yudistira ishak abrar

Sepanjang jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk dipisahkan oleh sungai Ciliwung yang pada jaman kolonial disebut dengan kanal Molenvliet. Kini daerah Gajah Mada diisi dengan berbagai pusat perkantoran, bisnis, perbelanjaan dan kuliner. Salah satu yang teranyar adalah adanya Gajah Mada City Walk. Disini terdapat beberapa restoran keluarga yang dapat dijadikan sebagai alternatif makan siang pegawai yang ngantor di sekitarnya, atau buat kamu yang ingin berkulineran di akhir pekan.

Karena terbilang baru, jadi beberapa outlet di Gajah Mada City Walk ini masih tutup. Tapi ada satu dari beberapa gerai yang sudah sangat siap melayani pengunjung, yaitu Gado Gado Cemara. Sebelum masuk ke mall-mall, Gado Gado Cemara berdiri hanya pada sebuah depot kecil di pertigaan jalan Cemara yang dikelola oleh ibu Niawati Setiawan pada tahun 1947. Kini mereka berkembang dan tetap mempertahankan resep asli dari pendahulunya.

Karena menu andalannya Gado Gado, jadi saya pesen yang ukuran Medium + Telur (Rp.25.000,- + Rp.5.000,-) porsi mediumnya cukup banyak dan ngenyangin banget sih. Pilihan isiannya cukup seger dengan bumbu kacang yang banyak dan terasa gurih. Taburan kerupuk dan empingnya juga melimpah sih. Enak deh.

Selain itu saya juga nyobain Ayam Goreng Cemara (Rp.28.000,-) menu ini disajikan bersama sambel dan lalapan tapi belum termasuk nasi. Ukuran ayamnya sedang menuju ke kecil sih. Bicara rasa, ya mirip ayam-ayam goreng bumbu kuning biasa dengan sambel yang cukup pedes. Nothing special.

Sebagai pelepas dahaga, saya pesen Es Alpukat (Rp.26.000,-) yaitu berupa kerokan buah alpuket yang diberi serutan es, siraman sirup dan susu kental manis cokelat. Rasanya cukup nyegerin, alpuketnya kentel dan ga pait. Tapi porsinya kurang banyak hahahaha...

Janji Jiwa emang lagi gencar-gencarnya nih nangkring di mall-mall, seperti salah satunya di mall Pesona Square. Konsepnya hanya grab and go yang memanfaatkan sebuah koridor mall yang berada tepat di tengah lobby utama. Karena engga menyediakan tempat duduk, jadi cuma bisa menikmati aneka minumannya sambil muterin mall nih.

Es Kopi Susu (Rp.18.000,-) minuman es kopis susu kekinian yang memberikan sentuhan rasa kaya akan kopi tubruk alias ada sensasi kasar dari pecahan bubuk kopi yang diseduh. Komposisi susu dan pemanisnya turut serta dalam menyuguhkan sentuhan rasa creamy juga manis...

Teh adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat kelompok, yaitu teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen.

Cita rasa sedikit pahit dari teh merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun, masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia. (Wikipedia).

Ngomongin soal teh, sudah banyak kafe “bagus” di Jakarta yang mengusung konsep tea time sebagai salah satu menu utama mereka. Namun tak hanya dengan konsep mewah, banyak juga outlet-outlet berbentuk mini stall yang khusus menjual teh dalam kemasan cup take away. Salah satunya adalah Waroeng Teh Kotjok.

Teh Kocok Jelly (Rp.15.000,-) minuman teh yang dikocok dengan susu, gula dan potongan jeli. Rasanya lebih ke manis gula yang dominan, sehingga unsur teh dan susunya agak tenggelam. Potongan jeli engga terlalu spesial, hanya memberikan sensasi kenyal saat diseruput. Overall, bukannya engga enak, hanya bukan jenis minuman yang saya suka.

Teh Leci (Rp.18.000,-) tak ubahnya sebuah minuman ice lychee tea pada umumnya. Warna teh tampak begitu pekat, sehingga sangat kontras dengan tampilan buah leci kalengan yang ada didalamnya. Rasanya paduan antara pekatnya teh dengan sirup rasa leci yang kental. Lagi-lagi bukan jenis minuman yang suka sih, tapi ya lumayan nyegerin...

Sebuah kedai nongkrong di bilangan Margonda bernama Moska ini hadir dengan konsep kekinian dalam versi sederhana. Interior dibuat sedemikian serupa sehingga menampilkan suasana yang cenderung shabby chic namun tetep ada sisi maskulinnya. Satu sisi dinding dengan goresan warna-warni bertuliskan “happiness” yang sangat besar, menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Tempatnya tidak terlalu luas dengan pembagian ruang smoking dan no smoking tanpa sekat pemisah. Disini tidak ada pendingin udara, namun mereka telah memasang beberapa kipas angin sebagai penyejuk. Sebenernya sih akan jauh lebih nyaman kalo ada ruangan ber-AC nya, ya itung-itung jadi tempat ngadem dari teriknya cuaca di kota Depok.

Es Kopi Susu Moska (Rp.15.000,-) agak kecewa dengan tampilannya, karena ternyata bukan seperti es kopi susu yang saya harapkan sebelumnya. Literally, kopi yang diseduh lalu ditambah susu kental manis. Rasanya ya kaya nyeduh es kopi susu kemasan gitu. Mungkin supaya rasanya makin nendang, susunya dibanyakin sedikit lagi dan airnya dikurangi sedikit.

