yudistira ishak abrar

Nasi Padang. Apa sih yang terbayang dibenak kamu saat denger kata itu? Nasi bungkus yang biasa disantap sebagai makan siang ini, telah menjadi makanan favorit bagi masyarakat Indonesia. Betapa tidak, harganya yang terjangkau, aneka lauk yang bervariasi, porsi yang banyak dan rasa yang jempolan, selalu sukses membuat nasi Padang diburu oleh pembeli.

Tak heran jika banyak rumah makan dipinggir-pinggir jalan ibukota yang menyajikan hidangan asal Minang ini sebagai menu utama. Rumah makan Padang sangatlah khas, hal ini dapat dilihat dari cara penataan aneka lauk pada kaca depan restoran yang diletakan didalam jajaran piring yang disusun rapi hingga memenuhi seluruh area etalase.

Ada hal unik pada porsi nasi Padang jika makan ditempat dengan dibawa pulang. Porsi nasi Padang yang dibungkus untuk dibawa pulang selalu lebih banyak jika kita makan langsung di tempat. Konon dulu katanya, makanan ini hanya dapat dinikmati oleh kaum elit bangsawan saja. Jika ada masyarakat biasa yang ingin membelinya, mereka tidak diperbolehkan untuk makan di tempat. Karena dibeli oleh kalangan menengah kebawah, maka si empunya restoran memberikan porsi nasi yang lebih banyak, supaya dapat dimakan bersama-sama. Itulah yang menyebabkan porsinya jadi lebih banyak jika dibungkus.

Well, sekarang nasi Padang sudah dapat dinikmati oleh siapapun. Rumah makan yang menjualnya pun sudah makin banyak, tak kalah dengan eksistensi warung Tegal atau Warteg. Nah, jika kamu biasa makan di rumah Padang yang sederhana dengan konsep tempat seadanya, coba deh mampir dan cicipin Padang Merdeka. Disini kamu akan mendapatkan sensasi makan nasi Padang yang lebih rapi, bersih dengan harga yang gak jauh berbeda dari harga pada umumnya.

Padang Merdeka merupakan salah satu rumah makan Padang dengan konsep yang lebih modern. Berlokasi di bilangan Kota, resto ini berada tak jauh dari kawasan wisata Kota Tua, bersebrangan dengan kantor bank BNI. Memanfaatkan salah satu bangunan tempo dulu yang megah, Padang Merdeka tampil begitu luas, grande, mewah dan nyaman.

Desain interior dibuat sangat Indonesia dan Nasionalis. Ornamen ruang berupa lukisan para Pahlawan Nasional, serta kutipan-kutipan bernafaskan kebangsaan, sukses membuat resto ini tampak begitu artistik dan masa kini. Salah satu koridor malah dibuat menyerupai gunungan pada kesenian wayang kulit, sehingga tak luput dari perhatian pengunjung sebagai spot untuk berfoto.

Meski tampak begitu mewah, tapi kamu jangan khawatir dengan harganya. Mereka memasang harga yang gak beda jauh dengan rumah makan Padang pada umumnya kok, ya cuma beda-beda tipis lah. Harga aneka lauknya dibanderol antara belasan hingga 20 ribuan saja. Relatif terjangkau kan?!

Makan disini sama dengan makan di rumah makan Padang lainnya, kita akan disuguhkan aneka ragam lauk yang mereka punya dalam satu meja. Kali ini saya mencoba Rendang Daging Sapi, Ayam Gulai dan Ayam Bakar. Es Campur dan Es Teler saya pilih sebagai dessert.

Rendang Daging Sapi memiliki tekstur yang empuk, mudah dipotong dan tak sulit dikunyah. Rasa rendangnya juara, terasa sekali aneka rempah dan bumbu-bumbu didalamnya. Sangat pas disantap bersama nasi putih yang pulen, hangat dan agak sticky. Enak banget.

Ayam Gulai hadir dengan kuah yang terasa asin dan gurih. Bumbu kuah yang meresap masuk kebagian dalam daging ayam, membuat tekstur daging begitu empuk dan lembut. Amazing taste.

Tak beda jauh dengan Ayam Gulai, Ayam Bakar yang mereka punya pun terasa yummy dan kece. Asin, gurih dan sangat menggugah selera. Kalo engga inget kolesterol, rasanya pengen nambah terus.

Makan malam kali ini saya tutup dengan Es Campur dan Es Teler. Keduanya disajikan didalam mangkuk berleher, dengan serutan es yang dibentuk seperti tugu monas. Kedua es ini terasa original dan sederhana. Isiannya pun lengkap dan fresh. I love it...

Kita tahu bahwa Seven Friday merupakan nama salah satu merk jam tangan ternama di dunia. Harganya yang relatif mahal, membuat jam ini hanya digunakan oleh beberapa kalangan tertentu saja.

Ternyata selain jam tangan, Seven Friday pun membuka restoran yang bernama Seven Friday Space. Lokasinya masih berada didalam area penjualan jam tangan. Desain tempatnya terasa cukup klasik dengan gaya yang lebih modern.

Tidak seperti produk jam tangannya, harga makanan yang ditawarkan Seven Friday Space masih cukup terjangkau. Beberapa jenis hidangan bergaya western, mengisi daftar pada buku menu yang ada.

Kali ini saya mencoba Salmon Bowl (Rp.79.967,-++). Sajian ini mirip dengan poké bowl, namun bedanya si ikan salmon tersaji dalam keadaan matang. Rasa ikan yang gurih dan berbumbu unik, ditambah komponen sayuran yang segar, membuat Salmon Bowl ini cukup membuat lidah saya gak berhenti bergoyang. Apalagi ada tambahan gyoza dan saus pendamping yang kece, bikin menu ini jadi semakin creamy and tasty.

