N.A.

Waroeng SS memiliki tempat tersendiri bagi saya--literally se-special itu. Dulu sebelum SS buka cabang di Kota Bandung saya dan teman-teman seringkali bela-belain ke Jatinangor hanya untuk bersantap di SS. Jadi saya benar-benar excited ketika SS akhirnya buka cabang pertamanya di Kota Bandung, tepatnya di Jalan Bawean. Cabang Jalan Bawean ini memang tidak seluas cabang Jatinangor, kapasitas tempat duduknya seringkali tidak mencukupi memenuhi demand yang sangat tinggi. Saya masih ingat persis ketika kami harus menumbalkan seorang teman untuk datang pukul 3 agar mendapatkan tempat duduk untuk berbuka puasa. Demand pada saat hari biasa memang tidak se-gila itu, namun tak jarang kalau sistem waiting list tetap diberlakukan.

Dari segi tempat sebenarnya tidak ada yang spesial, lumayan nyaman kalau hanya untuk sekedar makan, namun jelas buka tempat yang cocok untuk berlama-lama, ngak etis juga sih sama yang ngantri di luar, jadi please jangan piknik disini ya!. Yang butuh improvement menurut saya adalah pelayannya yang seringkali chaotic. Saya lebih menyarankan untuk langsung memesan banyak di awal ketimbang memesan tambahan menu kemudian karena kemungkinan besar datangnya bakalan sangat lama. Jangan sungkan untuk bertanya kepada pelayan kalau pesanan belum datang dalam 15 menit, karena seringkali saya mengalami pesanan saya ter-skip oleh pesanan lain. 

- Food and Beverage:
Bagi saya, sambal adalah primadonanya SS. Karena saya cukup resist terhadap rasa pedas, maka sambal terasi terutama sambal terasi segar adalah sambal yang wajib dipesan setiap kali ke SS, sambal ini pedasnya benar-benar nampol. Sayangnya after-effect aroma terasinya lumayan lama nempelnya. Untuk pecinta sambal dengan citarasa segar boleh banget untuk memesan sambal mangga muda,sambal mangga di SS agak sedikit berbeda sih karena mangganya tidak digiling, melainkan hanya dipotong kecil-kecil, bahkan looksnya lebih mirip mangga yang disambelin. Untuk yang tidak terlalu kuat pedas, bisa memesan sambal kecap atau sambal bajak, ini sih moderate banget pedasnya.

Lauk di SS sebenarnya sih biasa banget, hampir sama dengan restoran Indonesia kebanyakan. Yang special menurut saya adalah harganya yang benar-benar terjangkau, bahkan beberapa menu di tempat ini lebih murah dibandingkan tenda pinggiran jalan, bayangkan dengan 9K sudah bisa mendapatkan 2 ekor lele goreng--mau sekalap apapun jarang banget nyampe di atas 50rb/orang. Bersantap di SS bagi saya tak lengkap tanpa memesan karedok dan es jeruk atau jeruk hangat sebagai penyegar. Thank you SS for bringing us such an indescribable happiness, Love!

Tidak sengaja menemukan coffee shop ini saat tengah makan malam di restoran di seberangnya. Tempatnya sih kecil banget nyempil gitu, seating areanya agak terbatas, kurang nyaman sih menurut saya karena tidak terlalu bersih, agak sempit, dan agak kurang pencahayaan.

- Jodo Kopi Susu (15K)
Menu ini lumayan berjodoh sih dengan selera kopi saya, tidak terlalu manis tanpa kehilangan citarasa asli kopinya. Kopinya cenderung untuk memiliki rasa sedikit pahit dan asam yang diimbangi oleh susu yang tidak terlalu overkilled, well balanced. Sayangnya kopinya disajikan dengan gelas plastik dan gabisa request disajikan dengan menggunakan gelas biasa :(

Restoran ini tidak berbeda jauh dengan tipikal restoran di Cihampelas Walk lainnya, desain interiornya sih lebih cenderung ke Chinese kontemporer, tempatnya lumayan nyaman dan pelayanannya patut diacungi jempol. Saat itu saya tengah mengejar jadwal pemutaran sebuah film, namun dalam kondisi yang sangat lapar. Saya menanyakan estimasi food servingnya dan surprisingly, food servingnya lebih cepat ketimbang estimasinya: Good Job!

- Singapore Hainanese Chicken Rice Bowl
Hal yang paling saya sukai saat menyantap nasi Hainan adalah citarasa nasi yang unik akibat dimasak dengan menggunakan kaldu ayam, sayangnya kaldunya menurut saya agak kurang nendang sih, agak terlalu kering sih. Nasi juga agak sedikit tasteless sih menurut saya, saya paling suka setiap kali nasi hainan yang pesan memiliki sedikit hint rasa jahenya, it helps a lot kalo lagi kurang enak badan sih biasanya. Untungnya ayamnya the way much better ketimbang nasinya, potongan ayamnya besar dan dagingnya lumayan empuk.

- Gyoza
Berbeda dengan Gyoza kebanyakan yang disajikan secara kering dan garing, gyoza di tempat ini agak sedikit lembek karena langsung dicampur dengan sausnya. Personally saya sih lebih suka gyoza dengan versi yang lebih garing sih. 

Honestly saya amazed dengan konsep yang diusung oleh coffee shop ini, typically cafe outdoor yang tengah digandrungi di Kota Bandung. Cafe dengan konsep seperti ini tentunya sangat bergantung kepada kondisi cuaca, bisa sangat nyaman saat udara sedang sejuk-sejuknya dan bisa berubah menjadi boomerang saat turun hujan. Hal ini disebabkan oleh area indoor dan semi outdoornya tergolong kecil dan sempit, sebagian besar seating areanya berada di area outdoor di depan.

