Rahadianto Putra

Sebenarnya saya sudah sering banget kesini, cuman baru sempat untuk nulis disini hehehe.
Salah satu good coffee spot di Cipete. Letaknya sih nyenpil banget, cafenya kecil, debgan signage yang agak kabur. Didalamnya gelap, smokers allowed, jadi kayak lagi di bar hehehehe. Tapi walaupun begitu, kopinya strong dan super recommended.
Kunjungan kali ini saya mesen Hot Cafe Macchiato. Seperti sebelum-sebelumnya, rasanya tetep strong walaupun bentuknya almost like latte. Cocok banget buat yang mau begadang malem seperti saya hehehe.
Cuman untuk kali ini saya agak concern sama pelayanannya. Waiter atau baristanya agak kurang sopan dengan melakukan 'body shame' kepada saya. Mas ini menunjuk rekannya untuk mengantarkan machiato saya dengan menyebut size tubuh saya. Agak ga enak sih, tapi ya saya cuek aja walaupun harus mendem rasa ga enak itu.
Overall saya tetep suka sama kopinya.

KFC sebagai salah satu pioneer american fried chicken di Indonesia, ga perlu diragukan lagi sama rasa dan kualitasnya. Harga, rasa dan kualitas selalu stabil, ga pernah berubah. Ealaupun untuk saat ini KFC masih terus berinovasi mengikuti pangsa pasar yang berubah-ubah, seperti mencoba berbagai saus yang menjamur seperti saus keju dan saus pedas.
Baru-baru ini KFC mengeluarkan inovasi baru yang lain daripada yang lain, yaitu mengeluarkan saus coklat! Yap, coklat yang manis dijadikan saus untuk ayam. Bisa dong kamu bayangkan, ayam KFC yang asin pedas crunchy dipadupadankan dengan saus coklat yang konon sedikit diperpedas. Rasa penasaran itu akhirnya saya bayar dengan delivery ke kantor.
Saya pesan satu ayam dada atas / dada mentok dengan saus coklat. Kenapa satu? Ya buat nyoba dulu aja.
Ternyata kalau delivery sausnya ga disatukan dengan ayam, alias dipisah. Mungkin biar tetep fresh. Akhirnya saya coba cara makannya dengan diciwil satu-satu dan dicoel ke saus coklat, bukan disiram seperti di iklannya.
Rasanya? Ternyata ga seaneh yang saya bayangkan. Saus coklatnya seperti sambal kecap ala tempe mendoan purwokerto. Manis pedas dan kental. Cukup kontras dengan ayamnya yang berbumbu. Suka? Ngga juga sih. Tapi ga suka pun juga ngga. So so. Cuman kalau ditawari lagi, ya mendingan ga usah pake saos coklat hehe.

Salah satu bakmi ayam legendaris di Jakarta. Ternyata sekarang sudah ada label halalnya, jadi sudah bisa tenang untuk makan hehehe.
Saya pergi makan di cabang Blok M Square, yang menyatu dengan food court. Karena saya pikir bakal di dalam food court, berarti lotnya bakalan kecil. Nyatanya dalam lot yang besar, dengan konsep restauran kecil.
Bakmi Gang Kelinci yang sudah bernama besar, sama seperti Gajah Mada dan Naga, tentunya menawarkan menu yang variatif selain bakmi, seperti bihun, kwetiau, pangsit dan bermacam chinese food yang hampir jarang kita temui dalam versi halal, seperti cah fumak dan ngohiong.
Saya pesan Kwetiau Ayam Pangsit Goreng dan Ngohiong Udang.
Kwetiau Ayam ini sama saja sepertinya Bakmi Ayam umumnya, tapi diganti kwetiau. Disajikan dalam mangkok hitam gepeng, kwetiaunya terlihat tidak begitu banyak, tapi disajikan fresh dengan versi yang sudah dipotong-potong. Jadinya ya agak susah untuk disumpit. Ayamnya ga begitu banyak, tapi berdaging semua. Sayurnya juga ga gitu banyak. Pangsit gorengnya enak, dengan citarasa smoky yang kuat. Kuahnya juara, ga terlalu berminyak dan ga amis. Segar.
Ngohiong Udangnya juga enak. Sebagai orang Bogor, saya lebih banyak tau Ngohiong yang diisi daging babi, tapi nyatanya Ngohiong bisa juga menggunakan daging ayam atau udang. Ngohiong itu layaknya risoles, hanya kulitnya dari kembang tahu dan isiannya 100% daging. Disajikannya pun dengan saus asam manis. Bumbu ngohiong, atau 5 bumbu cina, amat sangat tercium kuat. Kembang tahunya crispy dan daging udangnya juga empuk. Enak!

