Jessica | IG: @snapfoodjourney

Makanan Jepang selalu memiliki tempat tersendiri di hati penggemarnya, termasuk saya. Salah satu makanan Jepang yang populer adalah mi, baik berupa ramen, udon, soba, dan lain-lain. Nah, untuk yang terakhir ini ada satu yang patut dicoba, tepatnya di Grand Indonesia: Kokoro Mazesoba!
Pertama kali saya ke sini, saya memberikan rating 1 bintang karena pelayanannya yang kurang. Namun, melihat reviewnya yang positif, akhirnya saya memutuskan kembali ke sini untuk mencoba makanannya.
Saat saya datang kedua kalinya, suasana tak terlalu ramai padahal sedang jam makan siang dan hari biasa. Interior di sini Jepang banget, dan dari luar kita bisa melihat proses memasaknya.
Saya memesan Tokyo Mazesoba, dengan topping daging ayam. Di cabang Grand Indonesia ini, sebenarnya ada juga menu daging babi, namun mereka memasaknya di wadah yang terpisah dengan daging ayam. Namun, untuk boleh memakannya atau tidak, tergantung iman masing-masing, hehe.
Menu datang setelah kurang lebih 15 menit menunggu. Cukup lama untuk kondisi restoran yang saat itu sepi. Semangkok soba dengan porsi cukup besar tersaji di depan mata saya. Tampilannya cukup menarik dan colorful dengan potongan ayam cincang, daun bawang, nori, bawang putih, dashi, serta kuning telur mentah yang menggugah selera. Aduk semuanya hingga rata, lalu nikmati.
Suapan pertama saya coba. Kesan yang saya dapatkan adalah soba ini sangat gurih. Bumbunya nendang, dan agak kepedasan di lidah saya. Nuansa asin, pedas, dan gurih bersatu di mulut. Sungguh mantap, berbeda dari beberapa masakan Jepang yang saya rasakan minim bumbu. Bahkan dibanding beberapa restoran soba lain, Tokyo Mazesoba ini bisa dibilang termasuk yang paling gurih.
Tekstur sobanya sangat pas dan cocok dengan bumbu pelengkapnya. Karena terlalu pedas menurut saya, saya ditawarkan kaldu ayam oleh stafnya. Kaldu ayamnya juga sangat kental dan kaya akan rasa ayam asli, namun tak terlalu berminyak. Saat tiba di suapan terakhir, saya ditawarkan oleh staf untuk menambah nasi putih gratis. Nasi putih saya habiskan bersama sisa bumbunya.
Oh ya, saya juga mencoba ocha di sini. Ochanya free refill, dan rasanya cukup kuat meski tak terlalu pahit. Jika ke sini lagi, saya akan memesan variasi soba lainnya, tentu yang tidak terlalu pedas. Tapi ini saja sudah super enak, loh! 

Salt Inc Kelapa Gading berlokasi di satu ruko dengan Dakasi. Tempatnya tidak terlalu mencolok, dan juga tidak terlalu besar papan namanya. Meja untuk melakukan kegiatan memasak berlokasi di bagian depan.

Saya datang untuk takeaway saat itu, namun apesnya saat saya datang, ruko di sekitar Salt Inc sedang mati listrik. Jadi semua kegiatan memasak pun dilakukan secara manual (aslinya ada beberapa yang memerlukan listrik, seperti dengan alat penggoreng).

Makanan yang saya pesan adalah calamari pasta yang saya putuskan untuk mixed dengan chicken. Pasta yang digunakan di sini adalah fusilli. Tampaknya cukup sedikit, tapi ternyata mengenyangkan juga. Untuk ayam dan cuminya tetap terasa crunchy di luar dan empuk di dalam meski saya baru menyantapnya kurang lebih 5 jam sesudah take away. Karena saya meminta sausnya dipisah, jadi bumbunya tidak terlalu meresap ke dalam dagingnya namun tetap mempertahankan tekstur crunchynya. Biarpun sudah dingin, tapi tetap berasa banget salted egg-nya tanpa terasa amis, lho! Sausnya sendiri agak encer saat saya tuangkan, entah aslinya memang begitu atau efek karena sudah dingin, tapi jadinya malah tidak terlalu eneg karena tidak terlalu creamy. Sedangkan untuk telurnya standar saja, sih.

Overall, salted egg di sini cukup layak untuk dicoba. Sayangnya, dari segi pelayanan, proses pembuatannya agak lama karena ada 3 petugas di sana saat itu tapi hanya satu yang memasak, dua lainnya duduk-duduk saja. Mungkin karena saat saya ke sana sedang sepi dan bukan jam makan, atau karena mati lampu sehingga proses menggoreng juga harus dilakukan di atas kompor, saya kurang tahu. Semoga bisa menjadi perbaikan untuk ke depannya, ya! 

