N.A.

Coffee kecil yang menyatu dengan Kimia Farma Diponegoro ini sangat menyita perhatian saya. Kafe ini mengusung konsep yang senada dengan bangunan di sebelahnya, kitchennya diubah layaknya sebuah laboratorium kimia, begitupun dengan baristanya yang menggunakan jas lab. Seating area nya mengusung konsep minimalis yang didominasinoleh interior berwarna putih dan abu-abu. Seating area indoornya sangat nyaman, namun sangat terbatas dan agak sempit. Tersedia juga tempat duduk di bagian outdoor namun harus siap kecipratan kalah hujan turun serta tidak tersedia colokan.

- 2nd Aid (25K)
By default, minuman ini disajikan menggunakan gelas kimia. Sayangnya, gelas kimianya sedang habis sehingga minuman yang saya pesan disajikan menggunakan gelas plastik—agak disayangkan sih baik dari estetika maupun lingkungan. Untungnya, minuman yang disajikan jauh di atas ekspektasi saya—benar-benar memuaskan. Kopi nya cendrung manis dan creamy berkat penggunaan cream cheese, namun citarasa kopi nya masih cukup karena espresso yang digunakan sebanyak dua shot. Recommended banget buat yang butuh dosis kafein tapi tidak terlalu bersahabat dengan citarasa kopi yang pahit atau asam

Kali ini saya mencoba tenda street food baru di sebelahnya Art Cafe Dago. Tempat nya sih sangat mungil, hanya terdiri atas dua meja. Dari segi tempat ini sangat biasa. Yang unik adalah tempat ini mendukung banyak sekali metode pembayaran—bahkan metode pembayaran yang belum pernah saya dengar sekalipun.

- Mie Tek-Tek Kuah Special Mix (20K)
Nama menunya memang agak kurang lazim sih, saya langsung membayangkan salah satu varian kopi sachet saat mendengar nama menu ini. Menu ini berupa mie yang disajikan bersama toping daging ayam, baso ikan, serta ceker. Mienya kenyal, tapi agak gendut, jadi lebih mirip udon. Kalau kematangannya sedikit dikurangi mungkin akan lebih nikmat. Porsinya sih menurut saya pas, cocok untuk dijadikan menu makan malam.

Kafe ini menempati bekas gedungnya restoran Lumbung Rasa Dago. Akhir-akhir ini, tempat ini seringkali saya jadikan sebagai tempat mengerjakan tugas karena lokasinya yang lumayan strategis. Selain itu, tempatnya juga lumayan nyaman, fasilitas penunjang produktivitas seperti WIFI, colokan, dan pencahayahaan juga memadai, tempatnya tidak terlalu ramai dan cukup tenang, serta jam operasional yang lumayan panjang.

- Foresthree Double Shot Shaken (19K)
Menu ini lumayan cocok dengan selera saya yang cendrung menyukai kopi yang lumayan manis namun dengan kafein yang cukup kuat. Cita rasa kopi nya memang tidak cendrung ke asam maupun pahit. bahkan cendrung ke manis, tapi practically double shot espressonya lumayan efektif membuat saya melek berjam-jam.

Salah satu tenant yang menarik perhatian saya di Sherlock Common Space adalah Kare Curry House—Kari Jepang favorit saya di Bandung. Dari segi tempat memang lebih nyaman dan lega cabang Paskal Hypersquare, cabang ini memiliki bagian indoor seating area yang terbatas, agak repot kalau cuaca sedang kurang bersahabat.

- Tempura Curry Rice (47.5)
Yang membuat saya ketagihan dengan curry rice dari tenant ini adalah curry nya yang konsisten. Kuah curry nya bold dan strong—sangat cocok dengan selera saya. Belum lagi kentang dan wortelnya juga dimasakan dengan kematangan yang pas, easy to eat tapi tidak terlalu lembut. Sayangnya, kali ini toping tempura nya sedang terlalu memuaskan, udang nya OK, namun tidak sesegar biasanya.

Tempat ini merupakan hasil kerja sama antara Chia-Yo dengan Heavenly Blush: Chia-Yo menyediakan toping sehatnya sedangkan Heavingly Blush untuk Yoghurt nya. Tempatnya agak sedikit terbuka di lantai 2 Paskal 23, tidak luas namun masih relatif cukup nyaman.

- Yoghurt Parfait (38K)
Menu ini berupa frozen yoghurt dengan tambahan 5 pilihan toping. Frozen yoghurt nya memiliki dua rasa, rasa lemon dan original, namun bisa juga campur dari kedua rasa tersebut. Frozen Yoghurt nya segar, lembut, dan asamnya pas, lumayan menyatu dengan pilihan toping buah segar serta granula yang saya pilih.

Setiap kali ke Paskal 23 atau ke Istana Plaza kurang lengkap rasanya kalau tidak mampir ke Koi The. Cabang nya Paskal 23 memang agak lebih kecil dibandingkan cabang Istana Plaza, padahal pengunjungnya jauh lebih banyak. Tempat duduknya tidak banyak sehingga tak jarang banyak pengunjung yang harus berdiri sembari menunggu pesanan dibuat.

- Ovaltine Machiato (31K)
Menu ini merupakan menu andalan saya setiap ke Koi selain dari Matcha Machiatonya. Saya biasa nya memesan ovaltine dengan less sugar dan ice karena basically nya ovaltine mamang sudah cukup manis. Yang paling suka dari minuman dari Koi adalah foam nya yang lembut dan tebal, sama sekali tidak pelit. Foamnya juga menyatu harmonis dengan ovaltine nya yang kental.

Salah satu alasan saya lebih memilih Terminale dibanding ice cream shop lain di Bandung karena Terminale masih menyediakan gelato dengan alcoholic-flavour seperti rum raisin, baileys, whiskey, dan lain-lain—hal yang saat ini jarang ditemukan di ice cream shop lain di Bandung.

Terminale cabang Sherlock Common Space ini agak sedikit berbeda dari cabang Dago, bagian indoornya sangat kecil sedangkan bagian outdoornya sangat luas, menyatu dengan seating area dari tenant-tenant. Tempat duduk bagian outdoornya sangat nyaman apalagi untuk kegiatan santai seperti chill bersama kolega.

- Large Gelato (55K)
Saya memesan gelato ukuran Large dengan varian tiga rasa yaitu Blueberry Cheesecream, Almond, dan Rum Raisin dengan bonus toping waffle kecil di atasnya. Semua gelatonya sesuai dengan ekspektasi saya, creamy dan lembut. Blueberry Cheesecream nya agak bold namun diimbangi dengan kesegaran dari blueberry, almond nya crunchy, dan Rum Raisin nya lumayan kentara. Everything melts perfectly on your mouth.