Nathania Kusuma

Bun & Go ini adalah bun a la Thailand kekinian. Tempatnya itu berbentuk stand yang buka di ruko pasar paramount, cuman ada pas malem.

Saya memesan 6 bun dengan filling rasa mix, yaitu original, susu, banana, milk, thai tea, dan green tea. Rotinya dimasukin toaster dulu sblm diisi dgn filling.

All I can say is: rotinya kopong, isinya royal.

Rotinya sendiri menurut saya tidak ada istimewanya. Besarnya pun tidak sesuai ekspektasi. Teksturnya seperti roti biasa, tidak terlalu lembut. Namun karena disajikan panas jadi not bad.

Semua varian rasanya generik, namun kuantitas fillingnya cukup memuaskan sampai luber pas digigit. Menurut saya yang worth to try hanya thai tea dan green tea karena tidak ada produk lokal macam sa** r**i yang menyediakan rasa tersebut.

Too bad, I don't think it's worth the hype. Apalagi mempertimbangkan harga yang cukup mahal dibandingkan aspek kualitas dan kuantitasnya.

Ini adalah kunjungan pertama saya ke Chin Ma Ya. Saat masuk ternyata tempatnya tidak sebesar yang saya kira dan lampunya remang-remang sekali (do you notice I take the picture using flash?). Banyaknya pengunjung membuat tempatnya menjadi lebih kerasa padat, pedahal dinner time pas weekday.

Saya memesan Tonkotsu Ramen reguler dan impresi pertama saya adalah "Wow, it's huge". Saya mengestimasikan porsinya mungkin setara dengan 3 porsi mie instan merk lokal. Untuk yang lambungnya bocor, pasti porsi ini pas sama kalian. Irisan dagingnya juga cukup generous.

Dari segi kualitas, saya merasa bahwa ramen ini cukup enak, tapi rasanya kurang berkesan. Rasa kuahnya condong ke arah strong dan sedikit kental. Hal yang sedikit mengganggu saya adalah sayuran caisim yang diletakkan di atas kuah masih dalam kondisi dingin (mungkin baru dikeluarin dari kulkas). Saran saya sayurannya lebih baik segera diaduk agar hangat.

NB: Di setiap meja disediakan bawah putih goreng. Seize the moment, garlic eaters!

Kunjungan saya ke Ichi-go pada malam minggu ini merupakan pelajaran bahwa pernyataan "ada harga ada barang" itu nyata.

Ichi-go berlokasi di ruko seberang pom bensin jalan raya gading serpong. Tempatnya cukup nyaman namun sedikit sempit, apalagi kalau sedang ramai.

Pada saat ini Ichi-go sedang mengadakan promo All Sushi 10k. Harga normalnya adalah 15k per porsi. Selain sushi, mereka juga menyediakan oyakodon dan curry rice yang semua harga variannya dipukul sama rata juga. Bento box pun juga ada, namun harganya beda-beda.

Service restoran ini cukup baik. Setelah menunggu 3-5 menit saja, salmon nigiri sushi dan skin roll (isi salmon skin dengan topping mayonnaise) yang saya pesan sudah datang. Reaksi saya: shock. Kenapa? Kedua sushi yang saya pesan kuantitasnya di luar ekspektasi, in a bad way. Bisa dilihat di foto pertama kalau nigiri sushi tersebut lebih kecil dari jari telunjuk saya dan potongan salmonnya cukup tipis.

Nasi sushi di restoran ini menurut saya cukup hambar. Teksturnya pun terlalu lembek utk selera saya, tidak seperti sushi yg disajikan di kebanyakan restoran lain.

Untuk kualitas daging salmonnya, saya acungi jempol karena tidak terasa amis sama sekali. Namun salmon skin dalam roll yang saya pesan sedikit alot (kurang renyah). Mayonaisse yang dipakai pun rasanya cukup mediocre, in my opinion.