Pengalaman buruk memesan kue di sini, dua hari berturut-turut. Hari pertama, saya memesan kue Chocolate Devil, dan request untuk menulis ucapan di atas lempeng coklat (menambah biaya 10 ribu rupiah). Setelah menunggu, ternyata ucapannya ditulis bukan di atas lempeng coklat, melainkan langsung di atas kuenya, padahal sudah menambah 10 ribu rupiah. Ketika diminta merevisi, harus menunggu 1 jam untuk menulis di atas lempeng coklat, padahal keadaan tidak sedang ramai, hanya ada beberapa pengunjung dan Gojek saat itu. Hari itu, saya pun dijanjikan bahwa ada promo kartu kredit (yang tak dijelaskan sebelumnya, sudah keburu membayar) bahwa ada kartu yang memberikan cashback voucher 100 ribu tiap belanja 350 ribu (ada juga promo lain 1 slice kue tiap belanja 280 ribu), dan berlaku mulai hari ini (saya memesan kue pertama kali kemarin).

Hari kedua, karena saya memang butuh pesan kue lagi, saya kembali ke Harvest Menteng. Tak disangka, kejadian serupa terulang, bahkan lebih parah. Ucapan yang diminta ditulis di atas kuenya. Saat memperbaiki, ucapan ditulis di atas lempeng coklat, tapi tak ada nama penerimanya. Ketiga kali, baru ucapannya benar. Selain itu, informasi kartu kredit yang disebut hari sebelumnya ternyata juga tak tepat, sehingga promo voucher 100 ribu tidak saya dapatkan dikarenakan misinformasi dari pihak Harvest.

Sebagai orang yang tinggal di kawasan "Little India" Jakarta, dimana tetangga kiri kanan saya orang India semua, rasanya agak mengejutkan kalau saya bilang saya belum pernah mencoba masakan India. Hal ini dikarenakan karena keluarga dan teman-teman saya banyak yang menganggap kalau masakan India itu agak kurang cocok di lidah mereka karena kaya akan rempah. Namun, beberapa waktu lalu, akhirnya saya berkesempatan untuk mencoba masakan India di salah satu restoran di Plaza Festival: D' Bollywood! 

Patokan dari D' Bollywood adalah Lucky Cat Coffee and Kitchen, coffee shop yang cukup terkenal di Jakarta. D' Bollywood berlokasi persis di samping Lucky Cat. Saat saya datang di siang hari, saya cukup kaget karena tempatnya cukup tersembunyi dari dalam mal, karena letaknya terpisah di luar mal walau ada akses semacam halaman semen kalau kita mengaksesnya dari dalam gedung Plaza Festival. Dari luar mal, restoran ini juga bisa diakses karena terdapat tangga khusus langsung menuju restoran ini. 

Suasana restoran ini cukup gemerlap, dengan nuansa oranye. Di salah satu dinding berjejer botol-botol alkohol. Cukup jarang restoran India di Jakarta yang berkonsep bar seperti ini, dan D' Bollywood adalah salah satunya. Karena berkonsep bar inilah, maka restoran ini sebenarnya lebih ramai di malam hari ketimbang siang hari. Setiap harinya terdapat live music India juga. Jam operasional restoran ini dimulai pada jam 10 pagi, namun kadang di siang hari sudah tutup, dan baru dibuka malam hari, jadi pastikan melakukan reservasi terlebih dahulu. 

Seperti apa, sih, makanan India di D'Bollywood? Yuk, kita simak! 

1. Chicken Malai Tikka (69000 IDR) 

Ayam tanpa tulang dibumbui dengan keju dan krim berbumbu rempah-rempah, disajikan dengan saus kehijauan yang terdiri dari mint dan yoghurt. Rasanya? Walaupun ini appetizer, tapi menurut saya unik dan enak banget! Bayangkan creamy-nya bumbu, asinnya keju, berpadu dengan ayamnya yang empuk dan gurih, dan ditambah dengan saus yang asam segar. Rasanya makan ini pakai nasi juga enak, kalau mau kenyang. Apalagi porsinya menurut saya cukup besar untuk ukuran appetizer. 

