yudistira ishak abrar

Roof Park, merupakan sebuah restoran yang berada di jalan Pajajaran, Bogor, tepatnya didalam gedung Raja Outlet lantai 3. Lokasi yang strategis, membuat akses kesana sangat mudah.

Konsep desain Roof Park mengedepankan gaya klasik dengan tema taman, sesuai dengan namanya. Area terbagi menjadi dua, indoor dan outdoor. Untuk bagian outdoor, tema tamannya sangat kental terasa. Sepotong pemandangan kota Bogor dapat dinikmati dari sini.

Pada bagian indoor, atmosfir klasik lebih dominan. Potongan jendela berbingkai minimalis yang mengelilingi area resto, jadi bagian yang paling mengangkat ambiencenya. Uniknya, tiap jam 5 sore, ruang indoor ini akan diubah menjadi smoking area. Lampu-lampu gantung kekuningan serta jendela-jendela yang dibuka, membuat suasananya jadi semakin kece.

Menu pertama yang saya coba adalah Soto Ayam (Rp.39.000,-). Presentasinya dibuat sangat mirip dengan gambar pada buku menu, which is awesome. Sotonya ditaruh didalam kuali tanah liat yang diletakan diatas tungku pemanas. Selain artistik, penyajiannya pun membuat hidangan ini selalu hangat. Namun memang bicara soal rasa, Soto Ayam tak sekece tampilannya. Just so so.

Kedua, saya menikmati sepiring Spaghetti Aglio Olio (Rp.55.000,-). Tekstur pasta cukup aldente, cara memasaknya pun pas. Oily dan pedasnya terasa, lengkap dengan isian protein dan irisan roti. Yummy.

Sate Ayam (Rp.28.000,-) jadi hidangan terakhir saya kali ini. 7 tusuk sate disajikan terpisah dengan bumbu kacangnya. Rasa sate enak dan empuk, pas banget sama bumbunya yang gurih manis...

Jalan-jalan di kota Bogor membawa saya ke sebuah restoran bernama Hancock. Namanya diambil dari nama belakang sang pemilik. Lokasinya berada tepat disebelah mall Lippo Keboen Raya.

Sebuah bis dengan sentuhan warna merah, terparkir di halaman depan resto ini. Selain sebagai spot foto, bis tersebut sekaligus menjadi ikon dari Hancock. Area yang luas, membuat Hancock terasa lapang.

Konsepnya terbagi kedalam 3 jenis. Pertama adalah sentuhan shabby chic yang berada didepan, sekaligus sebagai indoor room. Berbagai ornamen dan furnitur disini, kental akan aksen feminim.

Kedua ada konsep live music. Dimana beberapa tempat duduk dipasang mengelilingi sebuah mini stage. Area ini sekaligus menghadap kebagian halaman resto.

Dan terakhir adalah konsep garden. Area ini terasa hijau dan artistik. Beberapa lampu gantung dan mural, menjadi bagian yang cukup instagramable. Kesan kasual sangat terasa disini.

Menu yang mereka tawarkan cukup banyak dan beragam. Kali ini saya mencoba hidangan andalan mereka yaitu Grilled Malon Sambal Mangga (Rp.39.000,-). Sajian ini berupa burung malon, sejenis burung puyuh, yang dimasak dengan sambal mangga. Tekstur daging empuk dan sambal mangganya nendang banget. Huuh haah.

Udang Mangga (Rp.39.900,-) menjadi menu kedua yang saya coba. Sepiring udangan yang dimasak asam manis, dengan potongan buah mangga yang segar. Rasanya cukup creamy, namun ada sedikit yang kurang. Kurang sedep.

Roti Bakar Penjara (Rp.18.000,-) saya pilih sebagai hidangan penutup. Uniknya, bagian dalam roti dipotong-potong, menyisakan bagian pinggirnya. Lalu diberi selai, cokelat dan kacang. Ide konsepnya kece.

Lychee Guava Tea Pops (Rp.23.000,-) dan Orange Juice (Rp.19.000,-) menemani santap siang saya kali ini. Keduanya cukup seger, namun terasa kurang faktor x...

Bisa dibilang Starbucks adalah salah satu kedai kopi terlaris di Jakarta. Kenapa? Soalnya hampir disetiap outlet Starbucks, selalu ramai hingga tak jarang kita harus rela mengantre bahkan sampai gak kebagian tempat duduk. Seperti cabangnya yang berada di west mall Grand Indonesia lantai ground.

Masih berdesain dominasi unsur kayu, area Starbucks disini bisa dibilang cukup luas dan terdiri dari smoking dan non smoking area. Berbagai macam jenis kursi dan meja mereka suguhkan guna memberikan kenyamanan kepada setiap pengunjung. Ada yang bergaya sofa, sharing table, meja bar, dan couple seat yang diperuntukan buat kamu yang ingin berduaan.

Konsepnya dibuat seminimalis mungkin dengan beberapa ornamen ruang yang detail namun tetap modern. Potongan jendela besar dengan pola bergaya rumah adat betawi, jadi pilihan yang membuatnya terlihat grande. Area yang cukup luas, penataan meja kursi yang optimal, tak lantas membuat Starbucks disini terasa lega. Banyaknya pengunjung justru menjadikannya terasa sempit.

