yudistira ishak abrar

Kemang Timur punya tempat nongkrong baru yang gede banget. Bukan coffeeshop ataupun kafe masa kini, melainkan salah satu raja restoran cepat saji yang sudah ga asing lagi yaitu KFC. Bangunan begitu megah dan terdiri dari 2 lantai serta rooftop. Setiap lantai terdapat smoking dan non smoking room. Bangunan dibuat minimalis dengan sebuah pohon dibagian tengah sehingga tampak begitu artistik. Ini sih gerai KFC paling nyaman yang pernah saya kunjungi. Udah gitu pelayanannya juga ramah, engga kaya KFC yang biasanya.

Pukis (Rp.22.000,-) berisi 5 buah dengan mix varian rasa yaitu original, double choco, choco peanut, oreo dan cheese. Pada dasarnya adonan kue pukis ini begitu lembut dengan cita rasa manis dan seperti ada tambahan tape, jadi hampir mirip kue bolu tape lengkap dengan sedikit rongga-rongga didalamnya. Urusan topping, saya paling merekomendasikan yang double choco, oreo dan cheese. Karena ketiganya lah yang paling bikin saya merem melek.

Es Kopi Susu (Rp.18.500,-) engga nyangka sih, sekarang es kopi mereka udah jauh lebih enak dari coffee float yang dulu gocengan itu deh kalo ga salah. Kali ini rasanya jauh lebih serius dan mulai bisa dinikmati karena cukup sejalan dengan selera lidah saya. Meski belom yang enak banget, tapi paling engga saya bisa meminumnya sampe habis. Paduan kopi, susu dan gulanya seimbang, engga encer dan manisnya engga berlebihan kaya dulu.

Ice Blended Chocolate (Rp.32.000,-) minuman berbahan dasar coklat, susu dan es batu yang diblender jadi satu lalu diberi krim lembut diatasnya ini memiliki ukuran yang gede. Karena basicnya es, jadi minuman ini engga bisa langsung disedot alias butuh waktu untuk si esnya mencair dulu. Rasa coklat susunya lembut, krimnya juga lumayan sih, creamy dan enak dilidah...

FabsterBrew menjadi salah satu coffeeshop tersembunyi di ujung Kemang Timur. Akses masuknya melalui jalan kecil tak jauh dari pertigaan Ampera-Kemang, sekitar beberapa belas meter belok kiri setelah melewati kantor Gojek. Sejatinya mereka menyulap sebuah hunian luas nan asri menjadi sebuah kafe yang ngumpet, jauh dari hiruk pikuk ibukota. Dari depan ada papan kecil penanda lokasi, jadi jangan ragu untuk masuk dan buka pintu mereka.

Sebelumnya saya mengingatkan, sang pemilik memelihara 2 ekor anjing besar berbulu yang dibiarkan berkeliaran yang sebenarnya sangat jinak, tapi kalau kamu tipe takut sama anjing seperti saya agar mempersiapkan mental dulu biar ga kaget. Btw suasana didalam agak teduh, apalagi ditambah cuaca Jakarta yang lagi sering mendung, jadi pencahayaan agak redup meski sinar matahari masuk melalui jendela.

Area terbagi kedalam tiga bagian, pertama area utama berbentuk living room merangkap barista area dan mini stage yang dihias deretan poster-poster di salah satu sisi ruang. Kedua ruang semi outdoor di belakang yang memiliki spot paling instagramable disini yaitu sudut bangku memanjang dengan barisan cushion bermotif daun cantik yang senada dengan kursi besi berpoles cat hijau dihadapannya. Dan bagian terakhir berupa halaman belakang yang beratapkan pepohonan rindang dan bersebelahan dengan kolam renang.

Barisan menu cukup beragam, hanya memang yang tersedia masih minim. Akhirnya saya memesan Chicken Katsu (Rp.85.000,-) porsinya sangat besar, baik ayam goreng tepungnya, kentang gorengnya maupun saladnya. Untuk ayamnya sendiri agak kurang asin dan berbumbu, tapi dagingnya empuk, tebel dan renyah diluar pas digigit. Beda dengan ayam yang light, kentang goreng justru hadir dengan bumbu yang berasa dilidah, asin gurihnya cakep banget. Saladnya diberi dressing vinegar asem manis, jadi berasa menyegarkan.

