yudistira ishak abrar

Mie ayam merupakan salah satu masakan yang sangat terasa sentuhan orientalnya. Kuah bening dan gurih menjadi ciri utama dari makanan yang punya nama asli bakmi ini. Sebenarnya Mie Ayam merupakan bentuk modifikasi, karena sejatinya daging yang digunakan pada awal pembuatannya adalah berasal dari daging babi. Namun karena masyarakat di Indonesia kebanyakan beragama Islam, dimana penggunaan daging tersebut sangat diharamkan, jadi sajian ini diubah menggunakan daging ayam.
Meskipun ada sedikit perbedaan, tapi tetap tidak mengurangi nilai dari segi rasanya. Dan salah satu tempat yang punya mie ayam enak adalah Mie Ayam Aisy. Letaknya berada di Jl. Sentosa Raya, Depok 2 Tengah, tak jauh dari Kantor Pos dan PLN. Bentuk tempatnya merupakan warung makan sederhana, dimana tak banyak memperhatikan detil kenyamanan pengunjung maupun ornamen ruangan. Namun tetap bersih dan rapi.
Bentuk tempat boleh sederhana, tapi kalau bicara soal rasa? Hmmm jangan ditanya, karena rasanya gak kalah dengan mie yang ada di mall-mall. Mie Yamin Ayam Bakso misalnya, meski rasanya agak kemanisan, tapi tekstur mienya lembut. Potongan ayam punya rasa yang enak, juga dengan kuahnya, gurih khas otiental. Ditambah tekstur dan rasa bakso daging sapinya juga kece, bikin sajian ini makin punya tempat dihati saya. Udah gitu, harganya cuma Rp.19.000,-. Worth it.
Makan mie ayam tanpa pangsit, ibarat ke Belitung tapi ga mampir ke Pantai Laskar Pelangi, hambar. Jadi saya nyicipin juga pangsit kuahnya. Untuk tekstur kulit pangsitnya lembut, namun bagian isian ayamnya kurang fresh, mungkin karena terlalu lama disimpan didalam lemari pendingin. Rasa kuahnya seger dan gurih, but a little bit too oily for me. Semangkuk pangsit kuah ini dibanderol dengan harga Rp.16.000,-. Okelah.
And the last, ada segelas Es Jeruk Nipis. Rasanya bener-bener orisinil jeruk nipis. Asemnya seger banget. Tapi menurut saya kalau bisa jangan dikasih gula, biar manfaat vitaminnya dapet dan menyehatkan. But overall, Mie Ayam Aisy merupakan tempat makan mie yang enak dan layak direkomendasikan...

Juliet merupakan nama yang tak asing lagi ditelinga kita. Bersama Romeo, mereka menjadi sepasang kekasih yang begitu melegenda di seluruh dunia. Namun kali ini saya gak sedang membicarakan Juliet pada kisah romantis asal Verona Italia itu, tapi justru Juliet disini merupakan nama satu kafe dibilangan Depok 2, tepatnya di jalan Kemakmuran Raya.
Outlet disini merupakan cabang yang kedua di Depok, cabang pertama yang berada di daerah Margonda Raya sedang direnovasi. Komposisi ruang terbagi menjadi dua, outdoor dan indoor. Pada bagian outdoor, suasana ruang dibuat lebih santai dan hijau, karena dipasang pohonan hias sebagai dekorasi. Pada bagian indoor konsep design interiornya menganut gaya modern minimalis, dengan menggunakan beberapa jenis table yang berbeda, ada bentuk bar, round table mini dan meja besar.
Setelah bahas soal design interior, lanjut saya akan membahas cita rasa kopi disini. Kali ini saya mencoba dua minuman, yang pertama Cappuccino dan yang kedua adalah Hot Chocolate. Secangkir Cappuccino disini memiliki foam yang cukup tebal, hiasan latte artnya kurang cantik dan punya rasa kopi yang kuat, sehingga gurih steamed milknya terselimuti dengan pekatnya espresso. Not bad but if i have to choose, there are more better cappuccino than in here.
Dan yang terakhir ada secangkir cokelat panas. Rasanya terlalu manis, dengan kepekatan yang standar. Meski cukup kental, namun saya merasa ada faktor x yang gak dimiliki oleh minuman ini. Sekali lagi, minuman disini bukannya gak enak, tapi seperti kurang begitu nendang aja...

