Fannie Huang||IG:@fiehuang

Sebelumnya Babrex ini pernah buka cabang di food court kampus saya dan sempet pengen coba, berhubung keburu tutup dan ternyata buka deket rumah, akhirnya saya pesan aja via ojek online.

Saya mencoba :

1. Nasi Babi Geprek Sambal Matah (IDR 25k)

Surprisingly babi gorengnya banyak banget buat harga segini. Tepungnya juga renyah dan tidak oily.

Selain itu yang saya suka, babinya sama sekali tidak berbau. Sayangnya babinya agak alot dan rasanya plain.

Untung saya pesen pakai sambal matah dan sambal matahnya enak. Sambalnya ga berminyak banget dan kuantitas bawang dan sambalnya ok, jadi ga pedas berlebih.

Sambal matahnya ini penyelamat rasa menurut saya. Seandainya saya makan tanpa sambal matah, saya bakal merasa ini kurang enak.

2. Liang Teh (IDR 18k)

Di aplikasi lagi diskon jadi cuma 15k aja. Botolnya lumayan besar dan isinya banyak juga.

Liang tehnya beda sama yang di abang-abang, yang ini manisnya nggak berlebih dan homemade, soalnya mama saya pernah buat dan rasanya ya 11 12.

Namun kalau liang teh nya dikurangi kuantitas airnya saat masak sehingga lebih medok bakal lebih enak.

Sebelumnya saya pernah membeli Nasi Goreng Aceh Seafood dan sangat suka rasanya. Kali ini saya kembali membeli Nasi Goreng Aceh via ojol, namun yang menggunakan ayam seharga Rp. 26.000.

Kali ini, telur gorengnya tidak se-oily sebelumnya dan lebih enak. Ayam gorengnya pun renyah dan sedikt asin gurih, tidak plain.

Sayangnya acarnya sedikit dan rasa nasi gorengnya tidak seenak sebelumnya. Nasi goreng Aceh sendiri memiliki rasa mirip nasi Kebuli dengan bumbu yang strong, namun untuk menu ini bumbunya terlalu light, bahkan aromanya saja tidak sekuat pertama kali saya beli meski sama-sama pakai ojol.

Rasanya cenderung tawar ketimbang perpaduan asin gurih, manis dan sedikit pedas.

Seandainya konsistensi rasa dipertahankan akan lebih baik.

Resto ini merupakan salah satu kedai bakso yang cukup ramai. Saat pertama kali makan bakso ini, mamaku yang biasanya ga suka bakso pun jadi suka.

Saking kepengen, ortu bahkan berkali-kali ke sini ngajak aku dan selalu ga berhasil. Mulai dari tutup, kebanjiran sampao kehabisan.

Makin penasaran kan aku. Karena bayanganku rasanya bakal enak banget.

So kemarin siang aku mampir lagi dan kali ini buka namun cuma melayani take away. Namun kalau kamu mau makan di mobil dan pinjam mangkuknya juga bisa, aku sih begitu.

Harga seporsi IDR30k buat seporsi bakso jenis apapun. Aku memilih bakso halus dan satu porsi berisi bihun, daging sapi dan 5 buah bakso.

Rasa baksonya cukup enak sih. Sapinya berasa dan nggak kenyal berlebih. Daging sapinya juga empuk dan nggak berbau juga tidak alot. Jarang nemu daging kayak gini yang nggak alot.

Aku sendiri kadang khawatir makan bihun karena kadang bihun suka berbau tajam mirip kecoa, namun yang di sini tidak.

Sayangnya aku kurang suka kuahnya. Aku tipikal yang kalau mau makan makanan berkuah jenis apapun ga mau pakai kecap atau apapun. Buatku rasanya lebih asli tanpa bumbu tambahan, karena kalau salah takaran takutnya malah merusak rasa asli juga.

Namun jujur saja rasa kuahnya tidak enak menurutku. Aku berekspektasi kuahnya bakal terasa gurih dan kaldunya sangat terasa, sayangnya rasanya malah hambar.

So secara keseluruhan, menurutku sih rasanya cukup enak tapi bukan enak banget yang bikin saya ketagihan.

Mungkin beda selera sih, karena ortuku justru malah ketagihan.

Kelebihan lain dari kedai bakso ini, baksonya tidak banyak MSG karena tidak membuat haus berlebih. Padahal aku termasuk sensitif karena dari kecil rumahku terbiasa masak tanpa MSG, jadi kalau makan yang banyak MSG bakal haus berlebih.

Siang ini aku diajakin ortu buat jauh-jauh ke sini. Kata papaku mi nya enak dan recommend banget. Berhubung PSBB dan kita ga bisa makan di tempat, jadinya kita makan di mobil karena khawatir rasa mi bakal berubah kalau dingin.

Aku mencoba :

1. Bakmi Tiong Sim (IDR 33k)

Aku beli 3 porsi bakmi dan sayangnya dari sananya ngaduknya kurang rata. Jadi punya papaku rasa minya enak dan gurihnya pas. Punya mamaku malah keasinan, sedangkan punyaku cenderung terlalu kering dan hambar padahal aku udah aduk-aduk.

Rasa kuahnya juga cenderung hambar sehingga ketika dituang sedikit ke mi sama sekali tidak menolong. Padahal rasa mi sangat penting buatku.

Namun tekstur minya halus dan sebetulnya cukup ok.

Yang menjadi penyelamat rasa justru malah toppingnya. Babinya manis dan sama sekali tidak berbau dengan bumbu meresap. Warnanya juga nggak pink layaknya babi charsiu yang pakai banyak pewarna makanan dan kadang sampai luntur ke mienya. Setelah beberapa jam dan kumakan lagi pas sampai rumah pun warnanya tetap.

Ayamnya juga lumayan gurih dan cukup enak. Bawang gorengnya juga wangi.

Yang aku suka, kebersihannya terjaga. Bahkan disajikan sendok plastik buat minum kuah dan sendoknya pun dibungkus plastik. Jarang nemu kedai bakmi yang kepikiran begitu.

Merupakan salah satu restoran Manado yang menjual makanan dengan harga cukup terjabgkau dibanding restoran lainnya. Bahkan ada diskon tambahan juga kalai beli pakai salah satu aplikasi ojek online.

Aku mencoba :

1. Paket Nasi Ayam Woku (IDR 31k)

Merupakan nasi dengan ikan cakalang, sayur daun pepaya dan ayam woku.

Surprisingly meski kelihatan kecil ternyata porsinya mengenyangkan. Ayam wokunya cukup banyak dengan bumbu yang sangat meresap dan rasanya pedas gurih.

Ikannya pun lezat, tidak berbau amis. Rasanya manis gurih serta tidak terlalu pedas dibanding si Ayam Woku.

Sayangnya daun pepayanya pahit, namun pada bagian yang terkena kuah cenderung gurih dan tidak terlalu pahit.

2. Perkedel Jagung (IDR 6k)

Harganya masih cukup terjangkau karena perkedelnya sangat besar dan renyah.

Perkedel jagungnya juga tidak berbau amis dan jagungnya cukup banyak sehingga manis gurih.

Sayangnya perkedelnya agak mengendap minyak.