yudistira ishak abrar

Males keluar pas jam makan siang membuat saya memilih untuk ngorder via ojek online. Saya akhirnya memutuskan untuk memesan Rice Bowl. Udah engga perlu capek-capek keluar kantor, eh dapet diskon promo pula, hoki banget deh siang ini.

Yang Chau Fried Rice, seporsi nasi goreng dengan sentuhan gaya masak ala Chinese food yang diberi potongan olahan ayam berwarna kemerahan dipinggirnya. Rasa nasi goreng ini cukup gurih, asin dan kental akan nuansa oriental. Cukup oke nih sebagai teman makan siang.

Kungpao Chicken RB, sensasi ayam kungpao yang pedas, manis dan lengket hadir pada menu ini. Udah gitu juga ada tambahan komponen kriuk-kriuk dari kacang tanah utuh. Rasanya jadi makin gurih dan cocok banget disantap bareng nasi putih hangat...

Hanya dengan memasang aplikasi Koppi, saya langsung bisa menikmati segelas kopi secara cuma-cuma. Gerainya berada di Oakwood lantai 1, Mega Kuningan, tepat didepan eskalator. Konsepnya adalah ngopi take away, karena sejatinya kita memang can’t stay disini. Warna merah dan putih menjadi nafas utama kedai kopi yang mengusung konsep kopi Indonesia ini.

Iced Shaken Salted Caramel, merupakan minuman kocok yang terdiri dari espresso, susu dan salted caramel. Saat menyesap melalui lubang kecil pada gelas take away yang ditutup dengan tutup mungil berwarna merah berbentuk hati, saya langsung diselimuti oleh sensasi rasa manisnya karamel. Baru setelahnya ada sensasi susu dan diikuti nuansa kopi sebagai after taste...

Asal nama Kuningan di Jakarta tidak lepas dari sejarah Kabupaten Kuningan, sebuah kabupaten di timur Jawa Barat. Hal ini terkait erat dengan seorang tokoh bernama Dipati Ewangga. Dipati Ewangga adalah panglima pasukan tentara Kuningan. Dia mempunyai kemahiran berperang dan membuat senjata dari logam berupa keris, kujang, tombak, anak panah dan pedang. Dipati Ewangga mendapat julukan Dipati Cangkuang.

Tatkala pasukan Demak dan Cirebon menyerang Banten (1526 M) dan Sunda Kalapa (1527 M) yang merupakan pelabuhan kerajaan Sunda Pajajaran, pasukan Kuningan diikutsertakan dalam penyerangan tersebut dan dipimpin langsung oleh Dipati Cangkuang. Akhirnya Banten dan Sunda Kalapa bisa ditaklukkan dan kemudian Sunda Kalapa berubah nama menjadi Jayakarta dan sekarang menjadi Jakarta.

Tampaknya Dipati Cangkuang beserta sejumlah pasukannya, juga sebagian pasukan dari Cirebon dan Demak kemudian terus menetap di Jakarta. Dapat dikatakan bahwa mereka merupakan penduduk Muslim pertama di kota pelabuhan tersebut. Rupanya Dipati Cangkuang memilih ke daerah selatan agak ke pedalaman sebagai tempat tinggal mereka di Jayakarta, kemudian mendirikkan perkampungan yang diberi nama sama seperti kampung halaman mereka yaitu Kuningan. (Wikipedia)

Bicara soal Kuningan, pasti engga terlepas dari kawasan bisnis Mega Kuningan. Disana terdapat pusat perkantoran, perbelanjaan, bisnis, hiburan dan tentunya kuliner. Yup, kebetulan sore ini lagi mampir ke salah satu gedung disana yaitu Menara Rajawali untuk meeting. Karena waktu meeting belum mulai, jadi saya nyempetin melipir ke sebuah kafe bernama Cafe Bene.

Cappuccino (Rp.39.000,-) secangkir besar, meski ukuran reguler, paduan espresso dengan susu yang dituang sedemikian rupa sehingga tampil seperti bulan purnama ditengah malam. Karakteristik susu jauh lebih dalam berkenalan dengan lidah saya saat menyesapnya. Baru kemudian diikuti dengan sensasi kopi yang datang malu-malu.

Chocolate Muffin (Rp.22.000,-) cokelat yang menjadi nafas utama dalam kue ini tampil dengan warna yang pekat. Teksturnya cukup lembut dan empuk saat digigit. Rasa manis cokelatnya pas, namun sayangnya kue bertabur chocochip ini menyisakan rasa sedikit amis. Meski ada kurangnya, tapi masih tergolong bisa dimaafkan kok, karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan YME...

Roti dengan aroma kopi, sudah ada sejak awal taun 2000 an. Beberapa merk terkenal dan merupakan pionir usaha roti ini pun masih bertahan sampai sekarang karena kekhasan dan cita rasanya yang unik. Tapi pas saya lagi lewat di jalan Mampang, ada sebuah toko roti bernama Tukang Roti.Com yang juga menjual jenis roti yang sama. Tanpa pikir panjang, sayapun mampir buat nyobain.

Bentuknya hanya sebuah kedai mungil sederhana dengan meja serta beberapa kursi untuk menunggu pesanan jadi. Oven besar dan perabot membuat roti, menjadi pemandangan yang bisa langsung dilihat oleh para pembeli. Harganya sangat terjangkau, mereka membanderol Rp.5.000,- untuk tiap roti yang terdiri dari 3 varian rasa. Namun kalo beli 3 sekaligus, harganya di diskon menjadi Rp.12.000,- saja.