Ngopi merupakan salah satu aktivitas favorit yang sering saya lakukan setahun belakangan ini. Saat ngopi saya banyak belajar mengenai rasa pahit juga asam yang beragam. Awal nyeruput kopi mulut saya berontak, lantas mengernyitkan kening sambil bergumam "ih, ga enak". Tapi setelah beberapa kali coba, baru deh lidah saya mulai bisa berkompromi, bahkan malah sampai asik berdiskusi dengan si hitam pekat ini.
Well, kali ini saya gak akan ngebahas soal perkenalan saya dengan kopi, tapi justru ingin mengajak temen-temen berdiskusi dengan kopi di Discus Cafe. Lokasinya ada di deretan ruko kolam renang Depok Fantasi, Grand Depok City. Aksesnya mudah, karena berada di jalan utama perumahan yaitu jalan Boulevard GDC. Dari luar tempat ini cukup menarik, bercahayakan lampu temaram yang membuat teduh. Meski begitu, ternyata di lantai atas pencahayaannya jauh lebih terang dan terasa homey.
Design kafe ini sangat vintage, unik dan klasik. Pemilihan furniturnya dibuat cukup serius, dengan penataan beberapa kursi, meja dan hiasan yang sangat antik dan memiliki nilai seni tinggi. I definitely love it. Tapi sayang, lantai atas diperuntukan bagi smoking area, jadi berasa gak nyaman untuk saya sebagai perokok pasif.
Bicara soal kafe gak hanya melulu mengenai designnya aja, tapi tentang rasa sajiannya juga. Menyebut dirinya sebagai cafe & eatery, Discus Cafe punya menu yang cukup banyak dan beragam. Tapi sayang banget, ketika saya ingin memesan, banyak menu yang kosong alias tidak tersedia. Mungkin perlu direvisi buku menunya atau bahkan perlu dipenuhi daftar menu yang sudah ada, agar pengunjung gak capek mendengar penjelasan dari pelayan bahwa menu tersebut tidak tersedia. Untung saja si pelayan cukup nice juga sabar dalam melayani, dan hal itu menjadi catatan plus menurut saya. Keep it up.
Kopi manual brew asal Lintong jadi sajian pertama yang saya coba. Chemex menjadi pilihan saya sebagai metode penyeduhannya. Aroma kopi kurang begitu kentara, namun demikian sajiannya lumayan cantik. Rasa yang keluar ada pada sisi fruity nya, dimana asam menjadi yang lebih dominan terasa. Namun masih dalam tingkatan yang slight. Cocok nih buat temen-temen yang baru mau memulai berkenalan dengan kopi.
Lalu saya mencoba pilihan kopi bersusunya. Kali ini Cappuccino menjadi pilihan saya. Tak lengkap rasanya kalau secangkir cappuccino disajikan tanpa hiasan latte art diatasnya, dan temen-temen gak perlu khawatir, Discus Cafe menyuguhkan kita secangkir cappuccino lengkap dengan hiasan latte art yang cantik. Namun rasa espressonya agak kalah dengan komposisi susu yang lebih dominan. Menyisakan rasa gurih dan manis pada tiap seruputannya.
Untuk menu pendamping, saya memilih Pisang Bakar ala Discus dan Kue Cubit Original. Pada kedua menu tersebut, hanya masuk dalam kategori just so so bagi saya. Pisang Bakarnya gagal dalam memilih bahan utama yaitu pisang. Tekstur pisang yang keras, jadi kesalahan fatal. Meski demikian, cara penyajiannya cukup indah lho, disusun rapi dengan diberi hiasan buah ceri yang manis diatasnya. Presentasi berhasil, tapi soal rasa mereka gagal.
Terakhir ada Kue Cubit Original. Satu porsinya terdiri empat potong kue. Disusun rapi diatas piring panjang yang elegan. Tingkat kematangan kue agak nanggung, mateng banget engga, setengah mateng juga engga. Warnanya pucat dengan rasa manis yang pas. Not too bad.
Menu yang mereka sajikan dibanderol dengan harga yang standar, mulai dari belasan hingga 30 ribuan rupiah. Harga yang cukup bersahabat bukan?! Sepanjang saya menikmati menu disini, rasanya cukup nyaman dengan atmosfir ruang yang antik dan unik. Musik pengiring yang dipilih pun cukup bagus. Secara keseluruhan, Discus Cafe cukup kece sebagai tempat buat menikmati secangkir kopi...

Akhir-akhir ini saya lagi gemar makan sushi, terutama sushi yang matang dan bermayones. Meski original sushi menggunakan ikan mentah, tapi saya lebih suka yang matang juga ada sensasi kriuk kriuknya. Dan Torico menghidangkan sushi yang sesuai dengan keinginan saya.
Restoran penyaji aneka menu masakan Jepang ini berlokasi di lantai F2 Mall FX, Senayan, Jakarta. Designnya simple dan sangat mengakomodir pengunjung dalam jumlah yang cukup banyak, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan sofa panjang yang dapat dipisah atau digabung sewaktu-waktu.
Untuk menu sushi saya coba Salmon Crunchy Roll dan Torico Roll. Untuk Salmon Crunchy Roll rasanya pedas, renyah dan gurih. Sedangkan Torico Roll merupakan sushi yang berisi ayam katsu yang diberi seaweed dan disiram mayones manis diatasnya. Kedua sushinya lumayan.
Selain sushi, saya juga mencoba ramennya, yaitu Tsukune Ramen dan Torico Ramen. Tsukune Ramen merupakan ramen yang diberi kuah miso, ditambah bakso, jagung dan telur rebus. Kuahnya agak asin, namun cukup gurih. Ramennya biasa aja. Sedang Torico Ramen, mirip dengan Tsukune Ramen, bedanya pada Torico Ramen menggunakan ayam goreng saus asam manis sebagai topping. Rasanya gurih, manis dan asam. Just so so.
And the last, saya coba juga Chicken Katsu Don. Merupakan semangkuk nasi yang diberi chicken katsu dan telur dadar lalu disiram dengan kuah kental bercita rasa manis gurih. Lumayan. Ayamnya renyah dan rasanya cukup oke.
Makan segitu banyak, saya hanya merogoh kocek 200 ribu saja. Merupakan harga yang terbilang cukup murah...

