Handi Suyadi

Sushi Hiro sudah lama buka di Bandung, tapi baru kali ini akhirnya makan di cabang Sushi Hiro yang berada di Bandung. Kali ini makan di cabang Summarecon Mall Bandung. Entah apa yang mengilhami orang tua saya, tiba-tiba kepikiran makan di Sushi Hiro.

Meski menempati bangunan dengan dua lantai, hanya lantai dasar saja yang digunakan. Agak disayangkan, tempat duduk yang tersedia jumlahnya terbatas tidak berbanding lurus dengan tingginya minat konsumen. Selalu ada saja konsumen yang menunggu di luar karena restoran penuh.  

Dari kaca yang menghadap pintu utama, konsumen bisa menonton pertunjukan di depan pintu utama. Seru kan ada hiburan dari luar sana.

Salmon Skin Fried (9/10)
Renyah dan bumbunya gurih. Hanya saja, agak keras.
Ukuran potongan kulit salmon mudah diambil menggunakan sumpit.

Spaghetti Carbonara (9.5/10)
Rasa krimnya ringan. Creamy tanpa efek samping eneg. Potongan smoked beef juga banyak. Khusus telur, bisa request matang.
Sayang sekali, porsinya berukuran mini.

Beef Truffle Dry Ramen (10/10)
Dagingnya benar-benar berkualitas baik. Rasa truffle sangat kentara.

Tempura Moriawase (9/10)
Cuma sempat mencoba tempura udang saja. Rupanya enak juga. Bagian luarnya crispy. 

Truffle Roll (9.5/10)
Rasa truffle cukup kuat dalam setiap potongan sushi.

Salmon Aburi Roll (9/10)
Keberadaan topping mayones dan tobiko membuat esensi aburi tenggelam. Tapi buat yang cuek sepertinya tetap doyan.

Salmon Holy Cheese (5/10)
Kombinasi antara sushi dan melted mozzarella cheese bukanlah ide yang cemerlang. Jatuhnya malah menghasilkan aftertaste eneg.

Mille Crepe (Matcha) (9/10)
Rasa matcha benar-benar terasa. Tidak terlalu manis, tapi sudah pas.
Akan lebih baik lagi jika rasa matcha jangan hanya dalam bentuk saus saja, tapi juga dalam mille crepe. 

Ada hikmahnya juga makan di Sushi Hiro. Kalo enggak mungkin tidak bakal tahu ada menu yang mengecewakan seperti Salmon Holy Cheese.

Catatan: Harga per orang berdasarkan menu yang dipesan.

Di Bandung sangat sulit mencari ramen yang menggunakan babi. Satu dari sedikit pemain yang bisa eksis adalah Ramen 38 Sanpachi. 

Berhubung saat itu makan masing-masing, jadi hanya beberapa menu yang direview.

Tonkotsu Ramen (10/10)
Kuahnya memiliki rasa kaldu yang kental dan gurih.

Buta Kakuni Ramen (9/10)
Hanya mencoba dagingnya saja. Rasanya mirip seperti makan babi hong, dengan kentalnya rasa kecap manis. Cocok bagi yang suka makan manis.

Wantan (8/10)
Wantan diposisikan sebagai topping. Berhubungan dengan posisi sebagai topping, maka rasanya tawar. Sayang, karena kualitasnya bagus. Isinya banyak dan kulitnya tidak mudah hancur.

Pork Katsu (8.5/10)
Awas jangan tertipu. Penampilannya sangat mirip Chicken Katsu pada umumnya. Ukurannya besar dan dagingnya tebal. Kulitnya juga renyah.
Rasanya agak hambar karena mengandalkan mencocol saus tonkatsu.

Sanpachi Teishoku (9/10)
Ingin mencoba menu lain selain ramen dengan paket bundling? Menu paket Sanpachi Teishoku bisa menjadi pilihan. Setiap pemesanan ramen bisa mendapat 1 porsi Negi Zasai, 1 piring Gyoza, dan 1 piring Mini Chahan (porsinya lebih kecil dari Chahan biasa). Saat itu hanya pesan satu paket.
Ketiganya lumayan enak. Paling enak gyoza, karena isinya banyak plus rasa isinya juga terasa bumbunya.
Berhubung porsi ramennya sendiri sangat besar, menu paket ini lebih cocok untuk dibagi rame-rame. 

Selesai makan, setiap konsumen dapat gratis 1 gelas berisi 2 jelly.

Parkir agak sulit dicari karena berlokasi di area keramaian, terutama pada saat akhir pekan.

Di persis sebelah Ramen Sanpachi ada bakery yang lumayan terkenal di daerah Mekar Wangi yaitu V & Mom.

Pilihan kue sangat beragam, sampai bingung untuk mengetahui mana yang menjadi identitas utama. Sejauh ini, paling aman bilang warna kuning sebagai identitas utama.

Chewy Chocolate Chip Cookies (9/10)
Coklatnya cukup terasa meski tidak pekat. Kuenya sangat empuk.