Blueberry Milkshake (Rp.18.000,-) kecewa dengan minuman pertama, justru minuman yang ini malah diatas ekspektasi saya. Blended blueberry nya lumayan lembut dan manis. Bagian yang saya suka adalah whipped cream diatasnya yang super lembut, creamy dan dengan sentuhan manis susu yang pas. Cukup berhasil mengobati rasa kecewa sama Es Kopi Susunya sih.

Waffle Cokelat Keju (Rp.15.000,-) empat potong waffle dengan taburan topping yang cukup rame dan lumayan manggil-manggil buat dicoba ini rasanya ya sesuai dengan harga sih. Karena saya engga berekpektasi lebih, mengingat harganya yang terjangkau, jadi saat saya mencobanya udah akan ketebak rasanya bakal seperti apa. Adonan waffle engga jelek-jelek banget, tapi ya sekedar biasa aja. Taburan parutan keju, meses, siraman gula dan bola-bola gula kecil berwarna pink nya cukup meriah...

Kamu engga perlu khawatir pas lagi masuk jam makan siang di daerah Kuningan. Soalnya disalah satu gedung di jalan Rasuna Said, tepatnya di belakang Bank Mega Syariah, ada sebuah kantin ala foodcourt bernama RPI yang siap memanjakan lidah kamu. Areanya cukup luas dengan bentuk bangunan berlangit-langit tinggi mirip hanggar. Pilihan gerai makanannya variatif, tapi kali ini saya memilih untuk makan di Bakmi Bangka 98 Asong.

Kali ini saya memesan Tekwan. Dia hadir dengan beberapa butir bola sagu ikan mirip pempek versi mini, soun, irisan bengkuang, jamur, seledri dan bawang goreng. Rasa kuahnya seger dan gurih mirip kuah bakso. Tekstur tekwannya sendiri kenyal dan lembut dengan komponen ikan yang cukup terasa. Ditambah sambel, kecap dan perasan jeruk limau jadi tambah nikmat.

Sebagai pelepas dahaga, saya juga memesan Es Campur. Isiannya cukup banyak, ada cingcau, serutan jelly seperti spaghetti, alpukat dan kacang merah. Serutan es yang disiram sirup merah dan susu kental manis yang banyak, membuat minuman ini terasa begitu nyegerin. Pas banget nih sebagai temen makan siang...

Bonjour, good morning, selamat pagi. Memulai hari dengan segelas cokelat hangat tampaknya bisa banget jadi moodbooster yang mujarab nih. Nah, kalo kamu lagi nyari-nyari minuman berbahan dasar cokelat, langsung aja cobain Brun. Dalam bahasa Perancis, brun merupakan kata serapan dari bahasa Jerman, brown, yang berarti rambut cokelat. Mungkin karena Brun hanya menjual aneka minuman cokelat, makanya dinamakan demikian.

Gerainya berada di mall Gandaria City lantai lower ground. Konsep mini outlet dengan hanya sedikit tempat duduk, menjadi trik yang sangat tepat dalam mensiasati area terbatas. Tampil cukup elegan dengan dominasi warna biru tua yang dipadukan sentuhan gold dan unsur kayu, membuat Brun terlihat “mahal”.

Disini semuanya berasal dari olahan cokelat yang sama, letak perbedaan hanya pada tambahan sirup atau pemanis aneka rasa. Biar tau gimana rasa cokelat dasarnya, saya memilih Brun Signature Chocolate (Rp.28.000,-) disajikan dalam keadaan dingin, minuman ini mencoba menyapa lidah dengan gaya dark bernuansa seolah seperti ada serbuk-serbuk cokelat. Manisnya pas, dalam arti bukan yang manis gula ya, tapi manis alami yang berasal dari cokelat itu sendiri.

Karena penasaran dengan rasa lainnya, saya juga mencoba Brun Peppermint Chocolate (Rp.33.000,-) kali ini saya memilih disajikan dalam keadaan hangat. Surprisingly, minuman cokelat ini terasa lebih kental, lebih manis dengan tambahan sensasi mint yang justru tampil dengan level yang medium low. Berhubung minuman ini terasa lebih manis, saya sih jadi lebih suka yang ini...

Delifrance

Coffee Eclair (Rp.32.000,-) roti eclair dengan isian pasta bercitabrasa kopi yang disiram dengan lelehan gula lalu dihias dengan coffee cream dan potongan cokelat. Tekstur pastry engga terlalu kasar dan empuk, hanya isian pasta kopinya kurang memberikan sensasi rasa yang nendang. Jadi kaya nanggung gitu rasanya.

Strawberry Mille-Feuille (Rp.32.000,-) French puff pastry with creamy strawberry in layers. Puff pastry renyah dengan lapisan krim dan potongan strawberry, membuatnya terasa manis, sedikit milky dan ada sensasi asem-asem nyegerin. Cocok banget sebagai teman minum teh hangat.

Latte Machiatto (Rp.35.000,-) secangkir minuman base espresso dengan steamed milk yang dibentuk menjadi sebuah latte art cantik. Lapisan foam, susu dan espressonya lembut dengan dominasi rasa susu yang menguasai pada tiap seruputannya.

Earl Grey Tea (Rp.25.000,-) secangkir teh favorit yang selalu kaya rasa, harum dan menghangatkan. Pencipta teh earl grey ini layak mendapatkan hadiah Nobel deh kayanya, karena telah berhasil meracik minuman yang mampu memberikan rasa tenang dan tetap memiliki cita rasa yang bold.