hobinyaria

Dua tahun lalu saya pernah ke sini karena ada diskon dari Bca pas sore setelah jam kerja. Dan walau tempatnya luas tapi terkesan jorok. Banyak yang duduk serampangan seperti di warung jadi suasananya gak nyaman. Toiletnya gak usah ditanya jorok banget.
Padahal baristanya ramah dan helpful. Tapi suasana tidak nyaman membuat saya malas ke sana kecuali kl ada diskon lagi. Hari ini pas ke sana masih sepi jadi suasananya nyaman. Saya pesan hot chocolate dan latte.
Tempatnya okeh kl dtg pagi hari. Tapi kalau sudah sore mendingan gak usah deh.

Tempat bakmi ini ruangannya tidak terlalu besar. Jadi, walau ada free wifi ya jangan lama-lama juga kali ya duduk di sini. 

Bakmi dibuat sendiri tanpa pengawet dan air abu plus bisa dinikmati semua orang karena halal. Yang saya cicipi kemarin adalah bakmi dandan. Biasanya saya makan bakmi dengan menumpahkan semua kuah yang disediakan ke dalamnya. Kalau bakmi dandan, celupkan mie ke dalam kuah yang terbuat dari biji wijen, cabe bubuk, cuka hitam, daging giling asam manis. Seru juga makan mie dengan cara yang berbeda. Saya juga mencicipi pangsit udang asam manis yang rasa kuahnya agak-agak asam tapi tetap sedap untuk dinikmati. Lalu bagi dua dengan teman mencoba makan mie ayam hainan. Dan diakhiri dengan juice kedondong yang fresh :) 

Pantau juga akun Instagram mereka karena siapa tahu, kalian beruntung mendapatkan diskon atau program lainnya. 

Dengar Pantai Indah Kapuk saja sudah kebayang jauhnya. Jadi sayang banget gak bisa sering-sering ke sini. Bagi yang jemput anak-anaknya di sekolah Bina Bangsa pasti bisa sering-sering ke sini yaaaa... *sirik*

Anyway, tempat yang ditujukan buat jajan dan makan anak-anak sekolah ini (walau gak nolak juga dong kalau orang dewasa yang datang) menyediakan mie buatan sendiri. Saat mencoba mie hijau mulai mikir, menggunakan pewarna apa nih? Tapi ternyata pewarnanya terbuat dari juice caisim. Tanpa bahan pengawet. Menyajikan makanan halal dan non halal. Rasanya lezat banget. Ternyata membuat mie sendiri walau tentu saja ada alatnya adalah proses yang memakan waktu lama dan tidak mudah. Makannya sekejap tapi pembuatannya lama sekali. Saat berkunjung bareng PergiKuliner, sang owner memberi kami kesempatan melihat langsung proses pembuatan mie. 

Tidak hanya mie hijau, tersedia juga hidangan mie lain diantaranya fusion noodle. Lalu yang saya suka sekali adalah pizza goreng yang rasanya wow banget! Ada beberapa macam, yang saya coba yang margarita. Kemudian sempat mencicipi juga hotdong warna warni. FYI, yang warna warni sebenarnya rotinya ya. Enak juga. 

Kalau mau langsung upload, tempat makan ini menyediakan juga free wifi. Dan kurang seru ya kalau tidak follow akun instagram mereka. 

Waiter dan waitress ramah dan baik banget pelayanannya. Mereka tidak segan menjelaskan saos apa yang cocok untuk steak, steak mau dimasak pada tingkat kematangan yang bagaimana. Kami memesan menu Combo D yang mendapatkan 2 sirloin steak dan nasi. Tingkat kematangannya bisa dibuat berbeda walau dalam satu paket. Kami juga memesan Prime Sirloin 150 gram. Ada butter yang menurut waiter adalah racikan restoran ini.    

Tapi kebaikan mereka tidak akan cukup membuat saya balik lagi ke tempat ini. Rasa makanannya biasa banget, ya sesuai sih sama harganya. Steak yang dimasak well done keras banget. Untung saya meminta satu di masakan medium well dan masih bisa dikunyah. Terlalu banyak urat dalam daging sehingga beberapa bagian tidak bisa dimakan.
Untuk sup sapi, kata mama saya sih dagingnya terlalu sedikit dan rasanya juga biasa saja. Poin plus sepertinya hanya nasi putih yang enak. Minuman yang dipesann adalah teh panas dan es teh.

