N.A.

Saat melintas di Jalan Braga, iseng-iseng saya mencoba ice cream parlor yang sangat eye-catching berkat penggunaan lampu neon yang ikonik, sekilas saya seperti diingatkan oleh salah satu ice cream parlor di Bali. Ice cream parlor ini tergolong kecil, hanya berupa stand tanpa adanya seating area. Kalau mau duduk bisa menggunakan bangku-bangku di sepanjang Jalan Braga

- Rum Raisin Ice Cream with Cone (12K)
Saya melihat harga yang dipatok, saya memutuskan untuk tidak menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi, seriusan ini murah banget—bahkan hampir sama murahnya dengan ice cream dari restoran cepat saji. Jauh di atas ekspektasi saya, ice cream nya benar-benar enak, teksturnya lembut, dan rum raisinnya sangat kuat walaupun mungkin citarasa rum nya berasal dari perisa but it tastes not bad at all!

Sampai saat ini, Justus cabang Cihapit masih menjadi cabang Justus favorit saya. Selain karena ini adalah cabang Justus steak house pertama, cabang ini juga merupakan justus yang paling 'hijau'. Bawaannya selalu tenang di restoran dengan banyak warna hijau seperti di tempat ini, meskipun kalau sedang ramai, restoran ini lumayan berisik juga, but that's still okay for me.

- US Black Angus Rib Eye (150K)
Setiap ke Justus saya lebih merekomendasikan untuk memesan Prime Steak Selection dibandingkan varian Local Steak nya, memang sedikit lebih mahal tapi sepadan lah dengan apa yang dibayarkan. Rib eye adalah menu yang saya pesan jika sedang menginginkan steak dengan tekstur yag lebih kenyal. Daging pada bagian ini biasanya lebih teba dan lebih sering disajikan tanpa tulang, cocok untuk mereka yang tidak suka ribet memisahkan tulang dan daging. Rib eye yang saya pesan lumayan tender, juicy, dan tentunya perfectly cooked untuk kematangan medium. Barbeque sauce, potato wedges, serta balsamic salad nya juga not bad all as always. 

Cafe yang lokasinya tidak jauh dari bandara Husein ini saya jadikan sebagai tempat breakfast atau brunch sembari menunggu arrival orang tua saya, tinggal buka flightradar24, tunggu aircraftnya landing, baru berangkat ke bandara, ga nyampe 10 menit juga nyampe. 

Dari segi tempat, cafe ini sangat impresif. Saya salut dengan owner cafenya yang mampu menyulap rumah tua menjadi cafe super cozy. Saya sih paling suka bagian indoor yang dekat jendela serta bagian outdoor yang menghadap ke arah halaman belakang. Cafe ini cocok untuk berbagai keperluan, bisa untuk hal-hal serius karena kafe ini lumayan tenang, tersedia WIFI dan colokan, kegiatan santai juga bisa banget. All in one package deh!

- Old School Benedict (40K)
Egg Benedict di tempat ini menggunakan basis roti sourdough yang ditoast. Roti ini memiliki citarasa yang memang agak sedikit asam dibandingkan roti biasa. Proses toasting dengan butter membuat basis rotinya menjadi wangi dan crispy yang dipadukan dengan creaminess dari Hollandaise Sauce. Citarasa menu ini juga diperkaya oleh crispiness dari smoked beefnya dan pouched egg yang perfectly cooked. Perpaduan antara pouched egg dan hollandaise sauce jelas merupakan perbaduan yang sangat berat, tumis bayam dengan spice khas Indonesia dengan citarasa dan aroma yang kuat dan fresh vegetables salad untuk ditambahkan untuk menyeimbangkan rasa. Two thumbs up for this menu!

- Es Kopi Amer (33K) Basically menu ini merupakan es kopi dengan penambahan essens anggur merah, hanya essens sehingga tidak mengandung alkohol. Untuk menguatkan branding menunya, minuman ini disajikan dengan menggunakan botol kaca. Citarasanya menurut saya sangat unik, perpaduan antara espresso, susu, dan essens anggur merahnya sangat singkron, bahkan saya sempat mengira kalau minuman ini menggunakan anggur merah beneran sebelum tau kalau yang digunakan hanya essens karena saking miripnya. Bakalan pesan menu ini lagi deh kalo kesini lagi.