Cafe ini letaknya agak diujung jalan Cipete Raya. Walaupun bentuknya kecil, tapi signage nya cukup mencolok jadi gampang ditemui.
Cafe ini menawarkan berbagai menu kopi kekinian beserta cake yang  bervariasi.
Saya sih old school saja. Pergi ke tiap cafe pasti saya mau beli menu yang basic dulu hehe. Jadi lah pesan Ice Coffee Latte dengan sedikit gula.
Dalam beberapa menit pemesanan, ice latte saya sudah jadi! Ekspress banget! Mengingat saya maunya takeaway, bukan untuk dinikmati on the spot.
Versi takeaway ini bentuknya tetap gelas plastik, tapi bentuknya agak lebih kecil.
Walaupun saya sudah bilang ga terlalu manis, rasa lattenya tetap manis menurut selera saya. Kopinya strong, krimernya banyak tapi ga begitu berasa which is good karena esensinya kopi.
Nikmatilah selagi es nya masih banyak dan kopinya masih hangat. Bisa kamu goyang-goyang sehingga ice lattenya makin mantap dinikmati!

Rumah makan ini memang terlihat biasa saja, tapi apa yang da di dalam sini amat super spesial. Konsepnya sih toko besar yang menjual oleh-oleh khas Indonesia, seperti kerupuk-kerupuk dan kue seperti Kartika Sari dan Bolu Meranti.
Selain toko besar itu tadi, Nusa Indah juga menawarkan makanan khas Indonesia rumahan yang berkisar di Jawa Pecinan sekitarnya. Bagi yang kangen Sambal Bu Rudy yabg fenomenal itu, disinkada Nasi Udang Empal Sambal Bu Rudy, yaitu seporsi nasi dengan sambal bajak Bu Rudy yang pedasnya mantap plus udang kecil yang digoreng kering dan berserundeng. Nasi ini juga ditemani empal daging dan lalapan. Intinya nasi ini lengkap banget gizinya! Sambalnya sih nggak jauh beda dengan yang di Surabaya sana, pedasnya mantap! Serundeng dan udangnya juga gurih, empalnya manis, rasa yang kontras antara manis pedas asin berbaur jadi satu dan bikin nafsu makan makin bertambah!
Saya juga pesan Lumpia Semarang. Dijualnya satuan, dan bisa dipilih mau goreng atau basah. Saya sih pesannya yang digoreng. Disajikan masih sangat hangat, plus saus manis dan acar timun dan bawang. Isiannya sih standar, ada tauge telor dan rebungnya. Fillingnya penuh banget dan crispy!
Walaupun harus keluar duit agak dalam, tapi worth it banget lah. Puas dengan rasa dan servicenya :)

Selagi pulang kuliah, saya coba menyempatkan diri untuk beli kopi dingin di daerah Panglima Polim. Tokonya memang kecil banget, gabung sama barbershop. Tapi untuk signage nya cukup terlihat dari pinggir jalan.
Pilihan menu minumannya sih macem-macem, tapi saya memutuskan untuk beli Es Kopi Coklat, karena pengennya yang gak terlalu strong.
Sistemnya sih bukan untuk dinikmati di tempat, tapi grab and go. Alias bisa langsung diambil dan dibawa pergi. Untuk ukuran gelasnya sih standar, tapi tidak terlalu penuh untuk minumannya. Kurang dari setengah dan ditambah es.
Rasanya? Cenderung standar untuk kopi dan coklatnya. Kopinya mendominasi, coklatnya tidak terlalu berasa. Mungkin karena es nya sudah melelrh, jadi saya ga bisa menggeneralisasi rasanya.
Jadi ya kurang gitu mengena di hati, sayangnya :(