yudistira ishak abrar

Kedai kopi mungil yang berada di Jalan Pemuda ini bernama Inoru. Penamaannya diambil dari bahasa Jepang yang berarti doa. Baru sekitar 2 bulan berdiri, jam operasionalnya mulai dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 18.00. Sang pemilik mengelola sendiri coffeeshop yang bernuansa kayu dan semen bergaya minimalis ini. Ia tak ragu berbagi cerita soal kopi dan konsep yang diusung dari Inoru yang dirintisnya.

Mendiami sebuah ruko kecil, Inoru seolah terbagi kedalam tiga ruang. Teras depan sekaligus area parkir motor dijadikan sebagai area smoking yang tersedia wastafel disampingnya. Bergeser kedalam ada sebuah ruang duduk dengan kursi serta meja yang dibuat simple. Dari sini ada kaca yang memisahkannya dengan barista area berikut segala macam perabot menyeduh kopi. Duduk didepan sang barista sambil menyaksikannya meracik kopi, sungguh mengasyikan.

Speciality Inoru adalah kopi dengan seduh manual. Makanya temen saya langsung pesen minuman favoritnya yaitu Japanese Ice (Rp.25.000,-) menggunakan beans dari daerah di Sumatera Utara. Pertama kali membaui minuman ini saya merasakan aroma buah menyegarkan. Tapi setelah menyesapnya lidah ini justru disapa oleh aneka rempah-rempahan yang saya sendiri masih belum bisa mengenal jelas apa saja jenisnya. Karakternya cenderung light, jadi ringan dan terasa segar untuk dinikmati apalagi dalam keadaan dingin.

Kalau saya sih memilih Kopi Susu Muda Mudi (Rp.20.000,-) yaitu es kopi susu dengan krimer dan gula aren. Dasar kopi masih disajikan manual, jadi proses pembuatannya benar-benar menggunakan tangan mulai dari menghancurkan biji, hingga mengeluarkan sari-sari kopi melalui alat bernama ROK presso. Minuman ini mudah untuk dicintai, tanpa harus menyuguhkan nuansa manis yang berlebihan. After taste asam pahit hadir bergantian begitu lembut. Peran kopi masih cukup menonjol baru diikuti sentuhan gurih, creamy dan manis.

Tercatat di papan menu hanya ada 4 jenis minuman yang kisaran harganya hanya Rp.20.000,- dan Rp.25.000,-. Tapi saat mampir ada juga Banana Cake (Rp.15.000,-) yang tersaji didalam tempat hidangan sebagai teman ngopi. Tertarik, akhirnya saya pun memesan sepotong. Teksturnya begitu lembut dan moist, kandungan pisang bercampur dengan almond memberikan rasa manis gurih yang khas. Beberapa bagian yang terdapat chocochip terasa manis dan menyenangkan. Secara keseluruhan Inoru bisa dibilang kecil-kecil cabe rawit, NGEGIGIT…

Mampir ke Emily Coffee Society part 2 cek! Kali ini akhirnya bisa menikmati suasana dalam ruangan, karena sore ini saya datang bertiga alias sudah memenuhi kriteria minimal kedatangan supaya dapat menduduki meja indoor. Soal suasana dan pelayanan sih masih semenarik pada kunjungan perdana. Tamu-tamu pun masih berdatangan silih berganti. Paling ada dua hal yang menurut saya perlu improvement. Pertama lokasi toilet supaya mudah diakses, sebaiknya diberi lorong melalui ruang indoor dari pada harus berputar melalui teras samping menuju ke halaman belakang. Kedua space untuk ruang sholat, supaya makin lengkap lagi fasilitasnya.

Kunjungan kedua ini saya langsung memilih menu andalan lain dari mereka yang diberi nama The Alter Ego (Rp.40.000,-) masih meracik espresso dengan tambahan komponen lain, The Alter Ego ini terlihat keren menampilkan lapisan krim putih dibagian atas serta lapisan espresso kecokelatan dibagian bawah. Cara menikmatinya jangan diaduk, kata mba sang peracik minuman, supaya kontras saat diseruput antara krim dengan kopinya. Rasanya unik, ada creamy, ada acidity yang bercampur sentuhan manis yang begitu menyenangkan.

Selain itu saya juga nyicipin menu mocktail yang dikasih nama Miss The Misery (Rp.35.000,-) tampil anggun berwarna ungu dengan hiasan seiris jeruk lemon kering dalam cocktail glass. Rasanya manis, perpaduan antara beberapa jenis sirup rasa buah yang menyegarkan dan beraroma. And the last but not the least, saya juga nyobain Charcoal (Rp.40.000,-) dalam tampilan monokrom yang kentel banget kelihatannya. Pas diseruput rasanya tuh langsung lumer dimulut. Kandungan susu memainkan peran yang kuat, baru diikuti nuansa charcoal yang bitter, gurih dan manis.

Triple Cheese Danish (Rp.35.000,-) sepotong pastry berlapis-lapis berbentuk memanjang dengan isian keju. Teksturnya renyah diluar empuk dan lembut didalam. Adonannya buttery, jadi tidak begitu kasar saat dikunyah seperti roti sejenis di tempat lain. Kejunya tidak begitu asin, justru lebih ke manis tapi engga sampe kemanisan. So far saya suka sama konsep yang Emily Coffee Society suguhkan. Kedai-kedai kopi memang sudah cukup menjamur di Depok, tapi Emily mampu menjadi salah satu dari sedikit coffeeshop disini yang tampil memukau dan layak bersaing dengan kafe-kafe di ibukota, baik dari segi rasa, pelayanan maupun penampilan…

Kalau engga nyari tahu dulu di IG, sepertinya banyak orang yang ga ngeh kalo sebuah rumah kayu di sebrang Sekolah Tunas Global merupakan coffeeshop unik yang nyentrik. Meski tanpa plang papan nama atau signage, Emily Coffee Society ini sudah ramai didatangi pengunjung meskipun baru beberapa saat beroperasi. Saat datang saya langsung disambut seorang staf wanita untuk diukur suhu tubuhnya, lalu mengantarkan sampai ke tempat duduk yang saya pilih. Setelah itu dengan sabar dan ramah ia menjelaskan konsep Emily yang bukan seperti kafe biasa, termasuk mendeskripsikan beberapa jenis minuman andalan mereka.

