yudistira ishak abrar

Sengaja mampir ke Bakmie Ono di bilangan Green Ville, Jakarta Barat buat sarapan. Sepagi ini aja udah rame banget euy. Tapi tenang, meskipun rame tapi pelayannya banyak jadi ga harus nunggu kelamaan sampe pesanan tersaji di meja. Meski tempatnya biasa aja, tapi cukup rapi dan bersih. Di sebelahnya ada warung jajanan lain yang bisa sekalian dipesen juga.

Bakmie Ayam (Rp.17.000,-) seporsinya lumayan mengenyangkan dengan topping suiran ayam kampung yang banyak. Rasanya sebelum diberi tambahan saus sambal udah gurih, tekstur mie nya kenyal dan lembut. Suiran ayamnya juga enak, cocok sama mie nya yang kaya ada manis-manisnya sedikit. Kuah beningnya juga seger dan gurih banget. Super worth it karena emang seenak itu menurut saya.

Sebagai tambahan lauk, saya pun memesan Bakso Goreng, Pangsit Goreng, dan Lumpia yang harganya sangat terjangkau. Baksonya gurih, teksturnya sedikit kenyal empuk. Pangsit Gorengnya juga renyah dengan isian ayam yang nikmat, apalagi pas dicocol ke saus pedas manis beeuuhhh mantep pol. Lumpianya berisi sayur dan bihun yang ga kalah enak saat dicelupkan kedalam sambal kacang, aduh duh duh kok ini bisa enak banget ya. Mantul gan…

Padamu Negeri ini mungkin milik VJ Daniel Mananta. Soalnya di salah satu sudut ruang terdapat aneka produk dari Damn I Love Indonesia. Terlepas dari itu, Padamau Negeri tampil elegan nan mewah dengan tidak melepaskan nuansa tradisional khas Nusantara. Hal itu terlihat dari ornamen ruang berupa peta yang mengambarkan Indonesia, ceiling berlapis anyaman bambu serta beberapa pigura bergambar kisah perjuangan bangsa hingga suasana pada saat Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan.

Soto Banjar Kalimantan (Rp.58.000,-) definisi semangkuk soto paling berwarna sekaligus instagenic yang pernah saya lihat selama berburu kuliner dimanapun. Isinya mirip soto ayam pada umumnya dengan kuah kuning kuning pekat tersaji terpisah didalam teko. Ada suiran ayam, bihun warna ungu, toge, tahu kuning, telur puyuh, perkedel, bawang putih goreng, kecombrang dan irisan cabai. Tak hanya cantik, rasanya pun enak. Kuahnya gurih, kental kaya bumbu serta rempah. Sensasi pedas dari irisan cabainya sudah mampu membuat lidah saya meronta.

Tapak Kucing (Rp.32.500,-) menu pencuci mulut berupa pisang bakar yang digulung lalu disajikan bersama taburan gula bubuk serta bubuk kayu manis. Konon katanya kudapan ini favoritnya Sultan Jogja. Tampil estetik dengan garnish micro flower berwarna merah muda dan daun pandan. Sebenernya enak, tapi sayang pisangnya sepet. Kalau aja rasa pisangnya manis berkaramel, bakalan perfect sih karena ada sensasi manis serta aroma kayu manisnya.

Semangat Merdeka (Rp.38.000,-) minuman terbuat dari jus jeruk dengan tambahan potongan buah jeruk, strawberry dan leci. Rasanya manis, sedikit asam, sensasi lecinya pun terasa dan cukup menyegarkan. Americano (Rp.23.000,-) untuk minuman berbahan dasar kopi di sebuah restoran, mereka mampu menyajikan minuman yang enak. Kadungan kopinya cukup kental dengan sensasi fruity serta bitter yang seimbang…

Setelah renovasi, Margo City memiliki tenant-tenant baru yang menurut saya jadi jauh lebih menarik. Salah satu yang wajib banget buat dikunjungi yaitu Villo Gelato. Lokasinya berada di luar bangunan mall tepat di halaman rumah tua zaman Belanda. Aksesnya lebih gampang lewat eskalator depan, persis di pintu keluar dari parkiran motor. Bangunannya instagenic dengan barisan pohon ketapang kencana yang membuatnya semakin mempesona. Area duduk terbagi dua, indoor dan outdoor yang keduanya terasa nyaman.

Kali ini saya memesan tiga jenis gelato, yaitu wild berry very berry, pistachio dan yoghurt with mandarin orange. Untuk ukuran kecil harganya Rp.35.000,- per cup, kecuali beberapa rasa special yang harganya lebih mahal seperti pistachio. Teksturnya lembut tapi dengan sensasi remah buah-buahan sesuai dengan rasa yang tertera. Enak-enak semua lah pokoknya, cocok sama selera saya. Original, susunya berasa, kandungan buahnya juga berkualitas…

Engga berlebihan kayanya kalo menyematkan predikat surganya crepe, pancake khas Perancis, kepada Maison Tremel. Karena selain varian menu yang beragam, resepnya pun beneran menjaga resep tradisional dari negeri asalnya. Salah satu gerai mereka berada di Pondok Indah Mall 2, lantai 3, tepat di depan area foodcourt. Bentuk outlet berupa mini stall dengan konsep grab and go. Tapi kalau mau langsung makan di tempat juga bisa, karena tersedia tempat duduk di area foodcourt.

Sore ini saya memesan dua jenis crepe manis yaitu L’amour au Caramel dan Clasic Banana Split. Adonan dasar crepe begitu lembut, mirip pancake tipis, engga seperti crepe yang sudah lebih dulu beredar di Jakarta yang cenderung kering dan garing. Which is so good. L’amour au Caramel berisi potongan apel dengan memadukan saus karamel. Buah apel segar masih begitu renyah saat terkunyah, rasa manis karamelnya begitu seimbang dan engga kemanisan. Kombinasi yang begitu sempurna dan super recommended.