Seperti biasa, saya selalu memesan Signature Hot Chocolate Grande (Rp.50.000,-). Meski ada minuman cokelat di toko sebelah yang lebih kece, entah kenapa hot chocolate Starbucks ini selalu punya tempat dihati saya. Rasanya antara dark dan milky, dengan sentuhan hangat yang ngangenin.

Sebagai temen minum cokelat panas, saya memilih Doughnut Chocolate Bombolone (Rp.12.000,-). Untuk pertama kali coba, donat ini boleh juga. Bentuknya bulat pipih tanpa bolongan ditengahnya. Dibagian dalam terdapat isian cokelat meleleh dengan taburan gula pasir dibagian luar. Meski bertekstur padat, namun donat ini tetap empuk dan enak.

Berry Banana Mix Juice (Rp.19.500,-) jadi minuman kedua saya. Minuman sari buah yang dikemas dalam bentuk botolan ini sangat praktis, masa kini dan bisa dibawa kemana-mana. Pilihan rasanya pun beragam, dengan banderol harga yang cukup terjangkau. Salah satu minuman favorit saya juga kalo lagi mampir ke Starbucks...

Sore ini saya jalan-jalan disekitar jalan Komjen Pol M. Yasin, Kelapa Dua, Depok. Disebrang Mako Polisi Satwa terdapat sebuah kedai soto baru yang nampaknya menarik, Soto Sukowati namanya.

Bentuknya sederhana dan tidak terlalu besar, namun cukup bersih. Bentuk meja panjang terbuat dari kayu jadi pilihan Soto Sukowati agar dapat menyajikan aneka sate dan side dish diatasnya.

Soto Daging disajikan didalam mangkuk kecil bersama nasi dibawahnya. Kuahnya cukup bening, namun rasanya terlalu pedas merica dan kurang kece menurut saya.

Poin plus mereka justru datang dari Es Teh Manis nya. Rasa yang keluar adalah pekat dan manis. Setelah saya tanya, mereka menggunakan teh cap Dandang. Mantab djiwa...

Donat, doughnut atau donut, merupakan penganan berupa roti berbentuk bulat yang diberi bolongan dibagian tengahnya. Sejarah menyebutkan bahwa donat berasal dari Belanda yang dibawa masuk ke Amerika Utara. Cerita lain menyebutkan bahwa donat berasal dari seorang pelaut asal Denmark yang suka ngemil roti dan tanpa sengaja membolongi bagian tengahnya ke kemudi kapal.

Di Indonesia sendiri donat modern pertama kali diperkenalkan di Jakarta Fair oleh salah satu merk waralaba Amerika pada tahun 1968. Baru pada tahun 1985, toko donat asal Amerika lainnya, membuka cabang pertamanya di Hayam Wuruk. Usaha waralaba donat kembali menggeliat pada tahun 2005, dimana sebuah perusahaan lokal mulai merintis usaha donat yang jauh lebih modern hingga sekarang.

Turut meramaikan usaha waralaba kue bulat, munculah sebuah jenis donat baru bernama Donat Madu Cihanjuang. Mulai beroperasi pada Mei tahun 2010, usaha Donat Madu ini didirikan oleh Ridwan Iskandar dan istrinya Fanina Nisfulaily. Bedanya dengan donat lain adalah mereka menggunakan madu sebagai bahan pemanis.

Untuk satu lusin donat dibanderol dengan harga Ro.50.000,-. Pilihan toppingnya pun sangat beragam, mulai dari cokelat, tiramisu, blueberry, kelapa hingga durian. Tekstur rotinya sangat lembut dan empuk, rasa manisnya pas. Sangat worth it dan affordable...

Bicara soal kuliner, Indonesia mempunyai masakan tradisional yang selain kaya akan ragam juga kaya akan rasa. Dari satu jenis makanan saja, mampu melahirkan banyak variasi pada tiap daerah. Seperti yang terjadi pada soto. Penganan berkuah segar ini hadir dengan berbagai modifikasi. Di Jakarta, soto tampil dengan kuah santan yang gurih. Lain lagi di Lamongan, soto justru hadir dengan bumbu koya yang lezat.

Kali ini kita ga sedang membicarakan soto dari kedua daerah tersebut, tetapi soto dari Madura. Salah satu kedai yang menjualnya adalah Soto H. Nandar Asli di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Kedainya sederhana dan tidak terlalu luas. Etalase yang berisi bahan-bahan pembuatan soto dan sebuah pikulan, jadi pemandangan yang sangat klasik dan tradisional. Meski sederhana, namun kedai ini tetap memperhatikan kebersihan dan kerapihannya.

Saya mencoba sebuah menu Soto Ayam Komplit (Rp.20.000,-). Soto ini terinspirasi dari soto Lamongan yang menggunakan bumbu koya diatasnya. Isiannya selain irisan daging ayam, juga ada aneka jeroan seperti ati, usus dan rempela. Tak salah jika diberi nama Soto Ayam Komplit, karena emang lengkap isiannya. Kuahnya cukup gurih dan tekstur dagingnya empuk.

Selain soto, saya pun mencoba semangkuk Rawon (Rp.19.000,-). Makanan berkuah hitam ini memiliki rasa kuah yang cukup pekat dan kaya rempah. Isian dagingnya tebal, empuk dan banyak. Worth it.

Minumnya saya pilih Es Jeruk (Rp.9.000,-) dan Es Teh Manis (Rp.5.000,-). Bisa bayangin dong gimana segernya makan makanan berkuah terus minum yang dingin-dingin? Mantab djiwa...