N.A.

Lately saya menjadikan Seblak Sultan sebagai tempat favorite untuk menikmati seblak meskipun seblak ini tidak memiliki embel-embel sudah diliput stasiun televisi. Citarasa seblaknya menurut saya lumayan konsisten dan terjaga, isiannya lumayan lengkap, dan harganya sangat terjangkau, dan porsinya lumayan besar. Bagi saya, hukumnya wajib untuk memesan Seblak 5 toping (13K) dengan isian cilok, siomai, bakso, tulang, dan tentunya kerupuk. Seblaknya tipikal seblak basah dengan citarasa kuah yang lumayan rich dengan rasa cikur yang lumayan strong. Untuk tingkat kepedasannya bisa disesuaikan dengan tingkat toleransi pedas masing-masing—saya sih biasa memesan level pedas banget. Honestly, saya ketagihan nyeblak di tempat ini. 

Untungnya seblak ini menyatu dengan The Milk Bar sehingga tersedia aneka minuman untuk menetralisir citarasa pedas dari seblak. Sayangnya, tempatnya agak biasa saja, bahkan di kondisi tertentu bahkan terasa kurang nyaman karena benar-benar panas dan tidak terlalu bersih. Selain itu, pengamen dan semacamnya di tempat ini juga lumayan banyak—sebaiknya menyediakan uang receh yang lebih banyak. Selain itu, terkadang pelayanannya juga agak lama dan hanya tersedia pembayaran dengan uang tunai

Kafe ini merupakan salah satu tempat paling enak untuk nugas di daerah Ciumbuleuit, tak heran jika tempat ini selalu dipadati oleh mahasiswa, terutama mahasiswa Unpar. Tempatnya memang agak unpredictable, nyempil di sudut sebuah kos-kosan. Jujur, saat pertama mengunjungi kafe ini saya dan driver agak kewalahan. Yang membuat kafe ini spesial adalah view-nya yang menghadap langsung ke Lembah Cisitu. View-nya benar-benar fascinating--cocok untuk mereka yang sedang mencari inspirasi. Selain untuk kegiatan serius, kafe ini juga masih cocok banget untuk kegiatan santai, terutama area outdoor dan semi-outdoornya. Harga di kafe ini juga masih relatif terjangkau sih menurut saya. 

- Milky Matcha (28K)
Saya memesan menu ini karena tengah menghindari untuk mengonsumsi kopi. Untungnya citarasa matcha-nya lumayan OK, Matcha-nya bukan tipikal matcha dengan citarasa yang strong banget, agak cenderung manis dan sedikit terlalu milky, namun hint rasa pahit khas teh hijaunya sudah terlalu tipis. Menu ini juga akan terasa lebih OK kalau disajikan sedikit lebih hangat.

Restoran Bakso yang satu ini dulu terkenal dengan sebutan 'Bakso Belakang BIP'. Meskipun sudah berpindah tempat beberapa kali, bakso ini seperti tidak kehilangan gaungnya tempatnya selalu ramai pengunjung.  Tempatnya lumayan luas, terdiri atas dua lantai dengan tempat duduk yang sebenarnya lumayan banyak. Meskipun begitu, pengunjung masih tetap harus mengeluarkan usaha lebih hanya untuk mendapatkan tempat duduk.

Tempatnya sih tergolong standar restoran keluarga, interiornya tidak tematik, agak sedikit panas dan sedikit berisik. Pelayannya juga agak sedikit chaotic baik dalam hal food serving maupun dalam hal table cleaning. Seringkali sampah kemasan kacang atom juga bertebaran dimana-dimana. Saya menyarankan untuk mengunjungi tempat ini sebelum malam hari agar tidak kehabisan item-item favorite. Selain itu, hanya tersedia metode pembayaran dengan uang tunai di tempat ini. 

- Mie Bakso (25K)
Berbeda dengan restoran bakso lainnya yang menyediakan berbagai jenis dan ukuran bakso, bakso di tempat ini hanya tersedia dalam satu ukuran dan satu jenis, yaitu bakso halus. Baksonya kenyal dengan citarasa daging sapi yang lumayan intens, Bakso tersebut disajikan bersama mie dan bihun, tahu kuning, tetelan, serta kuah kaldu. Yang membuat menu mie bakso ini spesial adalah tetelan dengan porsi yang melimpah-ruah, menikmati bakso bersama daging kenyal ini tentunya memberikan sensasi yang berbeda. Selain itu, yang cukup spesial adalah kuah kaldunya. Kaldunya bukan tipikal kuah kaldu yang terlalu keruh, namun memiliki citarasa yang rich dan bold, tanpa ditambahkan apa-apapun citarasa kuahnya sebernatnya sudah sangat enjoyable. Kaldunya juga sangat aromatik dan khas. Menyantap bakso di tempat ini tidak lengkap tanpa teh botol dan kacang atom. Sejujurnya, saya hanya bisa makan kacang atom berbungkus-bungkus di tempat ini. 

