N.A.

Bagi warga Bandung mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah "Bondon" yang sering kali menggelitik telinga. Dalam bahasa Sunda, "Bondon" berarti wanita malam (CMIIW). Penamaan perkedel ini disebabkan oleh lokasinya yang berada di zona merah Kota Bandung dan juga karena jam operasinya yang mengikuti jam kerja di zona merah tersebut. Penjual baru mulai menggoreng perkedel pada pukul 11.00 dan pada saat itu antrian pun sudah mulai mengular. Pembeli akan terus ramai berdatangan hingga datang nya subuh.
- Perkedel Kentang (2K)

Menu utama yang dijual di warung ini adalah Perkedel Kentang. Perkedel kentang di jual sedikit berbeda dengan perkedel kentang di restoran Padang. Bagian kulit perkedel dilapisi tepung crispy yang cukup tebal, tekstur kentang nya pun tidak selembut perkedel kentang di Restoran Padang, bumbunya cukup minimalis, sehingga originalitas kentang nya masih sangat terasa. Poin plus dari perkedel ini terletak pada sensasi makan perkedel yang masih sangat panas di malam Bandung yang dingin. Perkedel ini disajikan dengan sambal tomat, namun saya lebih suka menyantapnya langsung tanpa bumbu apapun

Bosan dengan sate yang gitu-gitu aja? Sate DJ lah solusi nya. Sate ini terletak di Jalan Sudirman (Andir) yang memang terkenal dengan surga makanan nikmat di Kota Bandung. Sate ini berupa tenda kaki lima yang terletak di sisi kiri jalan dan juga berupa warung/toko pada sisi kanan jalan.
- Sate (15K/10 tusuk)

Sedikit berbeda dengan sate lain di Kota Bandung. Sate ini disajikan tanpa kuah ataupun sambal karena bumbu sate ini sudah sangat kuat meresap ke dalam daging. Terdapat tiga pilihan daging yaitu, daging ayam, sapi, dan kambing. Potongan daging nya memang cendrung kecil, namun karena potongan dagingnya yang kecil itu lah yang membuat bumbu nya sangat meresap. Bumbu nya cendrung asin dengan sensasi sedikit sentuhan rempah (sesuatu mirip kencur, namun saya kurang tahu persis). Untuk pecinta pedas, disediakan sambal yang citarasa nya sangat pedas dan tentu nya acar untuk menghilangkan amis dari daging.
- Soto Ayam (15K)

Selain menyediakan aneka jenis sate, tersedia juga soto ayam sebagai pendamping hidangan sate. Soto yang disajikan lebih mirip soto Jawa Timuran dengan kuah kuning. Soto disini memang tidak se-spesial sate nya. Tapi saya selalu memesan sotonya mengingat sate nya yang terlalu kering

Dahulu sih Steak diidentikkan dengan makanan kaum menengah ke atas karena harganya relatif mahal, namun akhir-akhir ini bermunculan warung steak murah yang menawarkan steak dengan harga yang terjangkau oleh berbagai kalangan; salah satu Steak Ranjang di Jalan Dipatiukur
Warung Steak ini berupa rumah makan dua lantai yang didominasi oleh warna merah. Warung ini memang tidak terlalu nyaman, tergolong sempit dan kurang rapi sehingga lebih cocok untuk makan saja, bukan untuk nongkrong berlama lama. Di jam sibuk, seringkali harus berlaku sistem Waiting List dan di malam hari menu menu tertentu sudah Sold Out
- Tenderloin Telanjang (21.5), Additional Saos Level 5(+2K)