Selain itu saya pun memesan Chicken Popcorn (Rp.50.000,-) meski berada dibarisan menu cemilan, tapi menurut saya sih makan ini aja juga udah kenyang karena porsinya sebanyak maincourse. Bola-bola daging ayamnya gede, empuk dan masih juicy meskipun bumbunya agak kurang. Untung ada cocolan saus sambal, jadi ada tambahan sensasi pedes-pedesnya. Berbeda dengan salad pada menu sebelumnya, disini dressingnya menggunakan spicy mayo, jadi ada nuansa creamy.

Minumnya saya memilih Es Kopi Susu Django (Rp.25.000,-) dan Matcha Latte (Rp.42.000,-) seperti beberapa jenis es kopsus yang lebih dominan milky, FabsterBrew pun memilih jenis karakter yang sama. Jadi sensasinya lebih ke susu yang manis lembut. Matcha Latte disini nuansanya cukup pekat sekaligus gurih. Kalau saya resapi lebih jauh, saya menemukan rasa yang hampir mirip kacang hijau. Overall, kalau kamu mau mencari ketenangan, FabsterBrew mungkin cocok dijadikan sebagai tujuan...

Jauh sebelum Kina berdiri dari kawasan kafe-kafe mewah di Senopati, saya sudah terlebih dulu mencoba Kopikina yang merupakan cikal bakal dari Kina ini sekitar awal tahun 2016. Kalau dulu hanya berupa kedai kopi mungil sederhana pinggir jalan bernuansa rustic industrial dengan material kayu serta unfinishing wall hampir di semua bagian ruang, kini mereka bertransformasi menjadi sebuah kafe megah yang didesain jauh lebih serius dan matang yang diberi nama Kina.

Melepas nama Kopi dibagian depan, Kina merubah konsep tak hanya menjadi sebuah kedai kopi saja, tapi juga siap menyuguhkan aneka kudapan baik makanan berat maupun cemilan dan menjelma menjadi sebuah kafe yang bisa dibilang sangat nyaman. Masih menerapkan konsep bernuansa kayu, setiap sudut Kina didesain begitu cantik dan siap dijadikan sebagai latar untuk berfoto, baik foto diri maupun makanan. Karena memang setiap jengkal yang ada disini tuh instagramable.

Kalau di Kopikina hanya mampu menampung kendaraan roda dua saja, kini di tempatnya yang baru dengan konsep berbeda, mereka juga siap menampung kendaraan roda empat karena mereka telah menyiapkan area parkir yang cukup luas. Pelayanan yang diberikan oleh semua staf mulai dari tukang parkir, sekuriti, kasir hingga barista sangatlah baik. Semua seolah sudah sangat siap melayani siapa saja dengan keramahannya.

Karena pada dasaranya Kopikina dulu kedai kopi penyaji aneka biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia, sudah pasti mereka masih mengadopsi gaya yang sama di Kina ini. Barisan biji kopi yang berjajar rapi dalam toples sempat membuat saya bingung memilih, tapi akhirnya saya putuskan untuk memesan V60 (Rp.35.000,-) yang menggunakan beans Celebes Mamasa Sumarorong. Penyajiannya artistik dalam gelas cantik, rasanya pun sesuai dengan deskripsi yang dijelaskan sang barista. Bernuansa asam yang menyegarkan dengan komposisi peach, asam jawa dan greentea.

Minuman lain yang bukan berbahan dasar kopi pun saya pesan dengan judul Early Flight (Rp.36.000,-) jadi ini tuh dibuat dari bunga telang, awalnya berwarna biru cerah tapi setelah saya beri air perasan jeruk lemon minuman ini berubah warna jadi keunguan. It looks so gorgeous. Rasanya begitu menyegarkan karena bernuansa asem manis. Isian lain berupa biji selasih dan sari kelapa, memberikan tekstur sehingga Early Flight ini jadi semakin menyenangkan.