  Restoran ini menyediakan ruangan smoking dan non smoking. Tidak ada wifi.

Baru kali ini saya nongkrong pagi di tempat yang berada tidak jauh dari pasar, tapi tidak pengap. Ruangan bagian dalam luas dengan tempat duduk yang rapat antara meja satu dengan lainnya. Saya dan teman langsung memesan susu kedelai dan kopi susu untuk memulai sarapan (menjelang siang). 
Untuk makanan, bisa dipesan yang tersedia di dalam kedai ini. Dan bisa juga memesan makanan dari penjual makanan yang ada mengelilingi kedai ini. Asal jangan lupa pesan minuman dulu ya. Jadilah saya dan teman memesan bihun bebek dan bakmi keriting pangsit. Begitu makanan diantar langsung dibayar ke pelayan. Jadi siapkan uang tunai untuk pembayaran. 
Kedai ini juga menyediakan roti bakar dengan berbagai topping. Kami pesan roti bakar dengan topping selai kacang skippy serta coklat. 
Minumannya enak, roti bakar juga sedap.... Plus tempat ini menyediakan wifi serta televisi. Lumayan untuk nongkrong sembari mengobrol. 

Roemah Kuliner berada satu gedung dengan bioskop Megaria/Metropole. Hanya perlu naik lift dan kita sudah berada dalam Indonesian food gallery. Untuk memesan makanan, kita perlu menggunakan kartu yang bisa didapatkan di kasir. Kartu ini nanti harus di top up dengan minimal Rp 50.000,- dan untuk menambahkan saldonya, minimal top up Rp 20.000,-
Harap catat, top up hanya bisa dilakukan dengan uang tunai atau dengan kartu debit BCA.  
Jika top up sebesar Rp 100.000,- maka hanya bisa digunakan Rp. 90.000,- karena sisanya untuk jaminan kartu.

Menurut orangtua saya, soto ayam lamongan dan soto daging betawi yang mereka pesan rasanya enak. TAPIII, ada tapinya. Kedua makanan tersebut cepat sekali dingin. Jadi kalau mau foto-foto sebaiknya gerak cepat. 
Sementara makanan saya, mie ayam yamin rasanya biasa pake banget. Untuk minuman, mesti coba es teler Bandung - yang kata mama saya menyegarkan. Saya dan papa memesan teh tarik panas yang gelasnya oke lah. Lumayan besar. RAsanya juga not bad walau tidak istimewa. 

BAgi wifi hunter, berbahagialah karena jaringan internetnya tidak lambat. Ruangannya cukup luas tapi tetap saja cepat penuh kalau sedang jam makan. Ohya, kalau sudah selesai makan sisa uang yang ada di kartu bisa dikembalikan. Misalnya kamu bakal sering datang dalam waktu dekat, coba tanyakan ke kasir apakah kartunya bisa disimpan dan bisa di top up kapan saja ?

Tempatnya cozy untuk berbincang dengan teman dan keluarga. Jadi sepertinya akan balik lagi ke sana nih 

Pertama kali saya kenal sushi ya di Sushi Tei. Saya tergila-gila sama yang namanya Crispy Roll. Tapi saat ke Sushi Tei di Grand Indonesia kali ini saya mau pesan yang lain dong. Walau ada menu kesukaan yang tetap saya pesan yaitu Fried Salmon Skin. 

Soal rasa makanan, buat saya tidak usah diragukan lagi deh di sini. Tapi saya ingin menilai dari segi pelayanan. Entah kenapa ya kalau waiter yang saya minta mayonaise untuk Salmon Skin Fried selalu royal banget kasihnya. Giliran waitress yang memberikan, mayonaise sedikit sekali sampai harus minta tambah lagi. Untuk yang lain seperti soal kesigapan mereka dalam mengisi hot ocha dan cold ocha : bagus. Selalu bertanya sopan terlebih dahulu.

Untuk membayar, kayaknya dimana-mana nih selalu lama prosesnya. Mungkin karena pengunjung terlalu banyak atau bagaimana ya?

Kekurangan (atau kelebihan) di semua restoran Sushi Tei adalah tidak adanya wifi. 
Jika ingin menikmati aneka ragam sushi tanpa perlu memesan maka saya anjurkan duduk deh di sushi bar 
Dan kalau bisa jangan datang pas jam makan siang. Karena setelah ini, antrian panjang nonstop akan terjadi sampai kurang lebih jam 3 sore. 

