Kevin L - 林勇利

Biar gue ikut up-to-date, jadinya gue berkunjung deh ke resto yang baru buka di PIK, yaitu The Seafood Tower. Konsep makanan mereka sangat unik, bahkan ini sepertinya yang pertama di Indonesia. Jadi pelanggan memesan seafood yang ditumpuk-tumpuk dalam panci sehingga membentuk seperti menara (tower). Ga wajib dalam bentuk menara kok, bisa pesan ala carte juga.

Tingginya menara dibagi menjadi beberapa level, mulai dari 3 sampai dengan 9. Tentunya semakin tinggi menaranya, semakin banyak jenis makanan yang didapat, dan semakin mahal pula harganya. Saya pesan yang tingginya lima saja. Nanti menaranya ini ditaruh di atas kompor. Tips dari gue : apinya kecil-kecil aja ya soalnya gue baca blog gitu dan dia secara ga sengaja bikin gosong supnya. Oke jadi gue akan bahas per level (dari paling atas sampai bawah).

Level 5 : Black Mussels. Level ini harusnya berbarengan sama satu kerang lainnya (ga tau kepa atau batik), tapi karena lagi habis jadinya dibanyakin kerang ijonya. Kerang ijonya direbus. Semuanya segar dan tidak amis. Suka banget ! 

Level 4 : Steamed Live Prawns & Half Shelled Scallops. Udangnya gede-gede dan tidak amis. Scallop nya simple sekali, hanya dikasih kecap ikan. Seger juga dan rasanya enak.

Level 3 : Chef's Seasonal Item (Prime Beef). Dagingnya empuk dan banyak. Terus rasanya juga original banget. Gue sih suka.

Level 2 : Steamed Live Crabs. Lumayan lah dapet satu ekor kepiting yang tidak amis dan gemuk juga.

Level 1 :  Korean Ginseng Soup. YA OLOH, INI ENAK BANGET !! Rasanya ada manis-manisnya sedikit tapi tidak mendominasi. Isinya ada sayuran seperti sawi dan jamur. Enak enak enak !!

Selain itu, gue nambah satu menu ala carte yaitu cheese fondue tteokbokki sama dapet free lobster karena masih ada promo. Lobster, ga usah dibahas deh. Rasa gratis ga ada yang bisa ngalahin. Gue kan sebenernya ga terlalu suka tteokbokki, tapi yang ini pengecualian karena rasa sausnya seimbang dan jika dicocol dengan cheese fondue, beh rasanya nikmat banget. Recommended abis !!

Pelayanan, ya sedikit lama kalo menurut gue, tapi itu sepadan dengan makanan yang dihasilkan. Bravo !

Rencana awal adalah untuk mengunjungi salah satu restoran Korea yang menjual ayam-ayaman, tapi ramenya ajubileh. Jadinya pindah tempat ke sini deh karena makanan yang dijual serupa, yaitu ayam.

Ukuran restorannya gede banget, dia pake 2 (atau 3) ruko gitu. Ga kebayang modalnya berapa hahaha. Di dalam lumayan nyaman, tapi saya harap bisa lebih adem lagi. Di sini ada restoran, ada bar juga. Jadi yang suka minum, bisa pesen di bar. Saya datangnya pas H-1 lebaran, jadi sepi banget restorannya. Enak sih, jadinya damai, ga berisik, dan kita-kita ga malu kalau berisik sendiri (LOLS). Untuk makanannya, kami memesan :

- Golden Olive Chicken. Ketika ditaruh di meja, aroma semerbak langsung tercium oleh hidung kami. Wangi banget, wanginya kayak ayam di restoran cepat saji yang logonya kakek-kakek itu loh. Buat teksturnya, bagus banget. Kulitnya garing tapi tidak terlalu keras, lalu daging ayamnya juga masih lembab. Kalau soal rasa, yah sayang sekali berbeda dengan aromanya. Bumbunya kurang mantep, saya saja makan mesti ditambahin sana-sini biar jadi berasa.