Ini adalah kunjungan kedua saya ke Smoothopia, one of the best place to enjoy smoothie bowl in Tangerang . Letaknya sedikit tersembunyi karena posisi rukonya tidak menghadap ke jalan besar. Tempatnya cukup cozy untuk hang out, tapi sayangnya ga ada tempat duduk empuk (kayu semua)

What I like the most about this place is the customizable liquid mixer/base. Kamu bisa memilih antara susu sapi, apple juice, susu kacang, dan yakult. A very good option buat kalian yang vegan atau lactose intolerant. Kalian juga bisa pilih extra topping, yang menurutku cukup bervariasi.

Sebagai penggemar smoothie bowl, saya merasa kalau mayoritas smoothie disini memiliki tekstur (tidak terlalu kental atau encer) dan kuantitas yang pas.

Oleh karena belum ada review varian Veggielicious (50k), saya memesan smoothie bowl tersebut dengan extra topping flax seed. Smoothie bowl ini merupakan kombinasi bayam, pisang, nanas, dan matcha. Bisa dilihat ada banyak serpihan bayam pada smoothie berwarna hijau ini. Untuk yang ga suka veggies, boleh dicoba karena rasa bayamnya tidak dominan. Rasanya relatif cukup manis karena dicampur pisang dan nanas serta base apple juice yang saya pilih. Sayangnya rasa matcha sama sekali tidak terasa.

Guys, this cream cheese tea is overhyped

Saya order Beri Beri Chizu (39k), yaitu varian best seller (menurut kasirnya). Basically ini adalah sejenis macchiato dengan foam cream cheese dan berry tea. Kuantitas sugar dan ice bisa diatur.

Rasa cream cheesenya menurutku sudah cukup baik on its own. Manis dan asinnya pas di lidah. Tapi, problemnya, rasanya kurang enak di lidah saat dikombinasikan dengan berry tea ini. After tastenya kurang nyambung. My boyfriend also approves this

Chang Tea menawarkan beragam variasi minuman dan snack ala Thai yang cukup affordable. Pilihannya pun beragam, dari yang tradisional sampai yang modern/"pop".

Nah, karena variasi menunya banyak, tempat ini menyediakan tester untuk beberapa minuman best seller. Yang menurutku worth to try adalah chatuchak (lychee-sirsak dengan topping kelapa muda) dan lemoy (lemon-plum campur greentea) oleh karena rasanya yang unik.

Tapi, untuk kunjungan kali ini saya memesan minuman yang cukup generic, yaitu mango greentea (15k). Kuantitas sesuai harga, gelas di tempat ini hanya ada dalam satu ukuran yang relatif kecil. Rasanya menurutku juga cukup mengecewakan. Minuman yang seharusnya beraroma greentea dengan topping pudding manga ini ternyata malah memiliki rasa mentos yang condong seperti mint (weird, but true)!!

Waktu lagi jalan-jalan di CP pas setelah lunch, tiba-tiba pengen coba tempat dessert baru yang serba matcha. Jadi akhirnya aku mampir ke Amausaan Uji Matcha dan memesan menu Seiranso (harga 52k). Kurang lebih dalam 5-10 menit, menu yang aku pesen datang, which is lumayan lama mengingat nihilnya customer lain yang juga memesan dessert.

Jadi Seiranso ini adalah sejenis rupa matcha parfait yang disajikan di sebuah wadah dari bambu. Di dalamnya berisi matcha ice cream (bukan jenis soft-serve ya) dengan base shaved ice. Menurutku rasa pahit dan manis matcha ice creamnya cukup seimbang.

Yang membuat rasa dessert ini spesial adalah topping whipped cream dan maple syrup yang ditaburi serpihan rice cracker. Kombinasi ini membuat rasanya serupa dengan minuman genmaicha (campuran teh matcha dengan roasted brown rice cracker). Lalu ada juga topping lainnya yaitu 4 mochi kecil dan juga red bean paste yang rasanya standar.

So, is it worth the price? Well, I guess, if you think quality over quantity. Tapi saya sebenarnya cukup kecewa sih, karena rasa matcha ice creamnya kurang sesuai ekspektasi. I thought its taste would be very authentic to the original Japanese matcha (which is very bitter), but turns out to be quite typical.