Kokoro sempat menyabet predikat "Best Ramen Award 2014". Walaupun award-nya sudah cukup lama, tapi saya selalu terhipnotis untuk kembali datang ke cabangnya yang di GI. Menurut saya award ini bukan hanya gimmick belaka karena memang seenak itu dan masih seenak itu. Tempatnya sih relatif kecil dibanding ramen-bar ternama lainnya, tak heran di peak hour antriannya akan mengular. Tidak ada yang spesial dari tempatnya, Jepang banget tapi biasa aja. 

- Zenbu Nose Mazesoba Pork (93K)
Berbeda dengan soba kebanyakan, soba di tempat ini tidak berasal dari gandum hitam sehingga warna dan bentuk mienya lebih mirip ramen kebanyakan.  Soba-nya disajikan tanpa kuah dengan penambahan telur mentah, rebung, daun bawang, dan nori yang sebaiknya diaduk merata dengan penambahan sedikit shoyu sebagai penguat rasa. Walapun menggunakan telur mentah, citarasanya sama sekali tidak amis. Soba-nya juga disajikan bersama pork belly yang sangat juicy, empuk, dan tidak amis serta telur rebus. Ikhlas rasanya mengelurkan dana yang cukup mahal untuk menebus menu dengan citarasa seperti ini, benar-benar tastes like heaven. 

- Tonkotsu Char Siu Ramen (72K)
Berbeda dengan Soba-nya yang disajikan kering, menu disajikan dengan kuah kaldu yang tidak se-lite ramen Jepan kebanyakan. Kuah ramennya memilki citarasa kaldu yang lebih kuat dengan sedikit hint dari Japanese Herbs, saya sih jauh lebih suka tipikal kuah yang seperti ini. Ramennya disajikan bersama toping boiled egg dan char siu. Ramennya sangat empuk dan kenyal sedangkan toping char siu sangat juicy dan tender. Enak banget deh pokoknya. 

- Ocha (15K)
Menyatap ramen tampaknya memang sudah paling cocok dengan Ocha.

Saya benar-benar senang ketika akhirnya Bu Mus membuka cabang di Cimanuk, tepatnya di seberangnya Hotel Amaris Cimanuk (ngak ada di Gmaps dan Grab), sehingga tidak perlu lagi jauh-jauh ke Buah Batu. dari segi tempat, Bu Mus Cimanuk juga lebih OK dibandingkan cabang Buah Batu. Konsepnya mirip restoran Padang kebanyakan. Tempatnya bersih dan rapi, tapi kapasitasnya tempat duduknya seringkali tidak memadai terutama saat peak hours, tidak jarang harus waiting list terlebih dahulu. Pelayannya lumayan responsif dan hangat, hanya saja terkadang sedikit chaotic saat peak hours.

- Nasi Padang
Jika datang tidak datang ramean atau sedang on-budget sebaiknya meminta kepada pelayannya agar lauknya tidak dihidangkan ke meja, melainkan langsung memesan ke konternya dijamin pasti jauh lebih hemat. Dari dulu, saya sudah jatuh cinta dengan Gulai Cincangnya Bu Mus. Citarasanya gulai cincangnya otentik, mirip dengan yang saya makan di kampung halaman. Potongan dagingnya tidak pelit dan dagingnya empuk. Yang tak pernah boleh ketinggalan juga adalah kuah rendang, sambal hijau dan merah, sayur daun singkong dan nangkanya yang tak kalah otentiknya. Terima Kasih, Bu Mus sudah mengobati rindu kampung halaman. 

- Sate Padang
Sate Padang di Bu Mus juga OK banget, you've got to try!

Restoran yang berlokasi persis di depannya Hotel Grand Gucci ini menawarkan aneka masakan khas Tiongkok daratan, dengan signature in Hongkong and Sichuan's Style. Restorannya mengusung konsep oriental kontemporer dengan didominasi oleh unsur kayu dan warna merah namun tidak terkesan boring berkat penambahan unsur modern dari industrial windowsnya. Interiornya lumayan eye catching sih menurut saya. Tempatnya pun lumayan nyaman relatif tenang juga sih untuk sebuah chinese restaurant. 

