Micwengeneral B

KATSURA BAGAI KAIN BATIK TULIS LIMITED EDITION BERBAHAN SUTERA. ● Katsura, Plaza Senayan, berseberangan dengan Bugsy's. Apa yang ada di benak saya mengenai tempat ini seperti restoran mahal yang biasa.
Ternyata salah. Hidangannya nggak biasa.
Saya sampai melongo melihat teppanyakinya. Salmonnya yang di teppanyakinya itu sampai di mulut saya benar - benar wangi dan lumer, padahal jelas sekali chefnya hanya menambahkan garam dan lada hitam di salmonnya itu. Nggak masuk akal. Wagyunya juga empuk sekali, bahkan lebih enak dari ribeyenya Samwon Garden.
Shabu - shabunya juga menarik. Kuahnya datar, maka orang - orang yang menderita darah tinggi pasti senang mendengar kabar ini. Daging sapi USnya itu juga halus, saya suka.
Namun, harganya juga sama sekali nggak biasa. Mahalnya selangit. Teppanyakinya 1 juta, shabu - shabunya 630 ribuan, dan itu semua hanya untuk berdua. Itupun belum termasuk tax & servis 21 persen pula. Mungkin segitu cukup untuk membeli handphone, ya hehehehe.
Oh ya, tempatnya kelihatan agak menua. Terutama lantai granitnya. Saya jadi teringat Coca Suki BRI Sudirman mengenai tempatnya. Bedanya, Katsura lebih gelap saja. Sayangnya juga, tempatnya tidak ramah troli karena banyak anak tangga. Walaupun demikian, tempatnya saya suka karena tidak berisik dan saya betah - betah saja duduk berlama - lama di sana.
Terakhir, ada beberapa poin plus lainnya di Katsura. ATM di sana sudah wireless, lalu tidak ada pembulatan billing juga di sana. Namun, yang paling penting, dengan status restoran yang mahalnya sudah di taraf ekstrim, Katsura (dan House of Yuen) sama sekali tidak ada dresscode. Saya sangat senang akan hal ini. Ramah, pula.
Oleh karenanya, saya sangat berterima kasih dipersilakan mencicipi kain batik tulis limited edition berbahan sutera di Katsura (dan House of Yuen). We warn you, Union.

TASTE PARADISE = TASTE FROM PARADISUS RESORTS. ● Saya membayangkan Taste Paradise sebagai citarasa yang berasal dari Paradisus Resorts. Namun, apakah betul?
Mungkin ya.
Mengapa, karena di Taste Paradise yang bersebelahan dengan Eight Treasures cabang Plaza Indonesia ini sudah membuat saya salah konsep mengenai perut ikan. Perut ikannya sangat lembut dan wangi! Lengkap dengan haisomnya.
Hidangannya yang lain seperti ayam panggang, sapi lada hitam, dan tahu edamamenya, juga enak - enak. Saya terkesan. Semuanya juga terlihat cantik dan mengilap.
Namun, memang harganya juga tak terelakkan, mahal. Waktu itu perut ikannya dihargai 268 ribu, dengan pajak & servis sudah 21 persen pula. Sapi lada hitamnya sendiri hampir 300 ribu (medium).
Taste Paradise untungnya ramah kursi roda dan troli. Saya juga senang sekali tidak ada dresscode di sana, jadi saya bisa kapanpun makan di sana dengan senang hati (daripada harus berdebat dengan petugas Union Senayan).
Tempatnya juga mewah. Saya betah berlama - lama di sana, dengan tempat duduk empuk, penerangan yang agak gelap, dan aksen interior yang cenderung berwarna kayu.
Namun, yang paling penting, di mana ada restoran chinese, pasti ada abalon/perut ikan/haisom. Dan, mereka tampak cantik di Taste Paradise, sesuai dengan nama restorannya yang cenderung terdengar ke arah "sangat mahal" punya.

Mi udang penangnya Restoran Penang, Muara Karang, sangat menggoda, demikian juga dengan mi karinya. Kwetiau gorengnya saya sarankan sebaiknya pilih yang singapore ketimbang penang, kwetiau kuahnya sendiri cukup menarik.
Tempatnya lebih nyaman di lantai atas ketimbang yang di bawah. Harga mi dan kwetiaunya 40 ribuan.

KALIMAT BAKU YANG DISAYANGI. ● Thank you tim PergiKuliner sudah mengajak saya makan di Baku Sayang, Puri!
Hari ini saya dan teman - teman mencoba tempat tersebut... Jujur, Baku Sayang ini merupakan restoran Sulawesi, maka baru pertama kali saya mencicipi hidangan khas sana hehehehe (diluar klaapertartnya Beautika).
Tempatnya cukup modern namun saya tidak terlalu menyukai bangkunya karena lama - lama bisa bikin pegal. Walaupun demikian up to date sih. Istilahnya restoran tradisional zaman modern.
Kami mencicipi garopa bakar, ayam tuturuga, sapi serai, dan sayur bunga pepayanya. Enak? Saya tidak terlalu mau berkomentar banyak, yang jelas saya pertama kalinya bisa mempelajari hidangan khas sana. Ok lah, terutama sapi serainya yang unik.
Sayang, garopa bakarnya kurang begitu saya sukai. Bau ikannya menurut saya masih berasa. Mungkin beda selera hehehe.
Yang terpenting, enak atau tidak, saya memang lebih baik menghabiskan waktu (dan uang) saya untuk mempelajari restoran seperti ini (dan Katsura, terutama) daripada harus bergelut dengan restoran yang terlalu menerapkan altitude dresscode begitu.
Dan, barangkali kelak restoran Baku Sayang ini mungkin dilirik Michellin Guide, bukan?

Malam - malam jam 10 lapar makan di Imperial Chef cabang Hayam Wuruk, bukan contoh yang baik sebetulnya hehehe. Namanya diajak juga.
Anyway, bihun kuahnya seperti biasa saya sukai, bahkan cenderung lebih enak dari biasanya. Demikian pula dengan dimsumnya.