N.A.

Saya sangat excited saat mengetahui bahwa Babakaran kembali buka di Jalan Dago, posisinya berada di parkiran Bandung Makuta Dago. Konsep restorannya sih hampir sama dengan Babakaran- Babakaran sebelumnya. Tempatnya agak biasa, tapi luckily tempat yang ini ngak penuh asap. 

- Paket 1
Menu paket ini terdiri dari sate ayam, sate kuit, sate kikil, dan sate telur gulung. Paket ini juga udah include nasi, sambal babakaran, dan air mineral. Bagi saya, yang paling juara dari Babakaran adalah sambal signaturenya. Sambalnya seriously adiktif banget, jujur alasan saya kembali ke Babakaran adalah demi sambalnya.  Sambanya bukan tipikal yang extremely pedas sehingga kompleksitas rasa nya masih bisa teridentifikasi. Satenya honestly biasa aja, kecuali sate ayamnya yang empuk banget. Sate nya juga agak kurus-kurus walalupun seasoningnya OK.

Sejujurnya saya agak jarang untuk ngebaso di Boejangan, terakhir mungkin setahun yang lalu di cabang lain di Ciwalk, alhasil saya agak shock dengan konsep  prasmanan yang diusung. Konsep restoran seperti ini mixed feeling banget sih buat saya: Positifnya, kita bisa pilih apa yang benar-bear diinginin aja, belinya bisa disesuain sama selera, serta bisa nyicip ini itu. On the contrary, restoran macam ini seringkali bikip kalap, ambil ini ambil itu tau-tau musti bayar sekian. Untungnya restoran ini bekerja sama dengan beberapa e-money provider sehingga tersedia banyak promo.

Tempatnya sih menurut saya lumayan nyaman dan cozy, setype banget dengan restoran mie segrupnya, restorannya juga lumayan bersih. Sistem pemesanan prasmanannya lumayan efektif, pelayanannya juga cepat dan hangat. 

- Yamin Special Taichan Boedjangan (18K)
Sebagai base, saya memesan yamin special taichan dengan kuah taichan agar senada. Pada dasarnya baik kuah maupun yaminnya hanyalah kuah kaldu dan yamin biasa yang ditambahkan sambal rawit taichan. Dari menu sih terlihat sangat pedas, terlihat merah menyala. Pada kenyataannya, tingkat kepedasan yamin dan kuahnya masih jauh di bawah batas toleransi pedas saya. Untungnya, tersedia aneka condiment yang dapat diambil sesuai selera. 

Saya hanya mencoba beberapa varian baso seperti bakso goreng, bakso tahu, dan baso pentol.Bakso gorengnya sih biasa aja, agak sedikit melempem sih menurut saya. Bakso tahu dan pentol nya sih lumayan OK. Tahunya legit dan pentolnya kenyal. 

Saya mengunjungi tempat ini karena membaca review positif dari banyak orang sekaligus karena ingin makan dengan tenang dengan view alam khas Dago Atas. Konsep restorannya saya akui OK banget terutama di lantai bawah. Restorannya hijau banget, tempatnya tenang, dan udara nya sejuk

Saya mengunjungi tempat ini pada pukul 3 dan semua seat di lantai bawah sudah tidak bisa ditempati karena direserve untuk buka puasa. Saya diarahkan ke lantai dua bagian kanan namun di disana saya mendapati pelayannya sedang tidur-tiduran di sofa. Saya diarahkan ke lantai dua bagian kiri dengan cara yang kurang sopan, "pakai yang sebelah sana aja mas!". WTF, ini service macam apa. 

Saya akhirnya duduk di lantai dua bagian kiri dalam kondisi yang super awkward, antara dianggap atau enggak. Mau pesan makan gaada pelayan yang stand by, mau minta lilin karena ada lalat juga gatau mau minta ke siapa, mau nanya password WIFI katanya buat office doang, ini resto ada niatan buat melayani pengunjung gasih? Niatnya mau makan dengan tenang di Dago Atas malah gondokan sendiri.

- Cumi Lada Garam 
Meskipun restoran ini bukanlah restoran keluarga, semua menu tidak disajikan dalam porsi personal. Menu yang saya pesan saja disajikan dalam 4-5 potong. Menu ini menurut saya agak unik sih, belum pernah saya coba sebelumnya. Menu ini berupa cumi yang digoreng kering yang disajikan bersama kremes dan potongan cabe segar. Cuminya segar, kenyal, sekaligus gurih.