Nastar Cake (8.5/10)
Rupanya sama sekali tidak gagal. Rasa nastarnya dapet. Effortnya perlu diapresiasi. Hanya saja dari segi rasa masih dibawah yang spesialis pembuat cake nastar.
Selain pesan per loyang, Nastar Cake bisa dibeli dalam bentuk potongan slice.

Walaupun beraneka ragam pilihan, kualitas rasanya dapat dikontrol dengan baik.

Tersedia tempat duduk untuk ngafe di dalam dan di depan pintu masuk. Karena berlokasi di ruko berukuran kecil, maka ketersediaan mejanya terbatas.

Kembali lagi ke Bubur Ayam Tangki. Setelah sebelumnya gagal memesan menu bubur, kali ini bisa dapat. Kebetulan datang pada hari biasa, jadi restoran sepi.

Bubur Ayam (8/10)
Porsi menu banyak, tapi dari segi rasa bubur cenderung biasa saja. 

Bubur Ayam Sukabumi (N/A)
Tidak mencoba. Perbedaan yang paling kentara adalah keberadaan kuah kuning dan kerupuk! Dan porsi kerupuknya sangat banyak.

Belakangan baru tahu kalo konsumen bisa ambil kerupuk gratis. Cocok buat teman makan bubur dan nasi goreng.

Setelah sukses di Jakarta, sekarang Three Uncles juga hadir di Bandung. Menarik juga karena disebut banyak orang rasanya enak.

Di luar menu utama dim sum, terdapat beberapa menu makanan berat sebagai alternatif jika ingin makan yang lain. 

Salted Egg Crispy Fish Skin (9/10)
Renyah dalam tingkat kerenyahan yang pas. 
Ada aftertaste sedikit pedas disamping rasa asin dari telur asin.

Chun Gyun (9/10)
Gratisan dari promo gratis dim sum (varian bisa bebas dipilih). 
Luarnya renyah, dengan bagian isi yang padat.

Siew Mai (9.5/10)
Siomay-nya chewy, dengan isi didominasi udang.

Ha Kau (9.5/10)
Kulitnya tidak mudah hancur dan isinya banyak.

Sin Juk Gyun (8.5/10)
Kuahnya gurih.

Hong Mai Cheung Fan (8.5/10)
Sausnya cenderung berani asin. Agak merusak rasa karena terlalu berlebihan.

Shi Zap Kai (9/10)
Bumbunya terasa kuat dengan aftertaste sedikit pedas.

HK Cha-Siu Wonton Noodle (9/10)
HK Noodle termasuk menu yang banyak dipesan selain dim sum. 
Porsi chasiu tidak seimbang dengan porsi mie, lebih banyak mie dibandingkan dengan chasiu. Padahal bumbu dan chasiunya sendiri enak, rasanya cukup gurih. 
Pangsitnya juga enak. Isinya banyak.

Sampan Congee (9/10)
Pilih menu ini karena termasuk menu recommended dalam kategori bubur. Rasa kaldunya gurih. Hanya saja daging ikannya mudah "tenggelam" diantara bubur.
Topping yang menonjol justru potongan telur pitan dan potongan cakwe. Agak unik, cakwenya digoreng sampai garing. Tak mudah alot pula.
Porsi menu agak besar. Untuk 1 orang mungkin terlalu banyak.

Dibandingkan dengan kompetitor ternama, rasanya hanya sedikit dibawah beberapa kompetitor. Not bad untuk pendatang baru di Bandung.

Menempati bangunan 3 tingkat, tak menjamin area makan banyak. Dari semua lantai, hanya lantai dua saja yang dipakai sebagai area makan. Lantai satu dipakai sebagai tempat menunggu. Area luas tidak bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena jumlah meja terlalu sedikit, akhirnya antrian mengular panjang. Belum lagi meja yang ada di area indoor jumlahnya terbatas.

Ukuran meja terlalu kecil untuk makan banyakan. Kalo pesan banyak menu, area kosong yang tersisa hanya sedikit.

Area parkir terbatas, sehingga terpaksa parkir di pinggir jalan. 

Di Bandung, franchisee Three Uncles dipegang oleh Jonas Photo. 

Bosan lama menunggu di Three Uncle, akhirnya untuk ganjel perut di Mom's Artisan Bakery. 

Saat masuk sudah memasuki siang hari. Beruntung masih ada pilihan kue yang bisa dipilih, meski sudah ada beberapa yang habis terjual.

Domino Cheese Chapel (9.5/10)
Selain produk bakery, Mom's Artisan Bakery juga menjual aneka ragam cake dan macaron. 
Meski banyak keju, tapi rasa kuenya sama sekali tidak memberikan aftertaste bikin eneg. Pada bagian dalam ada kue coklat dan kue red velvet yang membuat rasa kue menjadi lebih beragam. Paling enak yang bagian kue red velvet.

Chicken Curry Puff (9/10)
Walaupun bukan tipe yang bumbunya strong, tapi rasa rempah-rempah tetap terasa di lidah. Potongan dagingnya banyak.
Pastrynya empuk, jadi tidak perlu susah payah untuk mengigit kue.

