Handi Suyadi

Pertama tahu Tokyo Skipjack dari iklan di Instagram menawarkan produk burger. Ternyata burger tersebut hanyalah salah satu menu dari Tokyo Skipjack. Mayoritas menu adalah steak. 

NZ Prime Steer Striploin (9.5/10)
Dagingnya cukup juicy. Sayang, disajikan dengan minyak. 
Perlu diketahui menu steak tidak disajikan dengan side dish. Meski side dish dipesan secara terpisah, tapi pada saat penyajian side dish disatukan dengan piring steak.

Mushroom Sauce (9.5/10)
Tidak seperti mushroom sauce di tempat lain, mushroom sauce di sini disajikan dengan cincangan jamur. Jadi berasa sensasi makan mushroom sauce dengan jamur betulan.
Karakter saus sulit dicocol, saus perlu diserok agar mudah diambil.

Mitsuba Mash (8/10)
Minim keunggulan dari segi diferensiasi, sangat kontras dengan yang diklaim pada buku menu. Rasanya tipikal mash potato pada umumnya.

Corn Batayaki (9.5/10)
Rasanya manis dan gurih. Hebatnya hanya sedikit jagung yang gosong.

SKPJCK BURGR (9/10)
Walaupun burger bukan menu utama Tokyo Skipjack, tapi untuk standar gourmet burger termasuk enak kok. Pattynya dominan daging dan sausnya juga enak.
Menu disajikan dengan kentang goreng.

Bandung (8.5/10)
Minuman ini memiliki rasa sirup mawar. Esnya cukup banyak.

Kekurangan fatal Tokyo Skipjack adalah identitas restoran yang tidak jelas. Mengaku fusion Jepang dan Barat, tapi sebagian besar menu minim identitas fusion Jepang dan Barat, terutama pada menu minuman.

Bosan dengan menu soto betawi di Soto Betawi Bang Sawit? Menu berikut ini bisa dipertimbangkan. 

Nasi Ulam Mpok Rojalih (8.5/10)
Sekilas mirip dengan menu Nasi Uduk Bang Sawit, tapi ada beberapa perbedaan pada pelengkap. Pada menu nasi ulam, ada semur daging dan kacang tanah goreng.
Nasi ulam memiliki rasa lebih enak dibandingkan dengan nasi uduk. Hanya saja, lauk semur daging cenderung biasa saja.

Ketoprak Engkong (8.5/10)
Porsinya sangat banyak. Begitu pula dengan taburan kerupuknya.
Meski pesan dengan tingkat kepedasan sedang, nyatanya tidak begitu pedas. Kalah pedas dengan asinan betawi.

Setelah sebelumnya pernah beli via take-away, kali ini mencoba makan di tempat. Rupanya ada berbagai menu masakan Betawi yang ditawarkan selain Soto Betawi.

Soto Betawi Campur (8,5/10) 
Selain daging, terdapat pula jeroan seperti babat dan paru. Tidak ada yang keras, sekalipun paru telah digoreng sebelum dimasukkan ke soto. 
Terdapat kejutan yaitu ada perkedel di dalam soto. Hebatnya perkedel tidak mudah hancur meski sudah terendam dalam kuah dalam waktu sangat lama.
Meski bukan tergolong paling enak, citarasa soto mudah diterima oleh semua kalangan.
Penyuka emping garing siap-siap kecewa karena semua emping dicemplungkan ke dalam soto.

Nasi Uduk Bang Sawit (8.5/10)
Isinya cukup lengkap, ada ayam goreng, telur gulung, tahu goreng, orak arik tempe bahkan sampai ada emping goreng. 
Bukan yang paling enak, tapi lumayan sih. Nasi uduk lumayan gurih, walaupun belum maksimal rasanya.

Asinan Betawi Mak Nyak (8/10)
Suka sama rasanya yang segar.
Sayang porsinya terlalu sedikit. Sama kerupuk lebih banyak kerupuk.

