N.A.

Pada masa jayanya, Baba Rafi merupakan salah satu kebab andalan keluarga saya karena kualitasnya yang sangat OK, harganya yang relatif terjangkau, dan cabangnya yang ada dimana-mana, bahkan di kota kecil tempat saya tinggal dulu juga tersedia. Sayang, Quality Control dari brand ini seringkali kurang optimal. Sama seperti store kebab kebanyakan, kebab baba rafi cabang ini kurang cocok untuk dine-in. Pelayanannya sih standar.

- Black Kebab (19K)
Jujur saya lebih suka kulit kebabnya (tortilla) yang biasa karena versi hitamnya agak sedikit lembek dan tidak ada perbedaan rasa yang signifikan jika dibandingkan yang biasa. Isian kebabnya agak sedikit kopong, daging sapi, bahkan sayurannya kurang generous, bahkan boleh dibilang pelit banget. Isian kebabnya malahan kebanyakan sausnya doang. 

- Syawarma  شاورما‎; (18K)
Pada dasarnya, menu ini merupakan arabian style sandwich yang berupa roti pita yang dilipat dimana dibagian tengah diisi dengan daging dan sayur-sayuran kebab. Untuk cabang ini sepertnya tidak menggunakan roti pita. Sama halnya dengan kebabnya, isiannya kurang generous. 

Restoran yang berada di Simpang Lima Asia Afrika ini konon merupakan restoran legendaris untuk menikmati sate dan gule. Restoran ini tipikal restoran keluarga kebanyakan dengan desain interior dan eksterior yang tidak menjadi fokus utama. Sama seperti restoran legendaris lainnya, di restoran ini juga dipajang foto-foto orang penting yang pernah bersantap di restoran ini, sejujurnya saya surprised saking banyaknya. 

Restoran ini memiliki dua jenis seating area yaitu indoor di dalam restorannya dan outdoor tendaan di bagian depan. Mencari tempat duduk di restoran ini membutuhkan usaha yang sedikit ekstra, saya pun hanya mendapatkan tempat duduk di bagian indoor yang sayangnya kurang nyaman. Tempatnya sesak dan penuh asap, asapnya benar-benar ngebul sampai-sampai mata saya benar-benar perih. Saya sangat tidak menyarankan untuk duduk di bagian indoor-nya. Pelayanan di restoran ini juga sedikit chaotic, dibutuhkan kesabaran ekstra hingga makanannya dihidangkan.

- Sate Kambing (5.5K/Tusuk)
Sate di tempat ini disajikan dengan menggunakan hot plate sehingga satenya akan terjaga dalam kondisi yang masih hangat. Satenya gendut-gendut dengan daging kambing yang sama sekali tidak amis. Daging kambingnya juga empuk dan juicy. Menurut saya harga per-tusuknya sepadan dengan kualitas yang diberikan. Sate ini disajikan bersama saus kacang dan sambal kecap. Saus kacangnya menurut saya sih biasa banget sedangkan sambal kecapnya juara--pedas, manis, dan asam menyatu sempurna, benar-benar surgawi. Menurut saya sate ini memang pantas menyandang predikat sate legendaris. Saya yang makannya tidak begitu banyak mampu menghabiskan dua porsi (7K/porsi) nasi saking enaknya. Pengorbanan saya melawan asap tidak berbuah sia-sia. 

Restoran ini sebenarnya memberikan kesan pertama yang cukup baik. Dari luar, restoran ini terlihat cukup menarik dengan desain modern yang terkesan cozy. Sayangnya, pengunjung hanya akan merasakan kenyamanan tersebut jika mendapatkan tempat duduk di area utama. Saya seperti sedang kurang beruntung karena mendapatkan tempat duduk di dekat mushola yang kondisinya lebih mirip lorong kos-kosan ketimbang sebuah restoran. Tempat duduk di area ini sama sekali tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan, alhasil saya dan teman-teman benar-benar merasa kepanasan. 

- Ayam Sawce Crispy (61K) + Sapi Sawce (74K) + Cumi Rempah (78K)
Konsep makanan ini sepertinya terinspirasi dari seafood kiloan yang sempat naik daun beberapa tahun yang lalu, hanya saja di tempat ini pilihan dagingnya tidak terbatas pada seafood saja, melainkan tersedia juga daging sapi dan ayam crispy yang menjadi signature restorannya. Pilihan daging tersebut disajikan bersama jagung, sosis, potato wedges, fusilli, wortel, dan buncis, lengkap dengan aneka pilihan saus. Lalu menu ini kemudian dituang ke meja yang dialas dengan kertas khusus, kurang lebih mirip dengan metode makan liwetan khas Sunda. Menu ini kemudian disantap bersama nasi yang bebas diambil sesuai selera. 

Di antara pilihan daging yang saya coba, saya paling suka Cumi rempahnya yang surprisingly masing sangat segar, porsi cuminya juga tidak pelit meskipun cuminya memang kecil-kecil. Ayamnya biasa aja sedangkan daging sapinya mungkin akan lebih enak kalau tidak dibalut dengan tepung. Saya mencoba tiga pilihan sausnya yaitu Saus Rempah, Saus Double Dragon, dan Saus Asam Manis. Di antara ketiganya saya lebih suka saus rempahnya yang surprisingly memberikan after effect pedas dan kebas di lidah. Menurut saya menu ini memiliki value for money yang lumayan OK sih, apalagi kalau disantap ramean.