Awalnya saya impressed banget dengan penggunaan instrumen oriental yang berhasil membangun ambience orientalnya, namun tak lama kemudian musiknya malah diganti dengan musik Indonesia populer gitu, agak missing aja sih menurut saya. Service dari restoran ini menurut saya perlu banget diacungi jempol. Pelayannya ramah dan responsif. Product knowledge dari pelayannya juga lumayan OK. Owner dan chefnya juga mau terjun langsung berinteraksi dengan pengunjung, meminta masukan serta terbuka terhadap kritikan. Sentuhan kecil seperti ini yang seharusnya setiap restoran harus implementasikan.

Food:
Surprisingly, makanan di restoran ini dibanderol dengan harga yang jauh di bawah ekspektasi saya, bahkan terdapat beberapa paket yang harganya lebih mirip harga food-court ketimbang harga sebuah restoran. Dari segi harga sih cuan banget sebenarnya. 
- Malat Telor Orak-Arik Sapi (28K)
Menu ini sebenarnya adalah menu paket lunch yang terdiri atas telor orak arik dengan tambahan daging sapi yang disajikan bersama tauge, nasi dan sudah termasuk soft drink. Makan menu ini saja sebenarnya sudah cukup kenyang sih karena porsinya yang cukup besar. Honorable mention: potongan daging sapi pada telor orak ariknya sangat generous. 
- Sichuan Malat Chicken (52K)
Porsi menu ini lebih cocok untuk sharing sih ketimbang untuk personal karena potongan ayamnya sangat besar, kurang lebih 1/2 ekor. Menu ini berupa ayam yang direbus—honestly, mirip ayam pop kalau di Restoran Padang—yang ditambahkan saus mala khas sichuan. Ayamnya empuk, cocok banget dengan saus malanya yang pedas pol. Aromanya ayamnya juga sangat kuat sangat cocok untuk mengundang selera makan. Pecinta makanan pedas wajib banget sih untuk nyobain.
- Roasted Oyster (45K/3) and Roasted Scallop (22K/3)
Honestly, saya tidak pernah berekspektasi tinggi terhadap seafood di Bandung karena seringkali freshness sudah terdegradasi, apalagi untuk bahan seperti Oyster. Surprisingly, oyster dan scallop-nya sangat segar, tidak amis dan tidak pahit akibat kelamaan disimpan. Seasoning yang ditambahkan ke kerangnya juga tidak merubah karakter asli dari kerangnya. I totally enjoyed this
- Roasted Enoki Mushroom (8K)
Mirip sih sama yang ada di buffet-buffet BBQ, not bad all.

Kafe ini merupakan kafe di dalam kota yang konsep nya sangat saya suka: pencahayaan yang cukup, bangku taman, serta penggunaan ornamen tumbuhan hijau yang cukup intens. Kafe ini berusaha memanfaatkan pecahayaan alami dari matahari dengan menggunaan atap transparan di smoking area nya (bagian depan). Namun, konsep atap seperti jelas ada konsekuensi nya: saat matahari sedang terik-teriknya, duduk di area ini jelas sangat tidak nyaman karena silau dan panas. Berbanding terbalik dengan area depan restoran, area utama restorannya malah relatif remang serta tidak se-tematik area depan, sangat nyaman tapi terlalu biasa 

Food:
Saya mencoba Bleu Chicken (65K) dengan rasa yang sangat outstanding, dada ayam nya sangat empuk, smoked beef nya gurih, keju nya lumer dan sangat creamy. Bagian luar nya juga sangat gurih. Chicken cordon bleu nya disajikan bersama potato wedges yang gurih, salad yang segar, serta saus berbeque. Satu-satu yang agak disayangkan dari menu ini presentasi yang berantakan sangat terkesan murah. 

Beverage
Di saat cuaca yang sedang panasnya, Lemonade (25K) adalah minuman yang sangat tepat untuk dinikmati, apalagi sambil menyantap chicken cordon bleu yang gurih dan creamy.