Sebenarnya saya mengincar duduk didalam yang merupakan area non smoking, tapi berhubung saya hanya datang berdua jadi tidak bisa karena seating table indoor hanya diperuntukan bagi mereka yang datang minimal bertiga. Namun hal itu tak mengurangi kekhidmatan saya menikmati suasana Emily. Duduk di luar pun terasa nyaman dan sejuk karena dipayungi oleh pohon rindang. Sebuah bar tempat meracik aneka minuman mocktail menjadi pemandangan menarik. Selain itu alunan lagu yang mereka putar pun easy listening. Pengunjung diijinkan untuk memilih dan memutar lagu melalui alat pemutar piringan hitam jika mereka mau.

Tertarik dengan penjelasan staf tadi, saya pun akhirnya memesan salah satu minuman masterpiece disini yang diberi nama Chateau Lobby (Rp.40.000,-) saya lupa racikan bahannya apa saja, meskipun sudah dijelaskan panjang lebar, tapi yang jelas ada kandungan espresso didalamnya. Tampil memukau didalam gelas cocktail, Chateau Lobby ini dipercantik dengan setangkai bunga berwarna kuning cerah. Rasanya sangat menyegarkan. Manis, ada sensasi acid serta bitter sebagai aftertaste. Lapisan foam dibagian atas, membuatnya terasa lembut saat diseruput.

Selain aneka mocktail dan base espresso, Emily pun menyuguhkan minuman non kopi. Penasaran, teman saya pun memesan segelas Matcha (Rp.35.000,-) minuman teh hijau serta susu ini terbilang ringan. Kandungan matcha tidak begitu pekat tapi masih mampu tampil memukau. Campuran susu serta pemanis, menjadikan matcha ini semakin menyenangkan. Penyajiannya pun artisik, yaitu menggunakan gelas gerabah bermotif warna yang memanjakan mata. Suka sekali saya dengan cara Emily menyuguhkan minuman, so instagramable.

Saya mengira mereka tidak memiliki menu lain selain minuman. Tapi ternyata beberapa jenis pastry siap menemani siapa saja yang ingin nongkrong disini. Saya sendiri terpikat dengan Pocket Chocochips (Rp.35.000,-) sejenis pastry panjang dengan isian cokelat. Teksturnya begitu lembut. Kesan kasar khas puff pastry engga kentara dilidah. Saya langsung dapat merasakan aroma serta sentuhan rasa milky juga creamy sesaat setelah menyuapnya. Minumannya ga cuma unik, tapi juga enak. Pastry nya juga enak. Pelayanannya ramah. Desain serta ambiencenya bikin betah. Komplit ini mah...

Berada di bagian depan D’Mall lantai 1, tepat dihadapan lift, membuat Bakmitopia tidak sulit ditemukan. Menggunakan konsep restoran keluarga yang ingin merasakan variasi menu bakmi, mereka tampil cukup modern dan masa kini, jadi cocok juga untuk tempat nongkrong. Seating areanya terbagi dua, indoor dan outdoor. Untuk outdoor-nya mengisi balkon mall yang berhadapan langsung ke arah Jalan Margonda Raya. Pelayanan disini cepat, ramah dan informatif.

Bakmi Goreng Ayam + Siomay (Rp.36.000,-) merupakan menu promo yang saya dapatkan siang ini. Sepiring bakmi yang direbus lalu digoreng bersama potongan daging ayam, telur orak arik, wortel, kol, caisim dan daun bawang. Asin gurihnya mantep banget, takarannya tuh pas dilidah. Sedikit sentuhan manis pun memperkaya rasa jadi lebih memikat saat disantap. Bahan-bahan isiannya pun banyak, baik ayam, telur maupun sayurannya. Tekstur bakminya sendiri lembut, kenyal dan terbuat dari adonan yang baik.

Siomay nya sendiri berisi 2 buah dengan sepiring kecil bumbu dan irisan jeruk limau. Ukurannya sedang, tidak begitu besar tapi juga tidak kecil. Teksturnya padat tapi empuk, kandungan ayam dan udangnya berasa banget kualitasnya. Sambalnya cukup unik, mirip saus barbekyu tapi ada sedikit sensasi pedas, kacang dan aroma smokey yang asyik banget sih menurut saya. Jadi pas si siomay dicocol kedalam saus creamy, rasanya jadi semakin pecah dimulut.

Pangsit Rebus (Rp.7.000,-) berisi 2 buah pangsit isi ayam dengan adonan yang lembut dan nikmat. Kuah kaldu yang menggenanginya terasa gurih dengan sentuhan sedikit lada serta aroma dari irisan daun bawang. Isian ayamnya pun lumayan gurih dan cukup banyak. Es Kelapa Jeruk (Rp.25.000,-) segelas minuman menyegarkan yang cocok dinikmati bersama sepiring bakmi goreng. Perasan buah jeruk asli, ditambah kerokan daging buah kelapa serta gula cair, mampu meluruhkan sisa-sisa gurih dimulut maupun tenggorokan...