Engga hanya ngopi, disini pun saya mencoba menu makanan berat. Pertama saya memesan Spaghetti Aglio Olio (Rp.65.000,-) pasta spaghetti dimasak dengan baik sehingga mampu menciptakan nuansa yang aldente. Sebagai garnish mereka menambahkan spaghetti yang digoreng crispy, parsley dan taburan keju parmesan. Sensasi oily pada menu ini cukup pas dilidah, dengan tambahan unsur pedas, cheezy juga gurihnya. Suiran ikan tuna nya pun banyak, jadi menambah cita rasa gurih pada hidangan khas Italia ini.

Bergeser ke menu selanjutnya, ada seporsi Coffee-rub Burger (Rp.60.000,-) yang hadir bersama salad dan potato chip. Roti bun bertabur wijen begitu lembut, isian beef patty yang diselimuti keju meleleh, acar sama sauce special, beneran langsung pecah dimulut. Karena olahan dagingnya homemade, jadi masih terasa serat dagingnya yang empuk dan juicy. Potato chip nya renyah, saladnya pun seger dan creamy di mulut. Ini nih definisi PERFECT COMBINATION yang sebenarnya...

Berawal dari kedai mungil bernama Ngopi Sore di Tebet, kini mereka menjelma menjadi sebuah coffeeshop mewah yang sangat instagenic bernama House of Soré di kawasan Senopati. Kalau sebelumnya bergaya industrialis, kini mereka menerapkan konsep yang justru lebih cerah didominasi warna putih dengan gaya minimalis modern. Eiya, cara baca House of Soré ini ya seperti melafalkan kata sore dalam bahasa Indonesia meskipun cara penulisannya terdapat tanda petik diatas huruf e, karena memang sore yang dimaksud adalah waktu menjelang petang.

Halaman depan selain difungsikan sebagai area parkir, baik mobil, motor maupun sepeda, juga terdapat seating area buat kamu yang ingin menyesap kopi sambil duduk-duduk ala di taman. Area outdoor ini biasanya jadi spot favorit para pesepeda yang ingin sekedar melepas lelah setelah asyik mengayuh sedari pagi. Sebelum masuk kedalam, protokol kesehatan pun sangat dijaga dengan mewajibkan pengunjung mengenakan masker, cuci tangan dan mengecek suhu tubuh menggunakan thermo gun.

Di area dalam suasana dibuat sangat nyaman dengan tempat duduk yang diletakan tidak berdempetan. Untuk duduk, pengunjung dimanjakan dengan beberapa pilihan gaya. Ada sebuah set kursi sofa seperti di ruang tamu yang luas, ada barisan meja kursi kayu berlatar ornamen piring keramik, ada sepasang kursi berlapis jok dengan meja rendah dan ada pula tempat duduk komunal bergaya sentuhan Bali yang beratapkan langit-langit tinggi transparan dengan sebuah pohon Bunga Kamboja cantik sebagai background.

Tuna Matah Toast (Rp.58.000,-) setangkup roti tawar kotak yang dibelah dua, lalu di letakan berdampingan sehingga isian didalamnya terlihat dari atas ini diberi isian tuna sambel matah. Sebelumnya roti dioles mentega terlebih dulu, dipanggang sebentar hingga kuning keemasan, lalu diberi olahan tuna pan seared yang diaduk sambal matah didalamnya. Disajikan dengan siraman mayones dan irisan jeruk nipis. Meski agak sedikit keasinan dibeberapa bagian, tapi secara keseluruhan rasanya gurih, beraroma daun bawang, dan kaya akan sensasi kesegaran bawang merah iris. Tambahan mayones memberikan sedikit sentuhan basah pada menu ini.