Sushi merupakan salah satu panganan Jepang yang mendunia, menu ini menjadi favorit karena cita rasanya yang menyegarkan juga menyehatkan. Pun demikian halnya di Indonesia, makanan yang merupakan paduan antara nasi dengan ikan ini diterima baik disini. Tak heran banyak resto tanah air yang menjualnya sebagai menu utama. Salah satunya adalah Ichiban Sushi.
Nah, kali ini saya tengah mencoba outlet Ichiban Sushi yang berada di Margo City, Depok. Design ruangnya terlalu padat, dimana antara meja satu dengan yang lain sangat berdekatan, sehingga membuat pergerakan pengunjung tidak leluasa. Dengan beberapa kursi yang mulai pudar warnanya dan terlihat kusam.
Beberapa pelayan ramah, namun beberapa yang lain terlalu cuek dan kurang peduli. Pasalnya ketika saya menanyakan keberadaan menu fish roll yang tak kunjung tiba, pelayan tak kembali lagi ke meja saya untuk mengabarkan progress kesiapan menu tersebut untuk disajikan, hingga akhirnya saya menanyakannya ke pelayan yang berbeda.
Well, actually i didn't expect too much about the taste in here, but i got more. Rasanya oke juga lho, padahal saya mengira akan biasa aja cenderung mengecewakan. Yuk kita bahas satu-satu menunya ya. Pertama saya pesen Sushi Set, menu yang satu ini terdiri dari aneka sushi seperti shrimp, tuna, salmon, jelly fish, seaweed, egg dan fish roe. Warnanya sangat cantik, mirip pelangi. Rasanya cukup fresh, namun nasinya kurang sticky. Menu ini juga dilengkapi dengan sup yang gurih dan menghangatkan. Yummy.
Menu kedua adalah Chicken Teriyaki Donburi. Semangkuk nasi yang diberi ayam goreng tepung berbumbu kacang dan sayur yang ditumis. Rasa bumbunya cukup mengejutkan, gurih, manis dan asam. Oke juga. Nah, terakhir saya coba Fish Roll. Sushi matang ini berisi ikan, seaweed dam diberi siraman mayones diatasnya. Rasanya cukup creamy, manis, pedas dan gurih. Enak. Tapi akan jauh lebih kece kalo nasinya more sticky.
Harga menu disini masih cukup terjangkau, saya menilai ini merupakan angka yang sepadan dengan kualitas makanannya. Makan berdua, saya hanya perlu merogoh kocek 160K. Cukup nyaman dikantong kan?!...

Donat, merupakan makanan manis yang cukup mengenyangkan. Bentuknya sangat khas dan punya banyak varian topping yang unik, lucu dan berwarna. Dan salah satu tempat yang ngejual donat yang enak adalah J.Co. Outletnya sudah tersebar di berbagai kota besar di Indonesia, bahkan di Jakarta sendiri, J.Co hadir hampir disetiap mall.
Menurut saya donat disini punya tekstur yang lembut, baik dari segi adonan, filling dan topping. Its taste so sweet, delicate, creamy, melting and yummy. Tak hanya itu, tampilannya pun cukup instagenic dan cute. Kali ini saya coba donat dengan kreasi baru, cronut. Merupakan gabungan antara croissant dan donat. Teksturnya renyah namun agak oily. Filling dan toppingnya tetep juara. Tapi ukurannya yang sekarang jauh lebih kecil dari yang dulu.
Selain itu, saya coba J.Cool, merupakan bentuk beku dari yoghurt. Nah, sekarang ada satu varian rasa baru lho, yaitu rasa greentea. Rasa asam yoghurt berpadu dengan pekatnya teh hijau. Its look sweet. Untuk topping, saya suka dengan potongan buah-buahan segar, almond dan mochi strawberry. Ukuran porsinya dibagi tiga, yaitu single, couple dan sharing. Bicara soal harga, untuk donat satuan hanya 9K, dan akan mendapatkan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah yang banyak...