 
Banyak bagian luar yang gosong karena overcook, untungnya bagian dalam tidak sampai menjadi keras.

Upaya OZT Steak dalam hal menjual Pork Ribs belum benar-benar berhasil memenuhi ekspetasi. Menu steak tampaknya tetap menjadi andalan. 

Lotek Ramdhan termasuk lotek favorit keluarga saya. Dari jaman masih kecil sampe sekarang masih suka makan di sini. 

Lotek (9/10)
Dari segi penampilan tidak ada yang istimewa. Isinya standar, yaitu lontong, tahu, sayuran, mie rebus dan bumbu lotek, serta taburan bawang goreng dan beberapa kerupuk. Ciri khas Lotek Ramdhan adalah penggunaan mie di dalam lotek. Sesuatu hal yang tidak dijumpai di tempat lain. 
Rasa kacang yang gurih cukup dominan dalam bumbu lotek dengan karakter rasa yang manis lembut. 

Kalau sedang kurang beruntung, kadang aftertaste lotek bisa terasa pedas karena tempat ulekannya sama baik untuk versi pedas dan versi tidak pedas. 

Lokasinya berada di dalam gang jadi harus parkir di jalan besar. Meski terletak di dalam gang, lokasi tidak begitu sulit untuk dicari.