2. Naan Bread (Butter 20000 IDR, Garlic 22000 IDR, Cheese 29000 IDR) 

Sepintas roti ini mirip puff pastry maupun roti canai karena berlapis, gurih di luar, dan lembut di dalam, tapi ternyata teknik pembuatannya berbeda. Satu porsi terdiri dari tiga potong roti berukuran cukup besar namun tipis. Untuk yang butter rasanya gurih dan wangi butternya kuat banget. Roti naan garlic, garlicnya justru menambah cita rasa tersendiri dan terasa light namun flavorful. Sedangkan naan cheese adalah favorit saya, berhubung saya pecinta keju. Adonan rotinya dilapisi keju cheddar di dalamnya, membuat rotinya menjadi gurih sekali dan sangat nendang rasanya. Makan satu porsi rasanya tak cukup. 

3. Mutton Curry (129000 IDR), Chicken Curry (129000 IDR) 

Penampilan keduanya hampir serupa tapi tak sama, bedanya hanya di dagingnya saja dimana satu adalah daging domba dan lainnya daging ayam. Saat saya datang, kari ini menjadi pendamping bagi naan bread. Kuah karinya kental, gurih, sedikit pedas, namun tidak terasa eneg sama sekali karena tidak mengandung santan. Sebaliknya, banyak digunakan tomat, kunyit, dan rempah lainnya. Kari ini cocok sekali dimakan dengan roti naan maupun dengan nasi biryani. Untuk rasa, secara pribadi saya lebih suka mutton curry karena kuahnya lebih kental dan rasanya lebih nendang, sedangkan rasa dan kuah chicken curry lebih light. 

4. Nasi biryani mutton (144000 IDR) 

Nasi biryani merupakan nasi khusus dari beras basmati yang lebih panjang dari beras umumnya. Dimasak dengan rempah-rempah lalu dihidangkan dengan daging. Porsinya besar, mungkin bisa untuk sharing 2-3 orang. Rasanya juga gurih di mulut tapi lebih ringan daripada menu-menu sebelumnya, jadi relatif netral dan bisa dimakan dengan kari juga. Untuk dagingnya, empuk dan agak mirip rendang. 

5. Mango lassi (50000 IDR) 

Kalau jus mangga Thailand sempat booming dan menurut saya biasa saja, mungkin menurut saya hidangan mangga yang satu ini jauh lebih enak. Puree mangga disajikan dengan yoghurt dan sedikit gula sehingga rasanya creamy, asam segar, dan menurut saya tidak manis tapi malah itu yang membuatnya enak. Rasa mangga dan yoghurtnya saling melengkapi. 

6. Kheer (34000 IDR) 

Jangan tertipu akan tampilannya yang biasa saja, karena hidangan ini unik dan enak. Kheer adalah pudding berupa beras yang dimasak dengan susu, gula, kapulaga, dan almond dan disajikan hangat. Manis dan enak, serta teksturnya sangat ringan sehingga cocok mengakhiri hidangan penutup. 

7. Masala Chai (32000 IDR) 

Teh hitam yang diseduh dengan jahe atau kapulaga, serta dihidangkan dengan susu. Aslinya, minuman ini disajikan tawar. Ketika diminum tawar, hanya aroma rempahnya yang terasa kuat, namun ketika ditambah dengan gula merah, rasanya malah menjadi semakin kuat dan enak diminumnya. 

Overall, D' Bollywood menyajikan makanan India yang unik dan enak. Meskipun awalnya restoran ini susah dicari dari area mal Plaza Festival, namun interiornya cukup kece dan cocok untuk bersantai dan mengobrol bersama sembari menikmati hidangan.  

Tomo Sushi berlokasi di East Mall lantai LG, tepatnya diantara Francis Artisan Bakery dan Abura Soba. Seingat saya, dulu sebelum restoran ini berdiri, lahan tempat Tomo Sushi adalah sebuah restoran Jepang juga. Tapi saya tidak yakin apakah pemiliknya sama atau tidak dengan Tomo Sushi ini. 

Saya datang jam 2 siang hari itu. Pada saat jam makan siang, menurut Insta Story @tomosushiid, restoran ini cukup ramai sampai waiting list, maka saya memutuskan menunggu hingga agak sore. Ternyata, saat saya datang, restorannya juga cukup ramai, meski saya mendapat tempat duduk tanpa waiting list.

Konsep menyantap sushi ini terbilang unik meski sudah ada beberapa restoran sushi yang melakukannya, yaitu sushi-sushi yang ada ditaruh dalam conveyor belt mini. Kalau kita tertarik pada suatu sushi, kita dapat mengambil piring sushi yang ada, lalu meletakkan di hadapan kita dan menyantapnya. Sushi di sini dihargai dalam 3 macam, yaitu piring kuning 10 ribu rupiah, merah 15 ribu, dan biru 20 ribu rupiah. Namun, sampai tanggal 26 November 2017, piring biru dihargai 15 ribu rupiah juga. Satu porsi berisi antara 2 hingga 6 potong sushi. 