Karena saya kurang suka dengan varian tepung-tepungan, saya selalu memesan seri telanjang (digoreng tanpa tepung). Steak disini memang tidak dibakar seperti steak pada umumnya. Daging digoreng, kemudian disajikan pada hotplate, kemudian diguyur dengan saos pilihan (BBQ, Black paper, Brown) kemudian diberikan side dishes french fries dan potongan sayur. Untuk steak sekelas, kualitas daging yang digunakan tergolong sangat empuk, tidak alot. Untuk saos, saya biasanya pesan saos BBQ Level 5, Saos tipe ini sangat cocok untuk pecinta pedas, terdapat potongan cabe rawit dan bijinya yang mampu memberikan sensasi makan steak sambil keringetan. Tapi kali ini saya memesan steak dengan saos brown yang menurut saya rasa nya biasa aja,, kurang sesuai dengan tambahan cabe yang saya pesan. Overall Saya salu puas ketika makan di

Karena tingkat kemageran yang memuncak, akhirnya saya memutuskan untuk memesan ayam geprek ini dengan menggunakan Go-Food. Apalagi rumah makan ini sedang memiliki Go-Pay Delivery Promo sehingga biaya delivery menjadi lumayan ringan
- Paket Ayam Geprek Original Level 5 (18K)

Rumah Makan ini menawarkan level pedas yang hanya berkisar antara level 1-5, tentunya saya memesan level 5 yang ternyata tidak pedas, saya tidak mendapatkan sensasi makan ayam hingga berkeringat. Ayam disini sangat empuk, namun sayang porsi nya cukup kecil dan geprekan nya kurang hancur. Menurut saya geprek disini hanya gimik belaka. Porsi nasinya sangat kecil, untungnya saya memesan nasi tambahan (5K) yang tidak terdapat di menu GoFood sehingga harus di input secara manual.

Kunjungan pertama saya  ke restoran ini disebabkan oleh sebuah Lifehacks yangdisarankan oleh seorang teman ketika saya tengah belajar di Coworking Space sebelah. "Ah Belajar nya sih disini aja, nanti makan nya di Eatboss aja, lebih murah dan lebih puas." Berhubung saya masa berstatus mahasiswa dengan uang saku yang masih dijatah orang tua, saya langsung meng-iyakan saran tersebut
Restoran ini lokasi nya sangat strategis, sangat dekat dengan beberapa kampus di Dago seperti ITB dan Unpad Dipatiukur. Hal ini lah yang membuat restoran ini selalu penuh ketika minggu- minggu UTS dan UAS. Restoran ini mengusung konsep yang anak muda banget, tempat nya cozy, desain interior nya atraktif, tersedia colokan yang mencukupi, Free WIFI, serta harga yang bersahabat tentunya. 
Berhubung karena saya sangat lapar, saya memesan Nasi Goreng Betutu (17K) dengan tambahan toping Telur Mata Sapi Setengah Matang (3K) dan toping potongan Cengek/ cabe rawit ?(2K). Keputusan saya memesan toping Cengek ternyata tepat sekali mengingat Nasi goreng yang disajikan tidak pedas sama sekali, bahkan tergolong flat dan hambar. Saya tidak terlalu merasakan sensai Bentutu khas Bali pada menu nih. Untuk telur setengah matang nya sih pas, dan well presented. Selain itu, menu ini dihidangkan dengan acar timun dan wortel yang pas tingkat keasamannya, serta kerupuk yang tentunya tidak boleh ketinggalan. 
Untuk minuman saya memesan Big Ice Tea (8K), Ice tea yang disajikan pada Gelas Bir yang besar, sangat cukup untuk melepas dahaga dan mengobati pedas setelah mengunyah potongan rawit. Namun sayang, Ice Tea nya manisnya kebangetan, sehingga membuat saya sedikit eneg. Terakhir saya memesan Pisang Bakar Milo- Green Tea (12.5K). Porsi pisang bakar disini tergolong sangat kecil, hanya berupa sebuah pisang yang di belah dua. Tingkat kematangan pisangnya pun kurang pas, saya tidak menemukan ada nya sensasi hangus-kehitaman dari sebuah pisang bakar. Untuk bubuk green tea dan milo nya menyatu dengan sempurna dengan pisangnya.