Bakso Hunter -- Sebuah kedai bakso yang terkenal dan viral di Sunter. Baru-baru ini mereka buka cabang di Gading dan kebetulan dekat sama rumah gue.
Di sini, gue mencoba: Bakso porsi Personal (1 bakso besar + 5 bakso kecil) seharga 27k dan Tetelan seharga 25k. Masih worth it lah ya.
Rasanya gimana?
1). Bakso: Kuahnya berasa gurih kaldunya. Tapi, kalau untuk bakso dia dagingnya kurang berasa. Jauh lebih berasa ke tepung dibanding daging. Berlaku juga buat si bakso besar.
2). Tetelan: Tetelannya gue suka tapi. Isiannya lebih banyak ke daging daripada minyak.
Ambience tempatnya cukup luas dan rada artsy. Meskipun dia tempatnya panas ya. Pelayanan ramah.
Kopi KKN -- Sebuah coffeshop yang ada di Ruko Mall Of Indonesia, Kelapa Gading.
Di sini, gue cobain: Yakult Mango sama Yakult Leci yang masing-masing harganya 18k. Sama gue cobain toast mereka yang Smoked Beef seharga 28k. Termasuk murah, sih ini.
Rasanya gimana?
1). Yakult Mango: Biasa aja. Mangganya gak kerasa. Cuma kerasa yakult doang di mulut.
2). Yakult Leci: Sama kayak yang mango, biasa aja. Rasa buah lecinya gak berasa. Cuma berasa yakult doang.
3). Smoked Beef: Biasa aja. Rotinya lembut tapi, mereka pakai daging sliced yang agak tipis. Jadi, gak terlalu berasa. Cuma berasa mayo doang sama sayur.
Ambience tempatnya oke, cozy dan enak buat kerja. Cuma di sini panas, karena mereka gak pakai AC.
Pelayanan cukup ramah.
Menu yang dipesan: Yakult Mango, yakult leci, Smoked beef
Hokee Kitchen -- Tempat jualan makanan Chinese dengan berbagai fusion yang unik.
Di sini, gue cobain: Pork Burger Curry seharga 50k dan Pandan Teh seharga 25k. Worth it dan hitungannya masih termasuk murah ya untuk makanan pork.
Rasanya gimana?
1). Pork Burger Curry: I like the curry texture. Dia gak terlalu kental/berat teksturnya yang sampai bikin enek dan lebih ke cair. Gurih khas currynya juga berasa. Babinya gak bau sama teksturnya juga rada kasar tapi, gak alot saat digigit.
2). Pandan Teh: Dia rasa pandannya strong tapi, gak kasih aftertaste aneh di mulut.
Ambience tempatnya bagus, dia suasana atau vibesnya campur gitu. Ada suasana ala-ala Jepang, sama ada suasana ala-ala China. Tapi, meskipun secara visual tempatnya kelihatan nyaman, di dalamnya panasss. Karena mereka cuma sediain satu AC kecil sama kipas angin.
Untuk pelayanannya, gak banget. Mungkin, komentar gue soal service terlalu keras tapi, memang pada dasarnya gue terlalu kritis soal hospitality.
Waitres/kasirnya lesu banget. Gue paling gak suka ya kalau ada restoran tapi, orang yang ngelayanin malah lesu dan gak ada tenaga. Kesannya kayak gak niat ngelayanin customer. Tolong lah, kalau layanin customer ya mbok kasih sikap yang ramah. Senyum kek, apa kek, ini malah masang muka lesu.
Biasain kalau ngelayanin customer itu mukanya semangat, kasih senyum, dan kalau bisa pas customer keluar ucapin terima kasih. Karena sorry to said, first impression gue kalau datang ke restoran lihat pelayanan. Kalau servicenya lesu kayak gini, ya guenya juga malas dan mikir dua kali buat datang lagi. Percuma makanan enak, ambience bagus tapi, ngelayanin customer kayak gak niat.
Eaton -- Sebuah restoran Chinese food dan bakery yang ada di Lantai Bassement depan Diamond.
Di sini, gue mencoba Nasi Goreng Yangchow seharga 46++. Standar lah, mahal gak, murah gak.
Rasanya gimana?
Dia rasanya dominan ke telur sama sayur. Meskipun isian dagingnya cukup banyak tapi, rasa telurnya lebih dominan karena mereka isian telur ariknya banyak. Dan juga, ini rasanya rada buttery.
Ambience tempatnya oke, cocok lah buat makan-makan bentar. Pelayanan ramah.
Sambal Bakar Sultan -- Sebuah restoran yang menjual masakan dengan Sambal Gami. Sambal Gami sendiri merupakan sambal khas Bontang, Kalimantan. Sambal ini sendiri terbilang unik karena disediakan dan dimakan di atas hotplate. Cuma karena gue beli pas lagi bazaar kuliner, jadinya mau gak mau dipindahin ke wadah si sambalnya. Aslinya, mah makannya di atas hotplate langsung.
Di sini, gue cobain yang varian Saikoro + nasi seharga 64k. Worth it lah ya, pakai daging saikoro soalnya.
Rasanya gimana?
Dari segi porsi, porsinya bisa dibilang banyak. Karena mereka sediain pakai tahu goreng juga. Dan ini mengenyangkan banget di perut.
Lalu, untuk dagingnya sendiri itu enak banget. Si saikoronya itu lumer di mulut. Minyak-minyak si dagingnya beneran keluar dan rasa gurihnya itu dapat banget. Enak parah, sih ini.
Sambalnya juga enak banget. Gue di sini pesan yang level santuy. Di sini ada 2 level, paling tinggi level netizen yang rendah level santuy. Dia berminyak tapi, minyaknya itu yang justru bikin rasa dari si sambal ini makin dapat.
