N.A.

Sejujurnya saya merasa telat banget baru mengetahui hidden gem yang satu ini. Restoran ini berasa di dekat Taman Panatayuda Dipatukur. Rumah makannya memang agak susah di-notice karena plang nama restorannya yang tidak begitu jelas. Sebagai patokan, restoran ini dihapit oleh kafe Infinito Disconnect dan DU Dimsum. Tempatnya sih tidak spesial. Tempatnya tidak besar namun pengunjungnya lumayan banyak, saat saya datang semua tempat duduknya penuh. Yang menurut saya sangat impressif adalah pelayanannya. Bli-nya benar-benar baik dan ramah.

Food and Beverage
- Paket Betutu Ayam (30K)
Paket ini sudah termasuk ayam, nasi, plecing kangkung, sambal matah dan sambal kecap, lengkap dengan teh manis atau air mineral. Porsinya menurut saya lumayan banyak, untuk saya sih lebih dari cukup. Tersedia dua opsi untuk ayamnya yaitu betutu klasik yang direbus atau opsi kedua yang digoreng (saya kurang yakin kalau ini masih disebut betutu atau tidak). Kali ini saya memilih opsi ayam yang digoreng.

Ayam gorengnya menurut saya benar-benar enak, serundengnya tidak pelit, bumbu ungkepnya benar-benar meresap dengan citarasa lengkuas yang sangat strong. Ayamnya juga renyah banget. Ayam gorengnya semakin nikmaat berkat citarasa pedas segar dari sambal matah-nya dan citarasa manis dari sambal kecapnya. Sate lilitnya (10K/3 tusuk) menurut saya juga wajib untuk dipesan. Satenya enak sih menurut saya, hanya saja mungkin akan lebih nikmat jika disajikan hangat. Sayangnya menu ini tidak disajikan dengan kacang yang sudah menjadi ciri kasnya masakan Bali.

Kafe ini posisinya dekat banget dari Rumah Sakit Hasan Sadikin. Tidak mengherankan jika saat saya berkunjung tamunya didominasi oleh dokter residen yang sedang belajar ataupun yang sekadar bersantai. Café-nya sebenarnya lumayan nyaman, pencahayaannya OK banget sih, sangat mendukung mood untuk berkonsentrasi. Yang menurut saya agak kurang nyaman hanyalah tempatnya yang agak panas, secara kafe ini mengandalkan AC Sentral namun dengan kondisi jendela yang selalu dibuka.

Food and Beverage:
- Iced White (30K)
Sejujurnya saya sedikit surprised dengan pilihan menu kopi di tempat ini yang agak terbatas. Basically menu ini adalah iced caffee latte. Menu ini dapat dipesan dalam dua opsi; espresso yang strong dan espresso medium. Kali ini saya memesan yang espresso-nya strong. Sejujurnya saya tidak menemukan spesialnya menu ini dimana, malahan minumannya agak terlalu milky menurut saya.

Piko Bakehouse merupakan merchant baru di Nara Rancabantang Park. Posisi store-nya berada tepat di bawahnya Foresta Coffee. Sama seperti merchant lain di Nara, merchant ini juga menggunakan sistem integrated-order, dimana pengunjung bisa duduk di area manapun, pemesanan dapat dilakukan dari merchant manapun, dan sekarang pemesanan juga dapat dilakukan dengan menggunakan Whatsapp yang surprisingly sangat responsif. Yang agak merepotkan hanyalah ketika ada item tidak tersedia, integritas antar merchant dan server-nya belum sebagus itu.

Food and Beverage:
- Rhum Regal Mille Crepes (30K)
Sejujurnya saya sedikit surprised dengan harga cake dari Piko dari Piko yang lebih murah dibandingkan toko kue sekelas lainnya. Namun ternyata harga yang murah tersebut comes with a reason--potongan cake-nya sedikit lebih kecil dibandingkan yang lain. Citarasanya cakenya menurut saya lumayan OK, rhum yang digunakan memang tidak mengandung alkohol, citarasanya lumayan intens. Tekstur cakenya juga rich berkat gabungan antara tekstur kenyal, lembut, dan moist di setiap gigitan. Yang agak membingungkan hanyalah citarasa Regal-nya yang sedikit missing. 

Sesuai namanya, restoran ini posisinya berada di dalam gang kecil. Patokan gangnya berada di seberangnya Bang BRI Cihapit. Restoran ini sebenarnya memiliki dua akses masuk: yaitu melalui gang kecil dimana parkiran roda dua dan plang restoran ini berada, atau melalui Jalan Cihapit, namun akses ini sedikit clueless karena plang nama yang terpampang hanyalah Los Tropis, awalnya saya mengira kalau Gang Nikmat bertempat di lokasi yang berbeda. Tempatnya menurut saya jauh lebih nyaman dan luas ketimbang saat di Jalan Riau dulu. Pelayanannya menurut saya uga lumayan OK. 