Sore Latte (Rp.35.000,-) terbuat dari espresso, milk, creamer & organic coconut nectar, alias es kopi susu gula aren. Secara dari harganya yang agak jauh diatas rata-rata minuman sejenis di tempat lain, jadi sangat wajar ketika rasanya bisa se-sensasional ini. Teksturnya sangat creamy, manis lembut kaya akan perpaduan gula dan santan yang menyamankan lidah. Bagaimana dengan kopi? Dia masih hadir meski kesannya terbawa deras arus manis dan creamy. But overall, minuman ini sih udah juara banget, ga salah mas barista merekomendasikannya.

Hot Latte (Rp.32.000,-) bagi kamu penyuka basis espresso dan susu saja mungkin akan suka dengan minuman ini. Dominasi susu yang lembut dan gurih, mengawal dengan baik nuansa kopi yang mengeluarkan corak acid dan bitter yang sayup-sayup menyapa lidah. Sedangkan kalau mau yang lebih nendang lagi kopinya, pengunjung dapat memesan Iced Black (Rp.35.000,-) meski sebenarnya saya berharap ada minuman kopi seduh manual, tapi Iced Black ini sudah mampu mewakili rasa penasaran akan cita rasa kopi asli yang dapat ditampilkan oleh House of Soré. Pada dasarnya kopi ini cenderung pahit, tapi saya masih dimanjakan dengan sentuhan asam menyegarkan didalamnya.

Grilled Tiramatcha Banana (Rp.40.000,-) pisang bakar yang disajikan bertumpuk-tumpuk dengan dasar matcha crumbs, lalu diberi tambahan saus matcha, saus coklat dan taburan gula bubuk. Tekstur pisangnya lembek, rasa coklat yang bertemu dengan nuansa teh hijau bercampur susu membuat hidangan pencuci mulut ini terasa menyenangkan karena manis berkaramel, sedikit pekat khas green tea dan kombinasi rasanya pas engga berlebihan...

Mampir ke Ruko X Swoosh Coffee yang berlokasi di daerah Pejaten ini karena kepincut salah satu postingan di akun Instagram temen berburu kuliner, khususnya kopi. Sempat melewati tanpa sengaja beberapa saat sebelum berkunjung, membuat saya semakin tertarik dengan penampakan asli kafe yang instagenic dari depan. Akhirnya saya pun memutuskan buat segera mengunjunginya di kesempatan lain.

Saat mampir kebetulan keadaan tidak ramai, hanya ada dua pengunjung saja. Suasana disini tuh tenang dan langsung bikin betah meskipun sebenarnya kursi yang digunakan bukan dipenuhi sofa-sofa dengan bantal empuk buat dipeluk. Gaya desain interior industrial yang diterapkan membuatnya terlihat maskulin. Warna-warna senada seperti gradasi abu-abu, coklat dan hitam pada perabot pengisi ruang, terlihat kontras dengan konsep unfinish pada dinding juga lantai.

Single Origin (Rp.34.000,-) menggunakan metode Japanese dengan beans yang berasal dari daerah Bali. Sang barista mampu menyuguhkan segelas kopi nikmat dengan tingkat kepekatan medium, antara strong dengan samar-samar dilidah. Nuansa acidity yang juga mengajak aroma bitter tipis, bermain didalam mulut sesaat setelah saya menyesapnya perlahan. Bicara karakter, kopi hitam ini masih masuk dalam kategori favorit saya karena dominan asam segar.

Es Kopi Ale (Rp.25.000,-) minuman ini merupakan es kopi susu gula arennya Swoosh Coffee. Dasar espresso masih mampu berbicara banyak dan tidak tenggelam dengan tambahan susu maupun gula arennya. Takaran yang seimbang, membuat minuman ini terasa menyegarkan. Caramel Latte (Rp.38.000,-) engga berbeda jauh dengan Es Kopi Ale, minuman ini pun terasa menyegarkan dengan tambahan sensasi sirup karamel yang manis, lembut dan creamy.

Almond Croissant (Rp.24.000,-) alih-alih menggunakan olesan almond butter, sepertinya roti ini justru diolesi oleh mentega campur gula mirip moka klasik yang rasanya tak asing dilidah. Taburan kacang almond diatasnya, memberi tekstur kriuk-kriuk pas digigit dan menambah cita rasa gurih. Meski ada sedikit after taste di langit-langit mulut, tapi saya masih memaklumi karena tidak begitu kentara.