- Paris Wings. Rasanya enak boook !! Campuran rasa asam, manis, dan pedasnya sungguh menggelegar. Kulitnya crunchy, ayamnya juga gak bau amis. Porsinya lumayan banyak, sangat cocok untuk disantap beramai-ramai. 

Ini toko roti sudah lama banget berdirinya. Dari Jakarta masih lancar sampe sekarang yang macet dimana-mana, toko roti ini tetap saja eksis sehingga ini termasuk toko roti legendaris di Jakarta. Pas saya berkunjung saja, pembelinya banyak banget sampai ada antrean di kasir. Di sini terkenal dengan rotinya yang sederhana tetapi memiliki kualitas serta rasa yang baik. Tipikal roti di sini adalah bentuknya yang kurang menarik soalnya kelihatannya kusut dan keriput gitu. Tetapi nyatanya, tekstur dari roti sangatlah empuk. Saya suka yang isi daging sapi. Rasanya enak, isinya tidak pelit, harganya juga terjangkau.  

Ada lagi nih, bakery yang bikin roti ala-ala Jepang. Mengapa saya ke sini ? Oh tentu, karena ada teman yang mendewa-dewakan roti di sini. Terus saya juga lagi ada di daerah PIK, jadi datengin aja deh biar gak penasaran lagi.

Ternyata saya kurang beruntung karena roti yang sangat amat direkomendasikan teman saya sedang tidak ada stok. Tanggung, karena sudah di sini, jadi cobain aja deh roti-roti yang lain. Dari item-item yang saya beli (ada di foto), saya paling suka sama donatnya. Super empuk, lalu manisnya juga pas. Harganya sesuai dengan kualitasnya. Kalau barang lain yang saya beli sih biasa saja. 

BC's Cone sudah selesai renovasi dan...sebenernya saya ga tau sih interior sebelumnya gimana. Ya buat nongkrong, tempat ini termasuk nyaman kok. Tidak terlalu gaduh, dekorasi juga bagus.

Ulasan ini sudah mencakup dua kali kunjungan saya dan selangnya hanya beda satu hari. Oke hari pertama. Saya duduk di belakang karena datengnya berlima dan ga ada kursi yang bisa nampung sebanyak itu. Kita mesennya dikit saja soalnya sudah rada kenyang.

- Artsy Bowl. Yang ini waffle dan es krimnya bisa pilih rasanya. Cuman waktu itu, lagi banyak yang gak ada. Sedih banget ya. Jadinya waffle nya rasa green tea, lalu es krimnya rasa black cheesecake, kemudian ditambah topping buah-buahan serta ekstra gulali. Buat rasa es krimnya, suka banget. Manisnya pas, ada asinnya sedikit karena merepresentasikan cheesecake. Waffle nya rada keras dan rasa green tea nya kurang berasa. Gulalinya tebel banget, pasti puas !!

- BC Tower Bowl. Harusnya sih ini es krimnya komplit rasanya. BC's Cone itu nyediain enam rasa, dan pas dateng, kenyataannya cuman dikasih lima. Yang French Earl Grey ga dikasih. Menurut saya, semua rasa es krimnya enak-enak, tapi paling suka sih yang black cheesecake sama strawberry rose. Rasanya paling ringan dan paling ga bikin eneg.

Terus keesokan harinya, saya datengin lagi soalnya saya sudah suka sama rasa es krimnya. Salah satu menu yang saya pesan hari ini, sudah pernah saya pesan kemarin, yaitu BC Tower Bowl. Tapi entah kenapa, rasanya yang ini es krimnya lebih banyak jumlahnya, tetapi rasanya hanya ada tiga. Bener-bener inkonsisten. Selain itu, saya duduk di tempat yang sama dengan di hari sebelumnya. Tapi kali ini, tercium aroma tidak sedap, macam di pet shop. 

- Crispy Pork Belly with Sambal Matah. Rada salah ya mesen main course di tempat yang fokusnya makanan penutup. Babinya kebanyakan lemak, terus tidak garing-garing amat. Terus babinya juga tidak berasa. Sambal matahnya sih oke, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan nasi dan daging.