Menghabiskan waktu weekend dengan pergi ke Cimory. Cabang yang dipilih adalah Riverside dengan pertimbangan ada restoran dan tempat wisata. Kebetulan setelah makan ada rencana mau jalan-jalan di area wisatanya.

Assorted Mini Grilled Sausage (8/10)
Ada 3 jenis sosis yang digunakan. Hanya saja tidak begitu terasa habis dibakar. Menu dihidangkan dengan potato wedge yang dibalut tepung crispy. Porsi menu secara keseluruhan tidak terlalu besar.

Nasi Goreng Kecombrang Sosis (7/10)
Rasanya biasa saja.

Chicken Cordon Bleu (8/10)
Ukuran chicken cordon bleu terlalu kecil, tidak seimbang dengan porsi kentang goreng. Sudah begitu, cuma satu potong per porsi. At least, rasanya lumayan.

Iga Tongseng (8.5/10)
Bukan tipe yang paling enak, tapi bumbunya lumayan nendang.

Gado Gado (8.5/10)
Walaupun bukan menu unggulan, rasanya enak juga. Sausnya terasa manis dan pedas. 
Porsi cukup besar.

Dutch Risoles (7/10)
Isinya standar, ada sosis dan sayuran cincang. Rasanya biasa-biasa saja. 
Sausnya juga standar rasanya.

Wedang Uwuh (5/10)
Kontras dengan gambarnya, rempah-rempahnya cuma daun saja. Rasanya juga kurang nendang.
Walaupun ramai, tak perlu menunggu lama demi pesanan. 

Khusus untuk duduk di outdoor, hati-hati ada burung lewat dan kadang ada lalat.

Beberapa waktu terakhir daerah Sentul (secara spesifik, di daerah perbukitan) menjadi destinasi wisata baru yang sempat viral. Salah satu cafe yang populer adalah Kopi Koneng.

Kopi Koneng tergolong populer karena makanannya lumayan enak (walaupun harganya agak mahal) dan berlokasi di tempat yang dapat melihat pemandangan Kota Bogor dengan indah dari kejauhan. 

Tempe Mendoan (8/10)
Sebetulnya enak, hanya saja ada bagian yang hambar.

Singkong Goreng (8/10)
Walaupun tergolong menu sederhana, bukan berarti asal-asalan. Singkong yang digunakan berkualitas baik. 

Markoneng (8/10)
Martabak versi Kopi Koneng tampak gembung karena banyak isinya. Tidak disebutkan secara jelas di buku menu apa isinya, diduga tahu, daun bawang dan ayam.

Es Jeruk Songkit (8/10)
Perlu ditambah gula karena rasanya sangat asam. Bagi yang tidak terbiasa, siap-siap terkejut dengan rasa asam yang kecut.

Sangat disayangkan, menu lama keluarnya. Minuman dan Tempe Mendoan baru keluar setelah menunggu lebih dari 30 menit. Setelah pelayan dipanggil karena menu yang dipesan tidak kunjung keluar, akhirnya baru keluar Singkong Goreng dan Markoneng. Kedua menu tersebut baru keluar 1 jam setelah pesan. Satu menu terpaksa dibatalkan karena tidak kunjung keluar setelah menunggu lebih dari 1 jam.

Sahabat Yun Sin adalah penjual mie ayam legendaris di Bogor. Berhubung saat itu sedang ingin di hotel saja, maka diputuskan membeli via ojol. 

Mie Baso Goreng B2 (8.5/10)
Secara general, menu ini memiliki citarasa asin berasal dari mie dan daging ayam cincang. Gurih namun tidak keasinan. Sebagai pemanis, juga diberikan topping bawang goreng. 
Porsi daging ayam sangat banyak, maka tidak perlu khawatir kehabisan jauh sebelum mie habis dimakan.
Sayang sekali, baso goreng berukuran sangat kecil. Padahal rasanya tidak begitu buruk meski bukan yang paling enak.