Kali ini saya nyobain Roti Kopi dan Roti Cokelat. Untuk roti kopi nya tuh bentuk, aroma, tekstur dan rasanya identik dengan roti-roti sejenis yang telah ada sebelumnya. Dengan harga yang sangat terjangkau, lebih murah malahan, ini sih worth it banget deh. Nah kalo roti cokelat, merupakan paduan roti topping kopi dan chocochip dengan isian cokelat didalamnya. Rasanya lumayan enak, empuk dan isiannya juga banyak. Mantul!!!...

Sepanjang jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk dipisahkan oleh sungai Ciliwung yang pada jaman kolonial disebut dengan kanal Molenvliet. Kini daerah Gajah Mada diisi dengan berbagai pusat perkantoran, bisnis, perbelanjaan dan kuliner. Salah satu yang teranyar adalah adanya Gajah Mada City Walk. Disini terdapat beberapa restoran keluarga yang dapat dijadikan sebagai alternatif makan siang pegawai yang ngantor di sekitarnya, atau buat kamu yang ingin berkulineran di akhir pekan.

Karena terbilang baru, jadi beberapa outlet di Gajah Mada City Walk ini masih tutup. Tapi ada satu dari beberapa gerai yang sudah sangat siap melayani pengunjung, yaitu Gado Gado Cemara. Sebelum masuk ke mall-mall, Gado Gado Cemara berdiri hanya pada sebuah depot kecil di pertigaan jalan Cemara yang dikelola oleh ibu Niawati Setiawan pada tahun 1947. Kini mereka berkembang dan tetap mempertahankan resep asli dari pendahulunya.

Karena menu andalannya Gado Gado, jadi saya pesen yang ukuran Medium + Telur (Rp.25.000,- + Rp.5.000,-) porsi mediumnya cukup banyak dan ngenyangin banget sih. Pilihan isiannya cukup seger dengan bumbu kacang yang banyak dan terasa gurih. Taburan kerupuk dan empingnya juga melimpah sih. Enak deh.

Selain itu saya juga nyobain Ayam Goreng Cemara (Rp.28.000,-) menu ini disajikan bersama sambel dan lalapan tapi belum termasuk nasi. Ukuran ayamnya sedang menuju ke kecil sih. Bicara rasa, ya mirip ayam-ayam goreng bumbu kuning biasa dengan sambel yang cukup pedes. Nothing special.

Sebagai pelepas dahaga, saya pesen Es Alpukat (Rp.26.000,-) yaitu berupa kerokan buah alpuket yang diberi serutan es, siraman sirup dan susu kental manis cokelat. Rasanya cukup nyegerin, alpuketnya kentel dan ga pait. Tapi porsinya kurang banyak hahahaha...

Teh adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat kelompok, yaitu teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen.

Cita rasa sedikit pahit dari teh merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun, masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia. (Wikipedia).

Ngomongin soal teh, sudah banyak kafe “bagus” di Jakarta yang mengusung konsep tea time sebagai salah satu menu utama mereka. Namun tak hanya dengan konsep mewah, banyak juga outlet-outlet berbentuk mini stall yang khusus menjual teh dalam kemasan cup take away. Salah satunya adalah Waroeng Teh Kotjok.

Teh Kocok Jelly (Rp.15.000,-) minuman teh yang dikocok dengan susu, gula dan potongan jeli. Rasanya lebih ke manis gula yang dominan, sehingga unsur teh dan susunya agak tenggelam. Potongan jeli engga terlalu spesial, hanya memberikan sensasi kenyal saat diseruput. Overall, bukannya engga enak, hanya bukan jenis minuman yang saya suka.

Teh Leci (Rp.18.000,-) tak ubahnya sebuah minuman ice lychee tea pada umumnya. Warna teh tampak begitu pekat, sehingga sangat kontras dengan tampilan buah leci kalengan yang ada didalamnya. Rasanya paduan antara pekatnya teh dengan sirup rasa leci yang kental. Lagi-lagi bukan jenis minuman yang suka sih, tapi ya lumayan nyegerin...

Kamu engga perlu khawatir pas lagi masuk jam makan siang di daerah Kuningan. Soalnya disalah satu gedung di jalan Rasuna Said, tepatnya di belakang Bank Mega Syariah, ada sebuah kantin ala foodcourt bernama RPI yang siap memanjakan lidah kamu. Areanya cukup luas dengan bentuk bangunan berlangit-langit tinggi mirip hanggar. Pilihan gerai makanannya variatif, tapi kali ini saya memilih untuk makan di Bakmi Bangka 98 Asong.

Kali ini saya memesan Tekwan. Dia hadir dengan beberapa butir bola sagu ikan mirip pempek versi mini, soun, irisan bengkuang, jamur, seledri dan bawang goreng. Rasa kuahnya seger dan gurih mirip kuah bakso. Tekstur tekwannya sendiri kenyal dan lembut dengan komponen ikan yang cukup terasa. Ditambah sambel, kecap dan perasan jeruk limau jadi tambah nikmat.

Sebagai pelepas dahaga, saya juga memesan Es Campur. Isiannya cukup banyak, ada cingcau, serutan jelly seperti spaghetti, alpukat dan kacang merah. Serutan es yang disiram sirup merah dan susu kental manis yang banyak, membuat minuman ini terasa begitu nyegerin. Pas banget nih sebagai temen makan siang...