Kafe yang berlokasi di jalan utama Ciumbuleuit ini cocok banget untuk dijadikan sebagai tempat untuk mendapatkan solitude karena tempatnya yang benar-benar tenang. Bagian terbaik dari kafe ini adalah area backyard-nya yang sangat luas dengan pepohonan yang rindang. Jujur, duduk di area backyard-nya benar-benar nyaman kalau sedang tidak hujan. Selain itu, area indoor-nya juga lumayan nyaman meskipun memang interiornya agak sedikit boring. Yang menurut sedikit diperbaiki adalah pelayanannya. Menurut saya pelayan di kafe ini menurut saya agak kurang bersahabat. Menurut saya sentuhan kecil seperti tetap perlu dipertahankan meskipun di era New Normal sekalipun.

- Hot Magic
Menurut saya magic coffee-nya sudah enak banget. Kombinasi antara ristretto dan susunya yang silky menurut saya sudah sangat pas. Magic-nya juga tidak terlalu milky. After taste-nya pun cenderung masih bersahabat. Yang agak saya sayangkan adalah penyajiannya yang menggunakan gelas kertas agak kurang sesuai dengan harga yang dipatok. Sejujurnya saya lebih prefer jika kopinya disajikan dengan menggunakan gelas kaca.

Restoran yang menjual makanan khas NTT ini posisinya tepat berada di sebelahnya PHD Dago. Tempatnya tidak besar dan cenderung biasa saja, kurang lebih sama seperti tempat makan rukoan biasa. Jarak bangku antar pengunjungnya terlalu sesak serta somehow tempatnya terasa pengap. Selain itu pelayanannya menurut saya masih kelabakan banget, pelayanannya agak sedikit lama, pelayanannya juga seperti bingung harus mengerjakan apa, seringkali saya menyaksikan pelayanan juga saya mengantarkan pesanan.

- Se’i Sapi Sambal Lu'at
Meskipun harganya sedikit lebih murah dibandingkan Se’i Sapi serupa yang lebih dahulu terkenal, rasa daging asapnya menurut saya masih terbilang OK. Porsi daging asapnya juga tidak pelit. Daging asapnya juga dihidangkan bersama pilihan sambal dan kuah kaldu bening. Saya pribadi sempat mencoba sambal lu’at, sambal bawang, dan sambal ricanya. Saya paling suka sambal lu’at-nya yang pedas menyegarkan. Sambal bawang dan sambal ricanya menurut saya agak kurang pedas.

Kopi Soe PVJ posisinya di depannya Celebrity Fitness. Saya pribadi sebenarnya bukanlah big fans dari restoran dan cafe di area ini karena tempatnya tidak senyaman area lain di PVJ: tempatnya kecil, sedikit panas, dan kurang tenang akibat kendaraan yang berlalu lalang menuju parkir.

- Es Kopi Rum (21K)
Menu ini seharusnya adalah es kopi susu dengan tambahan perisa rum non-alkoholik. Saya sebenarnya sudah beberapa kali memesan menu ini di cabang lain karena meskipun tidak mengandung alkohol tapi hint rasa rum-nya berhasil dihadirkan. Namun tidak untuk kali ini, rum sama sekali tidak terasa dan es kopi susunya way too milky.

Sejujurnya saya agak kecewa dengan Nara Park secara umum, jujur agak jauh downgraded jika dibandingkan kunjungan terakhir saya. Kali ini saya berkunjung saat weekday di periode new normal—jelas alasan pengunjung ramai tidak bisa dijadikan sebagai tameng atas pelayanannya yang chaotic. Staff yang bekerja saat itu juga relatif sedikit sehingga agak bingung kalau mau ini-itu. Selain itu, menu yang tersedia juga sangat terbatas. Lepas dari itu, Nara jelas adalah tempat yang sangat nyaman untuk dine-in. Saya suka konsep integrated merchants-nya sehingga pengunjung bisa duduk di area restoran yang mereka suka namun dapat memesan makanan dari merchant manapun.

- Howie’s Banana Fudge Waffle (49K)
Di Nanny’s cabang ini menang menunya tidak sebanyak menu di cabang lain—menunya boleh dibilang sangat terbatas dan parahnya lagi menu ini adalah satu-satunya menu dessert yang tersedia saat saya berkunjung. Waffle-nya sih standar, lumayan empuk namun sedikit crunchy di bagian luar. Yang paling suka tentunya adalah tekstur crunchy dari almond serta citarasa manis dari peanut butter-nya. Sayangnya, es krim vanilanya agak terlalu lembek.