Handi Suyadi

Dulu termasuk terkenal dari otak-otak. Bagi ortu saya, ini termasuk yang terbaik. Seiring berjalannya waktu sekarang tidak seramai dulu. 

Ada beberapa pilihan menu selain otak-otak. Contohnya mie, snack. Pilihannya tidak terlalu banyak, tetapi menarik untuk dicoba. 

Otak Otak (10/10) 
Ini dia favorit dari zaman dulu, otak otak. Ukurannya sedang, tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Otak otak di sini relatif bersih, tidak banyak daun pisang menempel di otak otak.
Sausnya juga enak, kacangnya terasa dan tidak terlalu pedas.

Senang rasanya Padang Merdeka akhirnya buka cabang di Bandung karena akhirnya kesampaian makan di Padang Merdeka. Udah lama nargetin bisa makan di Padang Merdeka sejak masih cuma ada di Jakarta.

Ciri khas menu Padang Merdeka adalah rasa menu cenderung tidak terlalu asin. Oleh karena itu, citarasa bergantung dari bumbu rempah-rempah dan rasa pedas dari cabe. Meski demikian, rasa menu tetap terasa tajam.

Tapi ga semua menu rasanya benar-benar maksimal. Dendeng Lambok, Ikan Kakap Gulai dan Sate Padang rasa bumbunya kurang tajam. Sedangkan untuk menu yang lain saya rasa sudah cukup pas.

Menu paling lemah (so far) adalah Ayam Pop. Karena masakan di Padang Merdeka tidak terlalu asin, Ayam Pop versi Padang Merdeka terasa hambar jika dibandingkan dengan versi di tempat lain.

Bagaimana dengan sambalnya? So far baru makan sambal hijau saja. Sambalnya benar-benar pedas dan nendang.

Kalau boleh jujur saya termasuk ketinggalan ya. Se'i Lelebo sudah terkenal cukup lama namun baru bulan Agustus saya ke Se'i Lelebo.

Sesuai dengan yang banyak dikatakan orang, seinya benar-benar enak. Rasa smokey terasa kuat. Asinnya juga pas tidak terlalu asin.

Sambal yang disajikan rasanya tidak terlalu nendang, mungkin supaya konsumen fokus menikmati sei.

Lokasi Se'i Lebebo agak susah ditemukan kalo ga pake Google Maps. Beberapa kali sering lewat Punclut tapi selalu tidak berhasil menemukan Sei Lelebo.

Beberapa bulan terakhir ortu sering pesan Paradise kalo lagi malas keluar rumah.

Biasanya sering pesan puyunghai dan sapi lada hitam. Setelah beberapa kali pesan saya menemukan rasa masakan kurang konsisten. Saus puyunghai rasanya suka beda, begitu pula kekentalan saus .

Honestly saya termasuk terlambat beli Guzzbun. Dari pertama buka ga kesampaian ke sana sampe keburu pandemi. Itu pun pada akhirnya baru beli take away setelah Guzzbun buka cabang di Batununggal dan kebetulan ada sedang ada promo. 

Karena belum pernah ke storenya langsung, review fokus ke menu saja. 

Guzzbun (10/10)
Tidak seperti di tempat lain, burger versi Guzzbun bentuknya ga gepeng. Roti tampak gembung, padat dan fluffy. Patties burger cukup tebal. Bentuknya yang tinggi dan susunan rapi layaknya gambar burger di iklan fast food menjadikannya tampak menggiurkan. 
Rasa burgernya sama enaknya dengan penampilan burger yang indah. Patties burger juicy serta sayur yang masih fresh. 

Guzzbun Beef Bacon (10/10)
Bedanya dengan Guzzbun, kali ini isinya adalah beef bacon dan saus BBQ. Menariknya saus BBQ yang digunakan rasanya benar-benar original (kemungkinan bikin sendiri), bukan menggunakan saus jadian yang dijual di supermarket. Penggunaan saus BBQ memberikan rasa smokey.

Tampaknya Guzzbun bukan tipe burger yang sausnya melimpah ruah, namun untungnya sausnya tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak. 

Di Pasir Koja ada restoran yang menjual lobster murah yaitu Roemah Seafood. Tertarik akhirnya pesan delivery pake ojol ke rumah.

Garlic Sauce dan Mozzarella Mentai (8,5/10)
Sayang, daging lobsternya agak keras. Kalau bumbunya sendiri tergolong enak. Meski kodratnya asin, rasanya cukup lembut.

Saus Padang (9/10)
Walaupun judulnya saus Padang, rasa saus tidak terlalu sangat pedas. Sepertinya sengaja didesain tidak terlalu pedas agar bisa diterima untuk semua kalangan.
Mungkin karena beda cara masak, kali ini daging lobster terasa lebih empuk.

Karena harganya murah, ukuran lobster tidak terlalu besar. 1 porsi terdiri dari dua lobster. Kalau merasa kurang makan 1 porsi sebaiknya tambah lagi.

Senin kemarin ortu saya dikasih hadiah berupa kue lapis surabaya dari Spikoe Resep Kuno. Berhubung aslinya belum pernah ke lokasinya langsung, reviewnya fokus mengenai kue saja.

Spikoe Raisin (9.5/10)
Kuenya lembut dan legit dengan rasa butter yang kuat. Meski rasa butter cukup kuat, kue tidak terasa berat sehingga tidak bikin eneg. Secara tekstur terasa mirip dengan kue lapis legit. Jika beruntung pada sisi tertentu ada kismis tersembunyi diantara kue lapis.

Selai stroberi dioles tidak merata ke seluruh permukaan, alhasil ada bagian yang selainya kebanyakan atau terlalu tipis.