Kalau menyiksa atau gak. Karena gue suka pedas, ini masih bisa dinikmati. Gak tahu kalau kalian gak kuat pedas bakalan gimana efeknya. Tapi, gak bisa dipungkiri, dia kasih efek panas di perut.
Bubur Ayam BCA khas Mayong -- Bubur ayam legendaris yang ada di Kelapa Gading dan terkenal dengan topping ayamnya yang menggunung. Gue udah langganan sama bubur di sini dari masih kecil, jauh sebelum viral. Dulu, mereka buka di ruko dan sekarang mereka cuma jualan di gerobakan doang start dari jam 5 sore.
Gue memutuskan buat ke sini lagi setelah beberapa waktu lalu, gue pesan ini lewat ojol.
Gue pesan yang setengah porsi harganya 14k. Kalau 1 porsi full, dia 15k. Murah, kan kalau makan langsung? Lebih murah daripada order via ojol.
Rasanya gimana?
Meskipun setengah porsi tapi, mereka isian topping sama buburnya tetap banyak dan bikin kenyang.
Rasanya pun juga enak banget, jauh lebih enak pesan langsung daripada order via ojol. Dia rasa bumbu kari sama topping ayamnya itu gurihnya berasa dan dominan banget di mulut. Ayamnya pun juga gurih dan berbumbu.
Gue sendiri adalah #timbuburdiaduk . Tapi, pas makan ini, gue memutuskan buat cobain tanpa diaduk. Lu tahu apa? Rasanya tetap enak, dong. Jadi, bumbunya emang udah blend well sama si bubur. Sehingga, gak perlu diaduk pun rasanya tetap enak.
Meskipun antri panjang tapi, makan langsung itu jauh lebih enak daripada order. Cuma, di sini emang gak ada tempat duduk (ada tapi, dikit).
Jadi ya, prefer kalau punya mobil ya makan di dalam mobil atau bawa kursi kecil minimal.
Wingstop Mall Of Indonesia -- Sebuah restoran fastfood yang menyajikan aneka fried chicken yang berbumbu dan terkenal dengan menu pedasnya.
Di sini, gue beli 1 paket promo (gue lupa harganya berapa). Dapat nasi, minuman yang bisa refill, fried chicken (gue pilih varian bumbu Asian Spice), sama Boneless Strips.
Rasanya gimana?
1). Asian Spice Fried Chicken: Oke rasanya. Dia dominan ke pedas dan ada rasa asamnya yang cukup dominan juga. Kalau dicampur ke saos keju, rasanya masih pas.
2). Boneless Strips: Ayamnya empuk dan juicy. Cuma gue gak suka sama rasanya. Bumbunya, duhhh... keasinan. Tepungnya, dalamnya, keasinan.
Ambience tempatnya cukup nyaman, luas, dan bisa dibilang cozy juga. Tempatnya buat ngumpul oke karena banyak tempat duduknya.
Untuk pelayanan, payah! Nyajiin makanan lama! Biasa, kan kalau fast food langsung jadi ya. Lah, ini. Kira2, ada kali 15 menitan lebih gue tunggu. Kelamaan.
Cuma kalau pelayanan kasir-kasirnya oke, gak ada masalah. Cuma penyajian makanan aja yang lama.
Cendol Pandan -- Sebenarnya, di sini yang paling khas itu menu cendolnya (sesuai nama). Tapi, gue justru memutuskan buat pesan tahu gejrot mereka. Harganya segini 20k. Hmmm... okelah ya harga segitu, soalnya di dalam Mall juga mereka jualnya.
Rasanya gimana?
Dia dominan ke pedas manis. Pedasnya ada dan manisnya juga ada. Untuk kepedasannya sendiri, menurutku cukup strong. Tapi, kalau kalian suka pedas, ini masih bisa dinikmati.
Tahunya juga oke, lembut dan pelayanan di stallnya juga ramah.
Neng Tebu -- Sebuah stall yang menjual aneka macam varian minuman tebu.
Di sini, gue cobain Tebu Lemon seharga 25k. Well, masih okelah harga segitu. Pengolahannya juga rumit.
Rasanya gimana?
Enak, segar. Dia dominan ke rasa asam meskipun manis dari si tebunya kerasa di mulut. Kalau pas siang-siang atau habis makan yang panas-panas, minum ini cocok banget.
Shihlin Mall Of Indonesia -- Akhirnya, bisa cobain Shihlin lagi setelah sekian lama. Seperti biasa, yang gue pesan selalu XXL Crispy Chicken rasa BBQ. Harganya selalu sama, 40k++. Ya, harga Shihlin sewajarnya. Mahal, sih emang.
Rasanya gimana?
Entah sugesti atau gimana, gue merasa kalau porsi Shihlin sekarang makin dikit dan gak sebanyak dulu. Kalau dulu gue makan Shihlin itu udah kenyang meski gak pake nasi. Tapi, sekarang makan Shihlin dah kayak nyemil. Makanya, gue bilang kalau porsi Shihlin udah makin dikit.
Tapi, untuk rasanya masih sama. Rasa gurih2 bbq khas bumbu Shihlin. Cuma gue akuin, bubuk bumbunya gak sestrong dulu. Tetap strong aromanya, dari jauh udah kecium. Tapi, pas dimakan dia lebih ringan, gak nyakitin tenggorokan dan gak bikin bersin.
Ambience tempat di MOI dia cukup oke dan ada tempat duduk yang oke buat me-time. Bersih juga dan cozy juga.
Pelayanan oke. Gak masuk standar ramah gue, seengaknya yang jaga gak jutek/judes kayak yang di Shihlin Kemanggisan.