Pick Cup BEC posisinya berada di lantai 3A tepat di depannya CGV. Tempatnya hanya berupa stand dengan tambahan dua meja yang dikhususkan untuk customer tenant ini. Tempat duduknya agak awkward sekalipun hanya untuk waktu yang pendek. Yang menurut saya sangat perlu untuk ditingkatkan adalah pelayanannya yang sedikit mengecewakan. Waktu untuk serving-nya agak lama. Selain itu, pelayannya juga salah membuatkan pesanan saya

- Boba Ajudan (25K)
Sebenarnya saya memesan Boba Kejudan, tapi karena serving time-nya yang lumayan lama saya memutuskan untuk menikmati minuman ini saja. Basically minuman ini seperti minuman boba kebanyakan yang berupa campuran antara susu, cream cheese, dan brown sugar. Yang membuat berbeda adalah boba-nya diklaim memiliki rasa pandan. Boba-nya lembut dan empuk banget sih, hanya saja pandannya sama sekali tidak terasa 

- Manisan Kamu (27K)
Menu ini konon katanya menggunakan permen legendaris Sanca yang sayangnya tidak pernah saya temukan di masa kecil saya. Menu ini cenderung segar sih dibanding seri bobanya. Citarasanya sih manis segar dengan sedikit hint rasa asam. Kalau dibilang spesial sih menurut saya belum.

Potato Corner bisa banget dijadikan sebagai salah pilihan snack di Bandung Elctronic Center. Posisinya berada di lantai 3A di depannya entrance CGV. Tempatnya hanya berupa stand dengan tambahan dedicated-seating area dalam yang terbatas di bagian sampingnya. Yang membuat tenant ini semakin menarik adalah tenant ini bekerja sama dengan banyan vendor e-wallet yang tentunya memberikan banyak pilihan promo. 

- Mega French Fries (32K)
Menurut saya membeli french fries di tenant ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan french fries di restoran cepat saji, Untuk harga yang ditawarkan, porsinya sih lumayan besar, untuk snack 1-3 orang sebenarnya sudah lebih dari cukup. Kentangnya menurut saya lumayan garing tapi empuk di bagian tengah, kentangnya pun juga tidak greasy. Pilihan bumbu untuk kentangnya lumayan banyak, saya memilih bumbu Spicy BBQ, enak sih tapi kalau bumbunya terlalu banyak agak merusak rasa kentangnya, saya lebih prefer kalau bumbu minta disedikitkan saja.

Bakery ini seringkali saya jadikan sebagai tempat untuk menikmati aneka kue dan roti dengan harga yang relatif sangat terjangkau. Bakery ini berada di bagian depan Eat Boss Dago. Pengunjung yang ingin dine-in juga bisa menyantap pesanannya di seating area-nya Eat Boss. Sayangnya, area bakery-nya agak sedikit gelap dan kurang rapi sehingga agak kurang menarik.

- Double Chocolate Salted Caramel (16.5K)
Saya berani mengatakan kalau cake ini OK banget jika tidak ada embel-embel salted caramel pada cake ini, apalagi jika mengingat harga per-slice-nya yang relatif sangat murah. Cakenya tidak terlalu manis, agak moist, dan empuk banget. Sayangnya, salted caramel-nya sama sekali tidak terasa.

- Choco Bun (8.5K)
Saya kurang suka sih dengan bun-nya yang menurut saya terlalu kering dan kurang lembut. Selain itu, selai coklat di bagian dalam bun-nya kurang banyak, alhasil bun-nya menjadi agak tasteless. 

Sejak dulu, Eatboss seringkali saja jadikan sebagai tempat makan di saat dompet tengah menipis karena harga makanan dan minuman di tempat ini yang relatif sangat terjangkau. Selain itu pilihan makanan di tempat ini juga sangat variatif, mulai dari Indonesian food, westen, asian, dan fusion. Meskipun sebuah restoran budget, dari segi tempat restoran ini di atas rata-rata restoran sekelasnya. Saya paling suka bagian outdoor di pinggir kolam renangnya, bagi saya duduk di pinggir kolam renang sambil menyantap makanan bisa disajikan sebagai stress-reliever yang efektif. Pelayanan dari restoran ini juga relatif baik untuk kelasnya, meskipun sebagian pelayannya memang harus meningkatkan hospitality-nya. 

- Spaghetti Goreng (17.5K)
Menu ini menurut saya cukup unik, dimana spaghetti yang notabene-nya merupakan makanan Italia diolah layaknya mie goreng khas Jawa. Citarasa spaghetti yang biasanya cenderung creamy dan cheesy disulap menjadi manis-gurih khas masakan Jawa. Sayangnya, bumbu spaghetti-nya agak kemanisan untuk lidah saya. Saya menyarankan untuk memesan toping cabe rawit tambahan untuk memberikan sedikit rasa pedas. Spaghetti-nya disajikan bersama telur mata sapi, bakso, acar, bahkan dengan kerupuk, benar-benar sebuah akulturasi rasa. Porsi menu ini juga disesuaikan dengan porsi makan orang Indonesia kebanyakan.