Gak mau kalah dengan Salmon Bowl, Orange Banana Foster (Rp.42.088,-++) pun tampil begitu menarik dan mengesankan. Hidangan pencuci mulut ini terdiri dari pisang bakar, cake, potongan jeruk, strawberry, crumble dan siraman karamel. Rasanya manis, gurih, segar dan bikin saya gak mau berhenti ngunyah.

Minuman yang saya pilih untuk menemani makan kali ini adalah Almond Milk (Rp.37.879,-++) dan In Between (Rp.37.879,-++). Almond Milk merupakan minuman susu dingin yang dipadukan dengan kacang almond, rasa manis dan aroma almondnya sangat pas dan enak. Sedangkan In Between merupakan minuman sejenis mocktail yang terbuat dari tumbukan buah leci. Rasanya bener-bener menyegarkan, manis dan bikin nagih...

Fat Bubble merupakan salah satu tempat yang menyajikan aneka menu dessert asal Taiwan. Sajiannya berbahan dasar pudding rasa buah, soya ataupun grass jelly, dicampur beragam topping seperti bubble, mochi, potongan buah, q ball dan diberi serutan es juga varian sirup.

Lokasinya berada di bilangan Margonda Raya tepat disebrang perumahan Pesona Kahyangan. Desain tempatnya tampak begitu masa kini, dengan sentuhan warna putih cerah yang sangat eye catch. Ornamen ruang yang digunakan didominasi dengan permainan aneka flora berbahan dasar plastik. Penggunakaan furnitur warna warni dengan beberapa emoticon menggemaskan, menambah kesan casual sekaligus nyaman.

Untuk memenuhi semua keinginan pengunjung, tak hanya dessert, Fat Bubble pun menawarkan beberapa menu cemilan dan makanan berat yang bergaya western. Meski tak banyak, namun menu pendamping tersebut mampu menarik lebih banyak pengunjung.

Kunjungan kali ini merupakan yang kesekian bagi saya ke Fat Bubble. Kenapa saya mau balik lagi? Karena rasa dan harganya sangat pas juga menarik. Seperti malam ini saya dan beberapa teman mencoba menu grass jelly, soya, mango pudding, red bean soup dan pizza meat lover.

C2 (Rp.37.000,-++) menu ini terdiri dari fat q ball, grass jelly, mochi dan ice cream matcha. Bahan-bahan yang mereka gunakan sangat baik sehingga menjamin rasa yang selalu sama enaknya. Gras jelly yang kenyal berpadu dengan mochi, fat q ball dan matcha ice cream. Sangat menggoyang lidah.

D3 + ice cream matcha (Rp.45.000,-++). Merupakan soya series yang terdiri dari mochi, egg pudding, bubble, matcha ice cream dan tentunya soya beancurd. Rasanya manis, lembut banget dan bikin nagih. I love it.

C4 + ice cream vanilla (Rp.44.000,-++). Menu ini terdiri dari egg pudding, choco pudding, mango pudding, bubble dan es krim vanilla. Paduan aneka pudding nya membawa sensasi kenyal sekaligus lembut yang menyegarkan. Manis, sedikit asam dan milky.

E3 + ice cream matcha (Rp.42.000,-++) adalah edisi sup kacang merah yang hadir bersama fat q ball, bubble dan es krim matcha. Sajian ini terasa hangat sekaligus dingin, sensasi gurih dari kacang merah tercampur sempurna dengan komponen lain yang lembut. Rasanya sangat sederhana namun gak kalah juara.

Meat Lover Pizza (Rp.48.000,-++) merupakan seloyang pizza dengan ukuran medium yang diberi topping saus tomat, taburan daging sapi olahan dan keju mozarella. Rasanya asam, gurih dan crunchy...

Starbucks Coffee di Plaza Indonesia lantai dasar baru saja mengalami renovasi. Tampilan yang dulu terlihat casual, kini berubah menjadi lebih mewah dan dewasa. Dominasi warna hijau digantikan dengan warna hitam, unsur kayu dan sedikit gold. Material ruang diisi lapisan marmer dan bahan lain yang mengantarkan suasana elegan nan fancy. Saya suka dengan ambience nya yang sekarang.

Tak hanya tampilan, Starbucks pun menawarkan sebuah konsep baru yakni Starbucks Reserve. Sounds interesting, isn't it?! Pada Starbucks Reserve, para pengunjung tak lagi perlu repot memesan dan membayar sendiri, karena ada pelayan khusus yang akan membantu melakukan itu semua. Karena ada pelayanan ekstra, jadi harga yang dipasang pun agak berbeda.

Tak hanya pelayanan, cara penyajiannya pun sangat berbeda. Jika yang reguler menggunakan papercup berwarna putih, pada konsep Reserve papercup hadir dengan warna hitam dan tanpa logo Starbucks, hanya berupa logo bintang serta huruf R yang berarti Reserve. Sebuah terobosan yang bagus banget.

House Blend (Rp.29.000,-) berbahan dasar biji kopi Nicaragua La Roca jadi pilihan saya kali ini. Kopi ini memiliki rasa orange hibiscus dan manisnya plum merah. Sisi bitterness pada kopi jadi bagian yang dominan terasa, namun dalam takaran yang medium, jadi tidak terlalu pekat.

Reserve Latte (Rp.53.000,-) jadi cangkir kedua yang saya coba. Minuman turunan kopi ini disajikan diatas nampan kayu bersama dua keping cookies. Rasa espressonya diselimuti oleh manis dan gurihnya susu, jadi tidak terasa pekat meski belum diberi tambahan pemanis. So creamy and I love it...