Raisin Croissant (Rp.24.000,-) teksturnya engga lembut dan agak keras menurut saya. Sensasi moist pada roti tidak saya dapatkan, jadinya berasa kering saat dinikmati. Akan lebih oke kalo sedikit lebih basah, berlumur gula yang berkaramel dan beraroma kayu manis. Meski kedua jenis roti yang saya pesan kurang memuaskan, tapi dari segi cita rasa kopi, suasana yang ditampilkan dan pelayanannya yang diberikan saya tetep suka sama Ruko X Swoosh Coffee ini...

Bermonolog dalam hati di Monolog tampaknya cukup membuat perasaan saya sore ini jadi lebih baik. Mengisi sudut ruang Street Gallery Pondok Indah Mall, Monolog selalu tampil memikat dengan desain interior rustic industrial yang terkesan edgy. Bermain pencahayaan remang kekuningan, membawa aura teduh dan hangat. Soal pelayanan, Monolog selalu tampil prima dengan gaya restoran bintang lima. Meski tak bisa berkeliling karena terlalu lelah, sudut ruang bagian depan mereka cukup nyaman dengan jendela yang mengarah ke pemandangan sepotong Kota Jakarta.

Cappuccino (Rp.38.000,-) secangkir kopi susu berhias latte art penuh cinta yang simetris ini membuat saya tak sabar ingin segera menyesapnya. Teksturnya cukup ringan, tapi tetap milky, creamy dan foamy. Unsur kopinya lembut dan begitu dalam menyusup ke derasnya arus susu hangat. Rasa yang tersisa terdiri dari acid serta bitter yang saling terkait tanpa ada yang saling menenggelamkan.

Chocolate Banana Doughnut (Rp.18.000,-) donat dengan isian serta topping selai coklat, irisan pisang dan kacang sangrai. Teksturnya empuk banget, rasanya pun enak. Selai coklat berkualitas yang melimpah, ketemu irisan pisang yang dipanggang hingga mengeluarkan sensasi karamel alami serta kacang hazelnut cingcang sanggrai yang gurih, membuat donat ini tampil sangat memukau...

Berhasil membuat saya balik lagi, The Social Pot menjadi salah satu restoran shabu & grill favorit saya. Kini mereka hadir di mall legendaris, apalagi kalo bukan Pondok Indah Mall 1. Mengisi bekas restoran all you can eat (The Pronto) di lantai 2, The Social Pot selalu mengusung tema colorful di seluruh outletnya, termasuk yang berada disini. Nyaman sudah pasti, instagramable juga iya, ditambah pelayanannya yang ramah yang membuat saya jadi semakin betah. Kalau mau lebih private, ada area VIP di lantai mezanine.

Set Menu B (Rp.149.500,-) hanging US beef, imported marinated short ribs, US prime black angus shabu beef, saikoro wagyu steak, homemade beef ball with cheese, fish paste, selection wonton, mixed vegetable and 1 selection of soup based. Kualitas dagingnya ga perlu diragukan lagi, karena hanya yang premium yang mereka gunakan. Semuanya begitu lembut dilidah. Aneka bakso yang terbuat dari daging sapi, ayam maupun ikan terasa begitu gurih. Saat saya menyantapnya bersama kuah sup tom yum, jadi terasa semakin menyegarkan karena ada tambahan sensasi asam pedas.

Sebagai menu tambahan, saya pun mencoba Seafood Platter (Rp.45.000,-) yang terdiri dari potongan cumi, ikan dan udang yang ketiganya masih fresh jadi terasa juicy saat dikunyah. Lalu ada juga Homemade Chicken Ball (Rp.19.500,-) yang begitu gurih dan empuk. Tak ketinggalan seporsi Marinated Fish Spicy Sauce (Rp.22.000,-) potongan ikan fillet yang berlumur bumbu marinasi pedas yang begitu medok, rasanya bikin melek dan kaya akan rempah. Juga ada Crispy Sichuan Chicken (Rp.39.500,-) olahan daging ayam yang dimasak dengan bumbu Sichuan yang gurih-gurih enyoy karena ada banyak irisan cabe didalamnya sehingga terasa pedas.