- BC's Truffle French Fries. Es krim yang dikasih adalah rasa French Earl Grey. Saya tau kalau kentang goreng dicocol es krim itu enak rasanya dari salah satu restoran cepat saji. Aneh bin nyata, tapi itu emang enak. Makanya jadi penasaran sama yang ditambahin truffle oil. Setelah nyoba, rada aneh rasanya. Kurang cocok gitu. Kentangnya garing, tapi sayang pake yang potongan kecil. Es krimnya enak juga kok.

Di samping semua itu, satu hal yang perlu diperhatikan adalah pelayanannya. Saya rasa pihak restoran kurang sigap dalam menyiapkan stok es krim karena saya nunggu dessert nya saja lumayan lama. Anyway, saya suka dengan es krim di sini karena enak-enak.

Hot pot itu mirip sama shabu-shabu sebenarnya, tapi kayaknya tiap kali ngeliat hot pot, harganya itu per item ya, bukan per orang. Mungkin itu perbedaannya *sok tau*.  

Buat item-item nya, harganya sedikit tinggi sih. Jadi mesti cermat dalam memilih. Saya suka dengan kesegaran yang dapat dijaga di setiap item, kayak dagingnya, sayurnya, baksonya. Rasanya juga enak-enak kok, gak ada yang berkesan murahan. Nah, bicara soal kuah. Terdapat dua macam kuah yang dapat dipilih, yaitu healthy soup dan fat cow soup. Yang healthy itu pake rempah-rempah, sedangkan yang satu lagi sudah jelas dari namanya, yaitu kaldu sapi. Saya pilih yang kaldu sapi dan sepertinya pilihannya tepat karena rasanya enak. Berasa banget kaldunya, kayaknya sih tanpa micin. Kalau mau nambah bumbu-bumbu atau condiment, bisa ngambil sendiri kok dan pilihannya banyak banget. Ada dessert nya juga loh.

Pelayanan di sini bagus banget, orang-orangnya ramah dan murah senyum. Selain itu, tiap meja ada belnya pula jadi gampang manggil pelayan. 

Sebenarnya kurang tertarik buat makan di sini. Secara di sini spesialisasinya sate-satean yang digoreng. Pasti rasanya biasa aja, terus bakalan bikin sakit tenggorokan. Namun, ada pengecualian karena saya diundang makan-makan sama teman saya. Ga bisa nolak kalau ada traktiran #ggwp

Seperti yang sudah saya sebutkan, restoran ini mengusung konsep AYCE tapi sate-satean. Jadi pelanggan mengambil sate, kemudian memilih untuk dilapisin coating atau tidak, kemudian goreng. Jenis sate yang ditawarkan ada banyak macam, dari daging-dagingan, sayur-sayuran, dan seafood.  Selain sate, ada berbagai jenis makanan juga seperti sup, oden, sushi, nasi goreng, spaghetti, es krim, dan lain-lain. Tipikal AYCE zaman sekarang ya.

Buat sate-satenya, saya ga cobain semua, tapi ada beberapa yang sangat disarankan untuk diambil (kalo bisa, jangan bagi ke orang lain), yaitu bakso salmon dan bakso scallop. Rasanya gak abal-abal, teksturnya pun pas. Saya sih ga pakein adonan lagi, langsung goreng gitu aja juga sudah enak. Terus sate-sate yang lain biasa saja sih. Kemarin pas makan yang udang, ada rasa aneh dan bau amis. Langsung lah saya lepeh dan buang.

Buat makanan lainnya, saya nyobain spaghetti, nasi goreng, sushi, miso soup, curry, dan chicken karaage. Yang enak cuman curry dan miso soup nya saja. Kenapa ? Karena selain rasanya enak, suhu keduanya masih panas. Kalau yang lain, rasanya biasa saja, terus dingin pula. Tidak disarankan.

Kalau bagian dessert, lumayan juga. Mulai dari chocolate fondue, pudding, jelly, dan soft served ice cream. Semuanya ga ada yang ga enak.