- Iced Long Black 
Nothing to complain, what a refreshment!

Sebelumnya saya belum pernah nyobain makan berat dari Tong Tji, jadi saya iseng nyobain sembari nunggu service gadget di BEC. Tempatnya sih lumayan, desainnya lumayan tematik, namun sayangnya agk terlalu terbuka. Selain itu, service di tempat ini tidak impresif, pelayannya cuek dan agak lama.

- Bihun Goreng Special (31K) Menu ini berupa bihun goreng yang dihidangkan bersama telur ceplok, baso, ayam, kerupuk, dan acar. Porsinya sih gila, saya sih auto kenyang banget, topingnya juga sama sekali ngak pelit. Bihunnya agak sedikit basa dengan rasa yang didominasi oleh rasa manis, kalau ngak ditambahin sambel sih bakalan agak eneg

- Jasmine Tea (11K)
Teh Tong Tji menurut saya udah punya pakem tersendiri, ngak pernah ngecewain. Yang agak disayangkan adalah tea nya disajikan menggunakan gelas plastik, padahal dine-in loh. Kalau disajikan menggunakan gelas kan pasti lebih OK buat lingkungan.

Steak house baru ini berlokasi tidak jauh dari perempatan riau-laswi-supratman, masih satu satu blok dengan Chiz Cheesecake. Meskipun practically restoran ini adalah restoran keluarga, tapi desain restorannya anak muda banget dengan penggunaan interior berwarna pop yang cukup intens. Tempatnya sih tidak luas namun lumayan berasa spacey dan cozy berkat seat arrangement yang tidak terlalu dipaksakan. Oh ya, yang agak aneh menurut saya adalah pintu restorannya yang sangat confusing.

- Bifuteki Tenderloin Steak (120K)
Beda harga antara steak lokal premium dan steak importnya yang hanya terpaut 15K saja membuat saya jelas memilih menu yang satu ini. Kalau dipikir-pikir, harga yang dipatok untuk local selectionnya di atas rata-rata steak house kebanyakan, sedangkan import steaknya malah di bawah rata-rata.

Tenderloin yang saya pesan disajikan bersama mashed potato sebagai sumber karbohidrat, mixed vegetables, serta saus barbeque sebagai condiment. Saya memesan tenderloin dengan doneness Medium Rare. Tentunya saya berekspektasi kalau daging yang dihidangkan akan berwarna merah terang di bagian tengah yang gradually bertambah gelap di bagian luar. Sayangnya, steak yang saya pesan overcooked; dagingnya pucat dan doneness-nya sudah nyaris mencapai medium-well, agak disayangkan sih karena semakin tinggi doneness steak pasti citarasa alami daging, tenderness, serta ke-juicy-an dagingnya sudah menurun, apalagi kalau mendekati well-done, steak seharusnya sudah sama sekali tidak juicy.

Mashed potatonya menurut saya agak terlalu kering dan kurang creamy serta seasoningnya kurang kuat. Mixed vegetables nya segar, terutama jagungnya yang manis dan empuk. Brocolinya agak overcooked dan wortelnya agak aneh. Yang paling mengecewakan dari menu ini adalah barbequenya ngak ada kental-kental nya sama sekali; lame!

- Lychee Tea (30K)
Awalnya saya mengira kalau menu ini hanya berupa teh manis dengan penambahan buah leci segar, namun ternyata lychee teh di tempat ini disajikan bersama cream cheese yang membuat minuman ini jelas bukan sebuah minuman yang ringan. Meskipun begitu perpaduan antara cream cheese, teh, dan lecinya masih cukup harmonis.

Enaknya kampus Ganesha adalah fleksibilitas dalam hal perut, mau makan murah banyak yang makan fancy juga bisa, tinggal jalan ke gerbang belakang langsung berjejer deh restoran fancy, salah satunya ya restoran ini. Saya sih sangat suka konsep garden-glass house yang diusung, kesannya mewah dan warnanya hijau nya sangat menenangkan. Restorannya juga relatif tenang, saya seringkali kabur ke cafe ini ketika sedang buntu ngerjain skripsi di kampus. 

Food:
Menu Dory Au Gratin (66K) adalah menu yang paling sering saya pesan. Menu ini berupa grilled dory yang disajikan bersama saus Bechamel; saus putih khas prancis dengan citarasa yang salty dan creamy, serta melted cheese. Menu ini juga disajikan bersama grilled baby potatoes dan mixed vegetable. Ikan dorinya tidak pernah mngecewakan sih, ikannya lumayan segar, tidak terlalu kering, serta tidak gampang pecah gitu loh. Bumbu ikan dorinya juga lumayan meresap. Untuk perut saya yang relatif kecil. menu ini sudah lebih dari cukup untuk makan siang ataupun makan malam.