Berhubung restoran ramen favorit saya belum membuka cabang di Kota Bandung, maka restoran ini saya anugerahi gelar, "Best Ramen in The Town!". Kali ini saya mencoba cabang restorannya yang berada di Paris Van Java di resort level, tepat di sebelahnya Ita-suki. Restoran ini mengusung konsep Jepang kontemporer, tempatnya tidak begitu luas tapi sangat nyaman seperti halnya restoran-restoran di resort level lainnya. Positifnya, Restoran ini tidak menyajikan masakan non-halal, jadi aman untuk semua kalangan.

- Ramen Ayam Special
Jauh di luar ekspektasi saya, kuah kaldu ramennya tidak kalah nikmat dibanding ramen non-halal kesukaan saya, kuah nya gurih dan kaldunya cukup kuat. Mie yang digunakan adalah mie ukuran kecil yang kenyal dan moist yang disajikan bersama Tori Cashu (Chicken Cashu) yang sama sekali tidak pelit, Ni Tamago (Telur Rebus Setengah Matang), Jamur yang kenyal, serta daun bawang. Porsinya cukup besar, lumayan cocok untuk dijadikan menu utama makan siang atau makan malam

- Gyoza Ayam Bakar
Menyantap Ramen tidak lengkap jika tidak ditemani oleh Gyoza sebagai side-dishes. Gyoza adalah pangsit khas Jepang dengan isian aneka daging. Gyoza bakar dengan isian daging ayam yang saya pesan memilih tekstur bagian luar yang renyah serta isian yang empuk.

- Ocha
 Sudah bukan rahasia lagi kalau Ocha adalah sahabat nomor 1 nya ramen,  udah ngak pernah salah sih pokoknya menyantap ramen ditemani ocha

Tidak disangka sebelumnya jika ada kafe senyaman ini di daerah Cihampelas Atas. Kafe ini berada di Sky Levelnya Gyu-Gyu Japanese BBQ Restaurant. Kafe nya memang tidak begitu luas, tapi terasa sangat spacy akibat seats arrangement yang rapi serta penggunaan jendela frameless yang luas. 

Yang paling saya suka dari kafe ini adalah view nya yang fascinating, pengunjung akan disuguhi pemandangan dari perbukitan serta perumahan di Bandung Utara dari ketinggian. Kafe ini cocok untuk kegiatan serius seperti untuk belajar, mengerjakan tugas, atau mencari inspirasi karena tempatnya yang tenang.

- Beverage:
Saya memesan Hot Cappuccino (32K) dengan citarasa yang lumayan OK. Cappuccino nya memiliki citarasa yang well-balanced antara rasa asam dan pahit dari espresso, serta rasa manis dari steamed milk nya. After taste kopi nya pun relatif ringan dan lumayan bersahabat dengan asam lambung. Yang agak saya soroti adalah milk foam cappuccino nya yang terlalu tebal. 
- Food
Sebagai pendamping Cappuccino yang saya pesan, saya Cheese Chiffon Cake (18K). Slice nya lumayan besar sih. Tekstur kue nya lembut dan slighly creamy. Cheese nya lumayan kuat namun agak terlalu manis sih menurut saya

Impresi saya terhadap coffee shop ini adalah, “This is definitely a place where I put my bottom at-for super long time”—saking cozy nya. Saya menghabiskan sekitar 5 jam di bagian indoor kafe ini, betah banget sih karena tempatnya yang tenang, pencahayaannya yang terang, WIFI nya kenceng, dan tersedia colokan. Kalau lagi bosan sih tinggal ke ngudud di area outdoor kafe nya di bagian belakang. Bagian outdoornya sebenarnya juga nyaman, hanya saja kalau Bandung sedang agak terik siap-siap aja kepanasan. 

Beverage:
Saya memesan Hot Cappuccino (26K) untuk kegiatan produktif saya serta Xue Long (Iced Green Tea)(27K) karena kehausan. Hot Cappuccino nya sih menurut saya OK banget, acidity kopi nya memang tidak begitu kuat, bitterness nya lumayan keluar, after-taste nya sih lumayan kerasa, milk foam nya relatif tebal, art-atte dan golden ring crema nya terlihat aesthetic berkat teknik pouring yang OK.