Saya dan teman mencoba dim sum yang katanya populer banget. Pas ke sana saya dan teman rada heran juga dengan restoran tersebut. Lebih mirip suasana makan di food court daripada restoran. Tidak ada kesan mewah ketika masuk ke area restoran Tim Ho Wan. Ada tempat duduk yang lebih mirip bangku pula. 

Untuk makanan, tidak ada yang mengecewakan. Semua rasanya enak. Untuk baked bun yang isinya daging B2, rotinya empuuuk sekali. Tidak perlu buru-buru dihabiskan pun masih terasa enak dimakan. Begitu juga dengan Steamed egg cake. Lembut banget deh dan tidak bikin eneg. Untuk makanan lain, saya sarankan lebih baik dimakan secepatnya selagi panas.

Menu makanan yang habis saat itu adalah Garlic Fried Fish skin so kalau sedang ke sana coba pesan yang satu ini.

Untuk service dari waitress biasa saja sih menurut saya. Saya mencoba menanyakan apakah ada wifi. Waitress yang pertama mengatakan tidak ada. Waitress yang kedua saya tanyakan, memberi informasi kalau wifi sedang ada gangguan. 

Teh bisa refill alias free flow. Tapi mereka kurang sigap mengisi gelas minuman pengunjung yang sudah kosong alias harus dipanggil terlebih dahulu. Apalagi kalau pengunjung sedang ramai. Kami beruntung dapat tempat duduk di pojok yang bisa bersandar setelah kekenyangan. Dan penerangannya bagus untuk foto-foto. 

Karena sudah makan malam dan hanya ingin minum, saya dan teman iseng mampir ke sini. Niat untuk minum saja batal karena melihat tampilan choco lava yang akhirnya saya pesan juga.

Saat masuk, cafe sedang penuh sehingga saya dan teman duduk dekat meja kasir. A wrong choice. Awalnya saya suka karena berada di bawah lampu. Tapi lama-lama jadi terasa panas. Dan mau foto-foto juga hasilnya jadi gak maksimal. Plus, duduk di sini jadi lebih dekat dekat dengan area billyard yang ada di sebelah sehingga sesekali terdengar suara musik yang keras. 

Choco lava tidak mengecewakan dan tidak menyesal pesan yang satu ini. Heaven breeze juga segar banget. Pas deh untuk melegakan tenggorokan jika baru saja menyantap banyak makanan. Yang mengecewakan adalah justru belgian hot chocolate yang menurut saya BIASA banget. Padahal penyajiannya unik. Coklat yang ada di dalam gelas disiram susu panas baru deh diaduk-aduk. Dan harga belgian hot chocolate ini yang paling mahal. 

Jaringan Wifi okeh, pelayanannya juga bagus. Kalau mau ngobrol sama teman dekat sebaiknya pilih sofa. Dan jika ingin foto-foto selfie, pilih deh tempat duduk di area sebelah kiri dari pintu masuk. 

Tempatnya kecil banget dan rada maksa nyempil kalau menurut saya. Sepertinya memang lebih dikhususkan bagi orang yang pesan take away saja. 

Tapi kasirnya baik hati banget. Jadi ceritanya saya mau pesan lewat aplikasi saja tapi gak pede. Jadilah saya akhirnya malah ke sana langsung dan teteup pesan lewat aplikasi dengan bantuan si kasir (yang maaf saya lupa namanya). Soalnya ada promo di hari Senin dan Rabu, buy 1 get 1 untuk pizza ukuran medium jika beli lewat aplikasi. Jadi, dia membantu saya untuk memesan dan jreng... pesanan saya siap dalam waktu kurang lebih 15 menit. Kalau saya pesan delivery, janjinya akan sampai dalam waktu 30 menit.

Ada tempat duduk di lantai dua, tersedia juga musholla serta toilet. Saya tidak sempat cek apakah ada wifi atau tidak. Mau duduk di luar juga bisa jika ingin merokok. 

Pizza sengaja saya pesan yang hand tossed dan thin crust. Dua-duanya enak, tapi kejunya kurang berasa deh. Dan chocolate lava-nya mini banget ya... Kurang besar, kalau kata saya loh.