Selain sushi, ada juga menu lain yang ditawarkan, yaitu side dish, donburi, dan juga ramen. Untuk minumnya, saya memilih ocha. Ocha di sini free refill, lho. Jika makanan yang kita inginkan tak kunjung ada di conveyor belt, kita dapat memesan secara personal ke pelayan yang ada. Tapi, tetap saja menunggu sushi-sushi cantik berjajar di conveyor belt untuk disantap menjadi kepuasan tersendiri.

Mari kita bahas menunya. Semua menu di sini saya santap dengan harga 15 ribu rupiah per porsi, namun gambar yang saya sertakan adalah menu sebenarnya (bukan harga promo). 

1. Spicy ebi tempura floss maki 

Menu ini menarik perhatian karena warnanya yang oranye menyala dengan bendera "spicy lover" di atasnya. Dan memang, saat saya menyantapnya, cukup pedas untuk lidah saya (yang tidak suka pedas). Di dalam sushi ini terdapat tempura dari udang, abon, dan nasi, dengan rasa gurih pedas mendominasi. Tempuranya tetap crunchy, lho! Pecinta pedas, wajib coba ini! 

2. Triple salmon hako 

Tampilannya lucu! Ada edamame yang dipajang di atasnya, menarik perhatian. Satu piring di sini berisi 6 sushi, jauh lebih banyak dari yang lainnya yang rata-rata 2-3 sushi, namun potongan sushinya juga lebih kecil. Nasi, salmon, edamame, dan kremes tempura yang crunchy jadi satu! Potongan edamame di sini membuat rasa sushi ini menjadi lebih unik dari yang lainnya. 

3. Chikuwa cheese roll 

Favorit saya di sini, meski ada di piring merah. Menyesal cuma ambil 1 piring. Jadi, sushi ini berisi nasi, chikuwa (semacam olahan ikan yang kenyal), dan di tengahnya ada keju yang meleleh dan porsi kejunya juga melimpah. Sebagai maniak keju, saya akui keju di sini top. Mirip keju salah satu minimarket yang sudah tidak beroperasi di Indonesia sejak tahun ini, namun lebih "keju" lagi. Keju yang meledak-ledak di mulut bercampur dengan nasi dan chikuwa yang sangat cocok mendampinginya. Wajib pesan! 

4. Mentai cheese gyoza 

Favorit saya yang lain juga. Biasanya saya tidak terlalu suka gyoza, namun ini salah satu pengecualian. Gyoza goreng berisi daging ayam, dengan keju leleh di atasnya. Gorengan dan keju memang salah satu kombinasi makanan terbaik yang pernah ada, tak terkecuali dengan gyoza. Sayang, gyoza yang saya makan agak gosong. 

5. Aburi salmon tuna salad 

Tuna dan salmon dalam satu santapan sushi! Super oke pastinya. Rasa tuna dan salmon yang ada saling melengkapi, ditambah dengan topping keju-mayones atau mayones-kremes tempura, membuat tambah ketagihan. 

6. Yakiniku donburi 

Donburi di sini porsinya kecil, jadi jangan harap mengenyangkan, kecuali yang sedang diet, mungkin. Porsinya kurang lebih seperti nasi putih yang ada di restoran-restoran pada umumnya, ditambah dengan yakiniku di atasnya. Dagingnya juga sedikit, namun rasanya mantap abis. Asin gurih, dan potongan daging sapinya juga empuk. Cukup sesuai dengan harganya. 

7. Kani mentai sushi 

Sushi dengan saus mentai serta crabstick dibalut dengan nori. Rasanya cukup unik, dengan tampilan yang juga menarik. 

Satu hal yang sangat saya sayangkan di sini: pelayanannya! Menu yang ada di conveyor belt sangat lama keluar. Sebagian besar waktu saya di sana dihabiskan untuk menunggu sushi baru keluar, padahal sushi yang ada di conveyor belt sudah berputar beberapa kali dan masih belum ada yang baru juga. Baru setelah sekian lama, saya baru diberitahukan oleh petugas bahwa saya bisa memesan sushi yang tidak ada di conveyor belt. Selain itu, pembuatan sushi yang tidak ada di conveyor belt juga terhitung lambat, hingga akhirnya saya terpaksa men-cancel satu menu karena ada urusan lain dan menunya tidak kunjung keluar juga. Semoga ke depannya bisa ditingkatkan dalam hal pelayanan. 

Overall, Tomo Sushi punya potensial. Dengan tampilan yang menarik, harga yang murah dengan porsi cukup banyak dibanding kompetitor dalam konsep "sushi conveyor belt" seperti ini, seharusnya bisa bersaing di dunia kuliner, terutama kalau pelayanannya ditingkatkan lagi.