- Paket Teri Honje (40K)
Paket ini sudah termasuk nasi, tumis teri dan honje, telur tempura, nasi, dan pilihan minuman antara air kelapa atau special tea—tentunya saya memilih air kelapa. Porsi menu ini menurut saya lumayan mengenyangkan, porsinya nasinya lumayan besar. Sejujurnya ini adalah kali pertama saya mencoba honje atau kecombrang, citarasanya menurut saya sangat unik, pedas-pedas sedikit asam. Sayangnya terinya kalah dominan dibandingkan kecombrangnya—benar-benar jauh dari kata generous. Untuk yang suka citarasa pedas bisa menambahkan chili oil agar menu ini semakin nikmat.

Sebagai fanboy garis kerasnya Mie Ayam Cipaganti, kehadiran cabang baru di Dago memberi saya perasaan campur aduk: antara senang karena lokasinya yang jadi lebih dekat ke tempat tinggal saya serta khawatir dan takut kalau citarasanya berbeda dari cabang utamanya. Tempatnya sedikit ter-level-up dari cabang utamanya dimana cabang ini konsepnya lebih ke rumah makan ketimbang tenda gerobakan. Tempatnya tentunya lebih nyaman cabang ini, namun menurut pendapat subjektif saya, saya lebih menikmati ketika makan mie ayam gerobakan dengan bangku plastik—ini sangat subjektif loh ya. Di cabang ini, staff-nya satu orang jadi pelayanannya agak chaotic

Food and Beverage:
- Mie Ayam Bakso (17K)
Harga cabang ini dua ribu lebih mahal ketimbang di cabang utamanya. Dari segi visual sebenarnya mie ayamnya hampir sama dengan yang di Jalan Cipaganti, namun kuahnya lebih banyak, terlihat kurang keruh dan terkesan watery. Citarasa mie, ayam, sayur, dan jamurnya kurang lebih sama. Porsinya agak lebih banyak. Namun sayangnya firasat saya mengenai kuahnya benar, kuahnya kurang gurih dan agak watery. Rasa manis-asin-gurihnya agak sedikit missing.

Berhubung Bandung sedang sering-seringnya hujan, saya memilih untuk memesan pizza dari restoran ini dengan menggunakan jasa pesan antar, apalagi saat itu Ismaya Group memang sedang promo besar-besaran. Sayangnya, Ismaya Group sepertinya tidak menjalin kerja sama dengan jasa pesan antar yang saya gunakan karena ongkos kirimnya yang sedikit lebih mahal ketimbang restoran-restoran lain di Paris Van Java.

Food:
- Calabres Thin Crust Pizza (115K)
Saya pribadi sebenarnya lebih suka tipikal pizza tipis yang renyah seperti ini ketimbang pizza yang tebal karena ngak gampang bikin kenyang dan jenuh, ngabisin satu loyang sendiri juga sebenarnya bisa-bisa saja. Pinggiran pizza-nya yang crunchy benar-benar shopisticating. Saya juga suka tipikal saus-nya yang tidak terlalu cheesy, sedikit asam-pedas dan garlicky. Topping pizza-nya lumayan loyal, pepperoni sama salami (sausages)-nya sama sekali tidak pelit, hanya saja untuk toping lain seperti jamur, black olive, dan garlic-nya agak pelit dan numpuk di bagian tertentu saja. Kalau topping-nya lebih generous lagi pasti akan lebih OK secara pizza-nya kan bukan yang murah-murah amat.

Sejujurnya, tempat dari gerai minuman ini tidak begitu cocok untuk dine in karena tempat duduknya yang terbatas dan tidak terlalu nyaman. Saya pun lebih memilih untuk men-take-away minuman yang saya pesan. Sayangnya waktu serving minumannya agak sedikit lama dan staff-nya tidak begitu ramah. Kali ini saya mencoba Es Teh Indonesia (12K). Sejujurnya yang membuat saya tergiur untuk mencoba minuman ini adalah harganya yang sangat terjangkau, terutama untuk ukuran small-nya. Sayangnya saat saya berkunjung, yang tersedia hanya ukuran large saja. Minumannya menurut saya biasa aja sih, bagaimana teh susu pada umumnya. Hanya saja menurut saya teh susunya agak sedikit kemanisan. Sejujurnya agak sulit bagi saya untuk menemukan hal spesial dari minuman ini selain harganya yang murah.