Keunggulan mereka ada pada aneka saus cocolan yang dapat diracik sendiri sesuai selera, atau diracik oleh pegawai disini. Saya kali ini mencoba dua saus baru yaitu Signature Sauce dan Thai Sauce. Signature Sauce terdiri beberapa jenis saus pilihan seperti peanut, mala dan beberapa macam tambahan lainnya sehingga terasa begitu gurih, creamy, ada pedas, ada manis dan asin yang sangat cocok dengan selera saya. Thai Sauce mereka pun tampil memukau, selain rasanya yang pedes manis asem, teksturnya pun begitu kentel, jadi enak buat cocolan. Selain itu juga ada tambahan taburan bubuk yang variatif dan bikin makan saya jadi lebih berbumbu.

Sebagai pelepas dahaga dan penetralisir lidah, saya memesan Kasablanka (Rp.21.000,-) yaitu minuman yang terbuat dari nanas, leci dan susu. Rasanya manis, sedikit asam, milky dan begitu menyegarkan. Sukses banget deh melengkapi makan siang saya kali ini...

Ada yang besar di Kopi Kecil, apalagi kalau bukan suasananya yang nyaman?! Kopi Kecil yang kini menyebut dirinya menjadi Kocil ini selalu tampil nyentrik termasuk di gerainya yang berada di daerah Kemang. Permainan motif pada lantai yang merambat ke meja barista, selalu menjadi daya tarik tersendiri. Paduan material kayu dan besi pada tempat duduk pengunjung dibuat simple dan dilengkapi variasi bantal-bantal empuk buat dipeluk.

Area yang terbiarkan tanpa sekat, membuat outlet Kocil terasa luas. Saya yang kebetulan datang sendiri di Minggu pagi ini, merasa sangat nyaman berada disini karena musik yang diputar sang barista pun mudah dinikmati indera pendengaran. Pelayanan disini ramah, cepat dan informatif. Untuk minuman, basis espresso, teh dan non kopi mereka menyediakan. Sedangkan cemilan hanya ada aneka kukis saja pada saat saya mampir.

Long Black (Rp.22.000,-) segelas espresso dengan tambahan air dan es batu disini secara mengejutkan mampu menyuguhkan sensasi rasa yang sangat kuat. Pertama-tama lidah saya dibuai oleh sensasi fruity dan acidity yang tebal sehingga memberikan rasa asam yang sangat menyegarkan. Baru setelah itu muncul guratan bitter sebagai after taste. I really love it, this is what i called my moodbooster.

Cookies (Rp.15.000,-) sudah mendapat dua keping kukis yang kali ini saya pilih adalah rasa Oatmeal dan Double Choco. Tekstur kukis begitu renyah dan empuk saat digigit. Oatmeal terasa gurih dengan tambahan kismis yang menyajikan rasa manis sedikit asam yang menyegarkan. Double Choco-nya pun seolah tak mau kalah. Komposisi cokelat ganda, mengantarkan sensasi manis pekat sekaligus milky yang nikmat saat disantap...

Agak kaget pas ngeliat di lemari display kuenya Tous Les Jours ada barisan kopi susu dalam kemasan botol. Harganya juga cuma Rp.19.000,- jadinya langsung comot karena belom pernah cobain. Rasanya agak kemanisan, tapi kombanis kopi dan susunya sih udah pas, creamy-nya juga dapet. Kalau takaran gulanya dikurangin sedikit, rasanya pasti ciamik.

Sebagai temen ngopi saya memilih Royal Cheese Tart (Rp.17.000,-) ukurannya gede, dasar kuenya tuh renyah, manis, susunya berasa dan gampang banget rapuh pas digigit. Isian olahan kejunya juga lembut, tapi engga sampe gampang leleh gitu. Sensasi cheezy-nya pas, milky-nya pas, manisnya juga pas ga berlebihan...