Wholegrain Sourdough Cracker (8.5/10) Cracker dengan topping biji-bijian. Pas bagi yang suka tekstur renyah.
Olesan pada permukaannya tidak konsisten. Ada bagian yang terasa hambar, ada bagian yang terasa asin.

Dua kue tidak direview karena lupa nama produknya.

Di Sultan Tirtayasa ada satu restoran baru yang dikenal dengan menu Kopitiam yaitu Tiga Rumpun. Tiga Rumpun juga dikenal sebagai tempat sarapan karena buka sejak pagi hari. Jujur agak ga sreg karena banyak review yang negatif. Ternyata tidak seburuk yang dibayangkan.

Kaya Butter Toast (8.5/10)
Rotinya berukuran biasa tipikal roti tawar pada umumnya. Teksturnya renyah dan empuk saat digigit. Aroma mentega pada roti terasa nikmat.
Selainya lumayan enak. Mungkin sebaiknya selainya diperbanyak lagi.

Bakmie Ayam Charsiu (8.5/10)
Bumbu mie dan daging cukup terasa. 
Kuahnya tidak asin, tetapi ada rasa hangat dari jahe.

Bubur Ayam Panggang (8.5/10)
Toppingn dagingnya tidak banyak, dalam porsi yang cukup jika diatur makannya. Sebaliknya malah memberikan banyak kulit pangsit goreng. Lebih banyak dari daging.
Bubur versi Tiga Rumpun terasa kentara bedanya. Jika di tempat lain rasa gurih bubur berasal dari kaldu, bubur versi Tiga Rumpun justru malah mengandalkan bawang putih goreng dan daun bawang. Bukan tipe rasa yang dapat cocok bagi semua orang. 

Onde Kacang Merah (9/10)
Kenyal, tapi ukurannya terlalu mungil. Untungnya tertolong dengan filling yang banyak dan rasanya juga enak.

Teh Tarik Panas (9/10)
Kemungkinan besar teh instan, tapi yang dipakai termasuk enak juga kok.
Sekadar tambahan info, sambil menunggu pesanan, bisa ditonton aksi pembuatannya.

Secara umum Tiga Rumpun bukan tipe yang menunya berani asin dan mengandalkan garam. Tapi karakter rasa menu masih bisa diterima bagi yang doyan asin.

Tempatnya semi outdoor. Area outdoor terhubung tanpa ada batas sekat sama sekali. Jika di tempat outdoor ada yang merokok siap-siap asapnya masuk ke dalam.

Mungkin karena datang pada pagi hari dan kebetulan sedang sepi, pelayanan tergolong sangat cepat. Menjelang selesai makan, restoran menjadi ramai dipenuhi oleh konsumen yang baru datang. Entahlah apakah pelayanannya sebaik pada saat restoran sedang sepi.
Area parkir terbatas. Rentan tidak bisa dapat parkir jika sedang ramai.

Samiya termasuk salah satu cafe yang hadir pada saat pandemi. Kendati demikian, tetap bisa eksis hingga saat ini. Salah satu rahasianya karena didesain bisa menjangkau semua kalangan dari berbagai usia.

Horenso Pasta (Pilih fettucine) (8/10)
Iya, pastanya dibuat menggunakan horenso. Sayang, agak kurang berani dalam penggunaan horenso. Rasa krim jauh lebih dominan dibandingkan rasa horenso. Mungkin akan lebih baik lagi jika berani menggunakan lebih banyak horenso dalam adonan pasta.
Ironisnya disajikan dengan horenso sungguhan yang lebih terasa horensonya.

Sop Buntut Bakar (8.5/10)
Rasa bumbunya sangat unik. Tak hanya rasa kecap saja, tetapi juga ada rempah-rempah. Karakter rasa bukan tipe yang umum dijumpai. Hanya saja, belum termasuk salah satu yang paling enak.
Porsi sop sangat banyak.

Honey Soy Chicken Rice Bowl (8.5/10)
Rasa manis cukup mendominasi saus. Bisa menyerap ke seluruh permukaan daging. 
Pendampingnya tidak umum, seperti tahu kecap (dari segi penampilan mirip tahu bacem) dan edamame.

Hojicha Latte (Hot) (9/10)
Hojicha disajikan dalam bentuk latte? Ide yang bagus rupanya. Rasa aftertaste sepet yang menenangkan terasa pas dipadukan dengan latte.

Secara umum bukan tipe yang paling enak, tapi tertolong dengan vibe cafe yang nyaman. 

Saat makan sempat ada lalat berterbangan. Untung cuma satu.

Parkir agak sulit karena area parkir yang tersedia di depan restoran terbatas.

Selain menu signature Cici Claypot, ada menu lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah Nasi Yangchou Ayam

Nasi Yangchou Ayam (9/10)
Bumbunya tergolong terasa beda dari yang lain. Isiannya banyak. 
Khusus telur bisa custom.
Minusnya cuma dikasih sendok. Andai kata dikasih sendok dan sumpit, akan lebih mudah untuk diaduk. Wajar, karena menu ini sangat sulit untuk diaduk.