Walau pun ada sedikit yang enak, tetap saja sebagian besar rasanya biasa saja. Kesimpulannya adalah bahwa harganya kurang sepadan dengan makanannya. Untung saja ini ditraktir. Kalau bayar sendiri, bisa ngomel-ngomel sendiri.

Penjual kerang kiloan sudah mulai merajalela di daerah Tangerang. Pencetus kerang kiloan asalnya dari Jakarta. Kali ini saya nyobain yang ada di Pasar Modern Paramount, yaitu Kerang Kiloan Pelaut. Saya tertarik karena di menu mereka tertera jenis kerang gonggong, yang konon katanya lumayan langka di daerah sini. Tapi sayang sekali, pas saya mau pesan, dia kehabisan stok karena katanya sudah mulai susah nyari supplier nya. Sakitnya tuh... di sini.... *nepok dada*

Oh well, since I'm here, pesen yang lain saja deh. Di sini ada paket seharga 99ribu, dapet 2.5 kilogram kerang, dengan masing-masing 1kg, 1kg, dan 0.5kg untuk setiap jenis kerang. Kerangnya bisa digoreng atau direbus. Bisa juga ditambahkan saus, tapi ada biaya lagi untuk itu. Saya berdua dengan teman foodie saya pesen itu :

- Kerang Madu Saus Tiram. Kerang madunya minta digoreng, terus dimasak dengan saus tiram. Rasa saus tiramnya sih enak banget, parah !! Makan saus pake nasi saja kayaknya cukup. Kerangnya tidak amis, lalu dagingnya juga tidak terlalu kenyal. Kombinasi yang cucok deh~~

- Kerang Ijo Saus Padang. Saus padangnya juga gak kalah enak sama yang saus tiram, walau pun saya tetep milih yang tiram karena rasanya lebih meledak-ledak. Ukuran kerang ijonya imut-imut, jadi jumlahnya banyak beud. Untung ga minta digoreng, kalau iya, hilang semua daging di dalam minyak hehehe. Overall, cukup nikmat kok.

- Kerang Simping Goreng. Sederhana, tapi saya suka banget. Tidak terlalu alot, terus tidak amis juga. Ukurannya standard simping lokal ya. Walau pun digoreng saja, rasanya sudah enak. Saya coba cocol saus tiram, BEH GA ADA LAWAN !! Lain kali mendingan pesen simping goreng saus tiram, biar mantap.

Menurut saya, harganya sepadan banget dengan rasa, porsi, serta kualitas makanannya. Pelayanannya sih rada lama, tapi wajar deh soalnya udah mau lebaran jadinya mas-masnya sendirian dan harus multitasking (masak, melayanin, kasir jadi satu). Semoga kunjungan selanjutnya, semua kerang ada stoknya dan impian saya untuk makan gonggong tercapai.

Siapa yang gak tau atau gak kenal sama Hanamasa ?? Tahun 2016 sih harusnya sudah pada tau semua. Ini merupakan restoran yang menyediakan shabu-shabu DAN yakiniku sepuasnya. Jadi dalam satu meja, bisa rebus-rebusan dan bakar-bakaran. Dulu sih rame banget, cuman sekarang ga serame dulu karena banyak pesaing yang tak kalah enak.

Saya paling sering sih makan yang rebusannya saja. Kurang suka sama yang bakar-bakarannya soalnya rasa bumbunya kebanyakan aneh, terus item nya juga kebanyakan tidak menarik perhatian. Terus masaknya juga males, kadang suka nempel di tempatnya. Kalo rebusan lebih mending, masaknya gampang, terus item-item nya dikenali semua. Rasa kuahnya oke kok, apalagi kalau sudah dipake buat rebus daging sapi berkali-kali. Dagingnya juga oke la.

Tapi di atas semua itu, dengan harga per orang 185.000, menurut saya sih kurang sepadan. Banyak yang harganya lebih murah atau mahal sedikit, tapi perbedaan rasa serta kualitasnya sungguh terlihat.