Tidak ada yang musti dikomentari segi desain, baik interior dan eksterior—everything’s impressive enough in terms of aesthetics. Sisi kenyamanan pengunjung mungkin hal yang agak sedikit luput dari considerations, area indoor dan area pemesanannya menurut saya agak terlalu sempit, belum lagi seating arrangement di area ini agak way too intensive. Area outdoornya yang basically berupa lantai dengan tambahan meja kecil yang moveable sebenarnya cukup nyaman sih untuk nongkrong dalam durasi yang pendek, namun bikin pegel kalo lama-lama, karena theorically desain seperti ini emang kurang ergonomis, menurut saya alas duduk berupa bantal-bantal kecil will help a lot.

Service:  Menurut saya service adalah hal yang perlu sedikit improvement terutama dalam hal serving time, saya mendapati beberapa menu yang saya dan teman-teman pesan disajikan dalam waktu yang sangat lama. Hospitality menurut saya juga perlu sedikit improvement sih, being served with a moody-barista sometimes feels doesn’t really good

Food and Beverage:
- Tiramisu Float (32K)
Menu ini merupakan salah satu signature beverages dari tempat ini. Yang paling saya suka dari tiramisu adalah sensasi saat espresso bertemu dengan hint rasa coklat dari cocoa, sensasi tersebut akan semakin unik berkat freshness dan creaminess dari es krim vanillanya—definitely a drink for both of coffee lovers and sweet tooth.

- Strawberry Toast (28K)
Basically menu ini berupa roti tawar yang disajikan bersama wipe-cream dan strawberry segar. Kombinasi ketigamya menurut saya sangat oke sih, hanya saja proses toasting rotinya seperti kurang lama, alhasil rotinya agak kurang crunchy.

Sebenarnya saya agak kesulitan sih untuk menemukan ice cream parlor ini karena plang namanya yang kurang identifiable, asli kecil banget dan tidak kentara. Dari segi tempat sih saya suka banget. Untuk yang ingin ngadem, bisa duduk di indoor seating areanya di lantai 1, tempatnya cozy dan kind of artsy. Sebagai alternatif bisa juga duduk di rooftopnya yang lumayan nyaman saat senja atau saat Bandung sedang tidak terlalu terik. 

- Ice Cream (35K)
Dengan harga di bawah 50K, sudah pengunjung bisa memilih tiga pilihan rasa es krim dan tiga pilihan topping, porsi cupnya juga lebih banyak dibandingkan tenant lain. Saya memilih rasa strawberry, blackberry, dan coklat, topping peach, longan, dan nata de coco—topingnya asli royal banget, ngak ada pelit-pelitnya. 

Saya memang sengaja memilih es krim dan toping dengan rasa yang cendrung fruity dan lite karena saat itu Bandung memang tengah panas-panasnya. Es krimnya sih memang bukan tipikal es krim yang lembut dan creamy banget sih, belum berhasil menjadi preferensi saya. Dari tiga rasa yang saya pilih, saya paling suka rasa blackberrynya karena karakter asli Blackberrynya berhasil dipertahankan, coklatnya sih biasa aja, sedangkan strawberrynya failed—kinda watery dan tasteless gitu 

Ramen House yang satu ini boleh disebut ramen house yang mahasiswa banget karena lokasinya yang berdekatan dengan beberapa kampus di Dago, selain itu harga yang dipatok sangat terjangkau dan yang paling penting jam bukanya yang 24 jam. Saya seringkali menjadikan ramen house ini sebagai penyelamat  midnight-hungry-attack saya, baik dengan datang langsung maupun dengan menggunakan jasa delivery. Tempatnya didesain dengan konsep nuansa Jepang kontemporer. Tempatnya lumayan nyaman si sebenarnya, saya sih lebih suka duduk di area bangku kayunya. Tersedia juga sofa namun kondisinya sudah agak sedikit bapuk.

- Echa Ramen (19K)
Sesuai dengan harganya, menu ini sebenarnya sangat basic, berupa mie kenyal khas Jepang yang disajikan dengan kuah creamy miso dengan tambahan toping yang sangat standar: jamur, wortel, dan tamago. Jika ingin sedikit sensasi pedas, disedikana juga chili oil secara terpisah. Ramennya sih sebenarnya biasa banget, tapi bisa dibilang sangat OK untuk harga yang dipatok

Kali ini saya iseng nyobain merchant yang satu ini walaupun aslinya saya ngak tau persis lokasinya dimana dengan menggunakan jasa delivery online. Pelayannya sebenarnya lumayan cepat. Packaging yang digunakan juga lumayan lucu namun sayangnya packagingnya kurang aman untuk cairan, saya mendapati box pisang gorengnya dalam kondisi yang sedikit geuleuh akibit cairan topingnya yang merembes kemana-mana

Foods and Beverage:
- Sate Taichan (22K)
karena saya memilih varian ekstra pedas, satenya sedikit berbeda dengan sate kebanyakan, satenya tidak polosan melainkan sudah dibumbui dengan bumbu lada yang literally sangat pedas, bahkan untuk saya yang tergolong cukup resisted terhadap rasa pedas. Satenya lumayan empuk dengan potongan daging yang lumayan gemuk. Untuk pecinta pedas sih boleh banget nyobain yang satu ini
- Pisang Tiga Rasa (16K)
Saya agak kecewa juga sih dengan menu ini karena pisangnya keras banget. Topingnya sih sebenarnya royal banget, ada coklat, keju dan brown sugar. Namun karena pisangnya failed kan percuma juga topingnya royal
- Thai Tea (12K) Saya kurang suka sih Thai Teanya karena terlalu milky dan manis