Clasic Banana Split menampilkan potongan buah pisang dan buah strawberry segar dengan olesan selai cokelat. Dasar adonan crepe masih sama persis dengan sebelumnya, lembut bercita rasa manis tipis. Potongan buahnya ga kaleng-kaleng, bener-bener banyak dan berkualitas. Selai cokelat menyatukan rasanya jadi lebih yummy, manis dan begitu menyenangkan. Overall, kalau mau menikmati crepe dengan resep otentik udah paling bener mampirnya ke Maison Tremel…

Amazing! Sekarang Margo bermetamorfosis jadi lebih keren dari sebelumnya. Banyak banget perubahan, terutama dibagian depan sama area belakang. Karena tata letaknya berubah, tenant-tenant nya pun ikutan berubah. Nah, salah satu yang baru nongol disini adalah Koi The. Yes, merk spesialis penyaji minuman teh susu ini udah ada di Margo sekarang. Posisinya ada di lantai 1, tepat di bagian tengah mall, atau cukup naik eskalator sekali yang berhadapan sama lift di main hall.

Gerainya cukup unik karena menampilkan seating area di koridor mall, bukan didalam ruangan. Jadi konsepnya semi terbuka gitu lah. Tempat duduknya cukup banyak dengan beragam gaya yang difasilitasi stop kontak di beberapa titik. Sedang area kasir serta area meracik minuman berada disebelahnya dalam bentuk ruangan utuh. Eiya, disini juga terdapat tempat duduk untuk menunggu pesanan dibuat.

Dan saya pun baru tahu kalo mereka kini jualan gelato. Karena penasaran saya pun memesan dua cup Gelato Small (Rp.39.000,-) + Butter Cookies (Rp.6.000,-). Setiap cup ukuran kecil terdiri dari dua ragam rasa bebas pilih. Saya pun memilih ovaltine dengan choco ferero untuk gelas pertama, serta biscoff dengan matcha untuk gelas kedua. Keempat-empatnya saya suka. Beneran berasa gelato kualitas premium. Teksturnya lembut dengan sensasi liat khas gelato. Eiya, sebelum memesan kita juga boleh icip-icip dulu lho, supaya bisa nentuin rasa apa yang paling sesuai selera.

Karena haus setelah menikmati gelato, saya juga memesan minuman sebagai pelepas dahaga. Bosan dengan teh susu, saya akhirnya memilih Koi Cafe (Rp.23.000,-) jadi ini tuh minuman kopi susu versi Koi The. Basic kopinya masih kentara nuansa robustanya. Kandungan susu dan tambahan gula membuat minuman ini jadi lebih manis. Hmmm not bad lah untuk jenis minuman kopi yang dijual oleh gerai penyaji teh susu…

Jembatan merah unik ala Jepang menjadi gerbang utama Kintaro Sushi. Sebuah restoran khas negeri sakura yang berlokasi di Senopati ini benar-benar mengadopsi gaya Jepang untuk desain interior juga eksteriornya. Lorong menuju pintu masuk menampilkan konsep jalan setapak bebatuan dengan latar bangunan kayu. Saat pintu dibuka setelah melewati meja resepsionis, saya langsung disambut oleh lorong dengan taman bunga sakura serta sebuah jembatan lengkap dengan beragam ornamen yang menambah kesan Jepang.

Suasana didalam restoran sushi ini benar-benar nyaman dan dibuat beragam sesuai dengan kebutuhan. Ada ruang-ruang bersekat dengan kursi yang dibuat seolah-olah berbentuk lesehan, ada juga meja komunal, beberapa couple seat yang berdampingan dengan mini garden indoor super cantik dan ada pula private room. Pengalaman saya makan disini benar-benar seperti dibawa ke negeri sakura yang sesungguhnya dari segi ambience.

Chawan Mushi (Rp.25.000,-) tersaji cukup cepat untuk menu sejenis di tempat lain, karena biasanya saya harus menunggu sedikit lebih lama kalau memesan ini. Berisi potongan ayam, irisan jamur dan crab stick sebagai pugasan. Rasanya enak, engga bau amis dan minim kandungan air. Meski tidak segurih serta kurang sensasi manis seperti chawan mushi yang saya suka, tapi kalau dari segi tekstur udah smooth, engga mudah hancur dan yang paling penting engga bau amis.

Sashimi Cabinet (Rp.235.000,-) berisi aneka potongan boga bahari yang tersaji didalam lemari sehingga tampak instagenic. Ada salmon, salmon belly, tuna, chuka idako, hotate dan unagi. Irisan ikan-ikannya segar, tidak berbau dan teksturnya lembut. Irisan lemon ditambahkan supaya memberi rasa asam menyegarkan dengan cara memerasnya keatas daging ikan sesaat sebelum disantap. Unagi nya begitu lembut dengan diolah terlebih dulu menggunakan saus bercita rasa manis. Chuko idako nya juga enak, ada sensasi kuah creamy yang pedas, manis dan gurih.

Beef Teriyaki (Rp.85.000,-) mirip steak hanya memang konsepnya sudah diiris-iris lalu diberi siraman saus teriyaki. Kematangan saya pesan medium well, dan pada saat dinikmati memang demikian yang saya dapatkan. Masih ada sensasi chewy khas daging setengah matang, tapi ada bagian yang sudah hampir matang seutuhnya. Dagingnya empuk, rasa sausnya lumayan ringan dengan cita rasa asin sedikit manis. Tambahan irisan bawang putih goreng, serutan kol dan wortel memberi tekstur crispy juga sensasi menyegarkan…