Beverage:
Untuk minuman, saya paling suka Mocktail varian yakultnya yang nyegerin parah, baik varian mangga maupun varian lecinya. Selain itu, fresh juice di tempat ini juga tidak pernah ngecewain. 

Service:
Sebenarnya ini bukan pengalaman pertama saya menyantap di restoran ini, namun kunjungan kali ini servicenya agak mengecewakan. Kali ini saya mau merayakan ulang tahun teman saya di tempat ini. Pelayannya bilang kalau cake dari luar dan dekorasi seperti balon diizinkan as long as setiap orang pesan satu makanan berat, we totally accept the terms and conditions, kalaupun ngak dibolehin atau harus kena charge pun kita sama sekali ngak keberatan. 

Yang paling annoying adalah pelayannya benar-benar melototin kita saat kita lagi ngedekor (cuma masang balon, nyusun cake dan gift, sama naro tulisan HBD gitu di meja, we definitely not break their properties loh), pelayannya juga berkali-kali nyemperin ke meja untuk make sure kita mesan apa padahal kita menunda pemesanan bukan karena gamau pesan, melainkan nungguin semua lengkap dulu. Seriusan, makanan di tempat ini ngak semahal itu, mahasiswa juga masih sanggup afford deh. Iyasih kita cuma pake outfit kampusan banget, tapi bukan berarti kita gabisa afford dong. Seharusnya restoran sekelas ini sih lebih menghargai privacy pengunjung dan stop untuk melakukan customers-discrimination gitu.

Bakery ini seringkali saya jadikan referensi utama untuk membeli cake ataupun sandwich. Tempatnyasih tidak banyak berubah, seat areanya masih terbatas dan sangat biasa, dibilang nyaman juga bukan yang nyaman-nyaman banget juga, mungkin karena bakery ini memang tidak drancang untuk pengunjung yang suka berlama-lama di tempatnya.

- Mandarin Almond Pandan Cake (35K)
Awalnya sempat berfikir kalau perpaduan citarasa antara pandan dengan Mandarin Orange ngak akan nyambung satu sama lain. Perpaduan kedua rasa ini ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan. Penambahan jeruk berhasil memberikan citarasa yang unik dan segar dari Pandan Cake yang old-school banget. Penambahan almond juga berhasil memberikan efek crunchy pada cakenya. Base cakenya juga lumayan moist dan sedikit fluffy, overall not bad at all sih.

- Rhum Ball (11K)
Menu ini citarasanya agak nanggung sih, coklat kagak, rhum juga kagak, kayak agak tasteless gitu kesannya karena rhumnya yang tidak terlalu terasa. Walaupun harganya memang sangat murah, tapimenurut saya menu ini agak Big No sih. 

- Mango Artisan Tea (21K)
Mango Teanya agak sangat biasa sih menurut saya, citarasa mangga nya tidak terlalu terasa dan agak hambar, agak heran teh seharga 20an ribu masa citarasanya kayk gini.

Restoran ini seperti restoran chinese food keluarga kebanyakan, aspek kenyamanan dan desain restoran jelas tidak menjadi konsiderasi utama. Restorannya relatif kecil, desain nya sangat biasa, tidak muluk-muluk, dan tempatnya tidak bisa dibilang nyaman, restorannya crowded, berisik, serta tempatnya agak panas, terutama saat makan siang. Yang paling suka dari restoran ini adalah konsep open kitchennya, pengunjung benar-benar bisa menyaksikan bagaimana makanan yang kita makan dimasak.

- Yamien Rica
Yamien di tempat ini memiliki beberapa varian mie, pilihan saya tentunya jatuh kepada Mie besar (karet) nya yang kenyal banget, slightly look-nya memang mirip karet gelang tapi dalam versi edible, begitu pun dengan teksturnya ketika dimakan. Mie ini disajikan bersama daging babi cincang dan baso goreng serta bakso kuah dan pangsit. Kuah kaldunya tergolong lite, chinese-style broth kebanyakan sih. Baksonya kenyal dan empuk sedangkan bakso gorengnya crispy. Bumbu ricanya menurut saya kurang pedas sehingga kurang berasa ricanya.