Review Dika & Opik (@go2dika)

Mie Ayam Bangka dekat Pasar Perumnas yang dari pagi selalu rame, apalagi pas weekend. Inget banget karyawannya masih sama, dari dulu masih pada bocah ampe sekarang udah bujangan.

Saking ramenya, mie nya udah diracik duluan sama engkohnya biar ngga kelamaan nunggu. Alhasil mie nya disantap dalam keadaan dingin. Kalo pesen suka liat2 dulu sih, mienya baru atau masih yang dari stok.

Porsi besar, makanya banyak ibu ibu yang pesen 1/2 porsi. Bumbunya sih berasa gurih dan sedikit manis. Sambelnya pedes, jadi makin mantap lah rasanya.

Karena hobi sayur, suka karena ada kondimen toge selain Sawi, khas Mie Ayam Bangka. Dulu ada menu Tahu Kok favorit, sayang sekarang dihilangkan.

Lokasi di pinggir jalan kecil yang bakalan susah kl parkir mobil. Buat makan hanya tersedia 4 meja panjang di garasi rumah.

Pesan Mie Yamin Jamur & Mie Ayam Jamur dengan tambahan Pangsit Goreng. Tekstur mie agak tebal dengan kematangan yang pas dan kenyal. Porsi termasuk besar, dan ada sedikit rasa khas yang mengganggu.

Yang disuka potongan jamurnya besar, dan kondimen yang disediakan di meja lumayan komplit. Pas dimakan sedikit hambar, ternyata disediakan tongcay favorit saya. Begitu ditabur tongcay, asinnya jadi pas walaupun minyak ayamnya hanya sedikit.

Buka hampir 24 jam. Cocok banget buat yang kelaperan tengah malem dan bingung mau makan apa. Apalagi lokasinya cukup strategis, tepat di pojokan sebelum lampu merah Wahid Hasyim.

Walaupun parkir terbatas, namun meja tersedia cukup banyak.

Pesan Nasi Ikan Bawal Bakar khas Padang yang terasa sekali kalau dibuat dengan banyak bumbu. Hampir semua kuahnya pun medok, terlihat dari teksturnya yang kental dan pekat. Walaupun enak, dan berlokasi di pusat kota, namun harga masih ringan di kantong.

Menempati ruko di pinggir jalan Pondok Kelapa Raya. Parkiran terbatas, kapasitas pengunjung pun ngga sebanding dengan banyaknya tamu yang datang. Akhirnya kami menunggu ada meja kosong dulu sambil melihat sekeliling.

Untuk menu berat hanya ada Katupek Sayur (Ketupat Sayur) yang kondimennya ada Gulai Pakis yang mulai langka. Pilihan lauk pendamping pun lumayan bervariasi, dari telor sampai rendang.

Karena sudah makan berat, kami hanya memesan Bubur Kampiun dan cemilan kue basah khas Minang. Disini jenis cemilan dan jajan pasar khas Padang tersedia dalam berbagai varian. Mulai dari Macho Salai (Peyek Teri), Salalua, Gorengan, dll. Kami mencoba Lupis, Lapis Srikaya, dan Bugis. Menurut kami sih semua makanan disini rasanya nothing special, cuma Bugis yang boleh dipujikan.

Ikut euforianya Kopi Johny yang sebelum dibranding sama Bapak Pengacara sebetulnya juga udah rame, karena Kedai Kopinya otentik.

Dulu tempatnya belum sebagus sekarang, cenderung gelap dan sumpek terlihat dari luar. Sekarang udah lumayan terang, walaupun kebersihannya masih kurang.

Udah banyak yang sarapan disana sepagi itu. Beberapa hanya take away kopi, sama halnya dengan kami. Ternyata ada menu Ice Thai Tea yang sebagai bukan peminum kopi kaya saya jadi punya option.

Thai Ice Teanya enak dan creamy. Rasa teh Thailandnya cenderung pekat, padahal saya minum setelah sebagian esnya mencair. Opik berjanji balik lagi buat coba es kopi susunya.

Tempat makannya lumayan luas, model open space walau parkir terbatas. Itu pun di pinggir jalan. Sempat tanya ke Kang Parkir aman ngga parkir disini, dijawab aman. Oke lah!

Pilihan menunya bervariasi, mulai dari Nasi, Mie, Roti sampai Wedang Uwuh. Berhubung belum makan Nasi, akhirnya kami pilih makan berat disini.

Opik pilih Nasi Goreng Kebuli, dan saya pesan Mala Soup. Mala Soup datang di rantang ayam dengan mangkuk kecil. Buat penyuka rempah pasti akan suka, karena tajam sekali dan agak asin. Di kuahnya saya menemukan kapulaga, kembang lawang, dan rempah lain yang aromanya kuat (bahkan saya pilih yg Less Mala). Sebetulnya saya bukan penyuka rempah, tapi karena khasiatnya bikin sehat, tetap saya nikmati. Apalagi pilihan isi soupnya enak semua, kalau saja ada pilihan kuah kaldu pasti saya akan balik.

Nasi Goreng Kebulinya failed sih menurut kami. Nasinya setengah matang (agak keras), dan rempahnya pun cukup tajam.

Menempati lokasi yang strategis di lobi utama Metro Tanah Abang. Dari jalan raya juga udah terlihat.

Pesan Avocado Coffee karena unik, dan jarang ada di gerai kopi lain. Walau cukup ramai, namun pelayanan cepat dan ramah.

Untuk harga semurah ini, surprisingly rasa kopinya cukup kuat. Malah rasa alpukatnya yang cenderung samar. Masih penasaran sama menu Non Coffeenya, karena pilihannya cukup menarik bagi kaum bukan peminum kopi.