Handi Suyadi

Jika sebelumnya makan di lantai 1, kali ini makan di lantai 2. Lantai 2 memiliki area dengan AC alami dan tertutup. Ternyata gantungan lampu di area depan terlalu panjang. Agak riskan saat jalan karena rentan menabrak lampu.

Chicken Steak (8.5/10) Sekilas bagian luar dilapisi tepung. Aslinya tidak. Bagian luar dioles saus olesan berwarna coklat yang berempah. Sayang rasanya kurang berani rempah. Terlalu bemain aman. Daging sangat empuk. Mudah dipotong dengan pisau.
Dauphinoise Potato lumayan enak. Creamy tapi tidak terasa berat saat dimakan. 
Walaupun sayuran dimasak dengan sauted, rasa sayuran sangat hambar. Keberadaan bawang bombay tidak mampu menutupi tawarnya rasa sayuran.

Pearl of The Orient (9/10) Aftertaste teh terasa ringan. Ada aroma wangi bunga.
Hati-hati saat memegang pot saat teh baru dihidangkan, karena pot sangat panas.

Sudah lama tidak ke Sushi Tei cabang TSM. Tampaknya menunya berubah lagi. Tak apa-apa, karena artinya saatnya mencoba menu yang belum pernah dibeli sebelumnya.
Chuka Chinmi (9.5/10)
Salad scallop dalam wujud scallop diiris-iris, maka scallop mudah diambil dengan sumpit.
Rasa bumbunya mengingatkan snack isoyaki scallop, bedanya Chuka Chinmi tidak seasin isoyaki scallop. Tingkat keasinan dalam batas wajar.

Salmon Crispy Aburi (9/10)
Disebut crispy karena keberadaan remahan tempura, bukan karena sushinya berisi gorengan. Kurang nyambung dengan sushinya sendiri yang komponennya menonjolkan kesegaran.
Untuk sushinya sendiri, sebenarnya enak dikonsumsi tanpa remahan.

Baked Salmon Mentai Rice (8.5/10)
Mungkin karena faktor harga jual, salmon disajkan dalam bentuk cincangan. Bukan dalam bentu irisan.

Salmon Sushi Mori (10/10)
Satu piring berisi aneka ragam sushi menggunakan bahan dasar salmon. Ada nigiri salmon, nigiri salmon belly, dan salmon maki. Salmonnya fresh semua.

Aburi Salmon Sashimi (9/10)
Menu sashimi termasuk menu yang sudah lama ada di Sushi Tei. Versi sekarang ada perubahan, salmon sekarang tidak 100% mentah karena sekarang dihidangkan dalam keadaan setengah matang serta bonus ada wakame.
Dari segi rasa, tak ada perbedaan. Salmon tetap terasa fresh. Begitu juga dengan wakame.
Perubahan paling kentara adalah ukuran salmon lebih kecil. Apakah karena faktor efisiensi?

California Maki (9.5/10)
Sayang, tobikonya tidak sebanyak di foto, plus ada yang copot.

Salmon Mentaiyaki (10/10)
Sausnya berlimpah. Tak perlu khawatir, karena rasanya ringan. Perlu diketahui, mentai versi Sushi Tei tidak pedas.

Oyako Jun (10/10)
Bumbunya gurih dan terasa pas dengan ayam dan telur. Potongan ayam dalam ukuran bite size, jadi tidak perlu susah payah memotong ayam lagi.
Porsi menu sangat besar.

Shisamo Karaage (9.5/10)
Hampir semua bagian bisa dimakan karena garing. Cukup hoki dapat ikan yang sedang bertelur. Telurnya berukuran besar, bahkan lebih besar dari daging ikan. Rasa bumbunya gurih, tapi tidak terlalu asin.
Sayang judulnya tidak nyambung. Karena bagian luar sama sekali tidak dilapisi tepung dan renyah seperti chicken karaage pada umumnya.

Yakiniku Salad (9.5/10)
Salad dengan daging yakiniku? Rasanya bisa nyambung dengan salad kok.
Salad dressingnya mirip olesan roti, meski tidak 100% sama. Saat dicoba ada rasa asamnya.

Yasai Misoshiru (10/10)
Suka makan sup miso tapi merasa kurang isi. Mungkin menu ini adalah solusinya. Sup miso ini berisi sayuran, tahu, dan shirataki. Rasa kuahnya tidak terlalu asin, jadi aman untuk diminum banyak-banyak.
Porsi menu lumayan besar. Bisa dibagi untuk makan rame-rame.

The Sage juga menjual cake pisang. Walaupun dari segi popularitas kalah pamor dengan menu lainnya, rasanya tidak mengecewakan.

Kuenya tidak terlalu manis, mengandalkan rasa manis dari pisang. Pada bagian atas ada keju dengan rasa yang kontras (asin) dengan kue. Kuenya tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan cake pisang lainnya. Not bad, cuma bukan yang benar-benar paling enak.

Tersedia dalam ukuran setengah loyang dan 1 loyang. Ada tester, tapi disuruh bayar.

Beli kue di Sari-Sari pada siang hari juga bisa. Karena stock kuenya masih ada. Sebagian kecil sudah habis, tapi mayoritas varian yang populer masih ada.

Ada untungnya belanja pada siang hari. Gerai tidak seramai pada pagi hari, jadi bisa membeli kue tanpa perlu mengantri terlalu lama di kasir. Akan tetapi, mencari parkir tetap susah karena area parkir terbatas.

Habis dari Periplus yang berlokasi di sebelah, tiba-tiba diajakin ke Wheels. Berhubung waktu itu baru makan, jadi hanya makan yang ringan-ringan saja.

French Soft Ice (N/A)
Tidak mencoba. Basically adalah soft ice cream rasa kopi. Segera konsumsi karena mudah meleleh.
Wadah tempat es krim berbeda dengan menu French Soft Ice with Espresso. Menu ini disajikan dalam gelas berukuran kecil.

Kaastangel Cake (7/10)
Rasa kaastangelnya dapat. Di bagian luar dilapisi banyak crumble. Sayang sekali isinya sama sekali tidak menarik untuk dimakan. Terlalu banyak krim. Bagian dalam lebih banyak krim daripada cake.

Ini dia Jabarano Coffee yang berada di Braga. Karena berlokasi di daerah keramaian, harus siap menghadapi ada waiting list yang panjang. Beruntung pelayanan cukup cepat, jadi konsumen silih berganti dengan cepat.

Walaupun suasananya ramai, tapi tidak sampai berakhir terasa sumpek. Terdapat jarak yang memadai untuk berjalan. AC di Jabarano Coffee kuat untuk menyejukan gerai yang penuh. Tapi awas, jangan sampai lengah, karena pelayan mencari meja dengan memanggil nama.

Korean Salt Bread (7.5/10)
Cobain Egg Mayo Curry sama Crispy Almond. Walaupun ada embel-embel salt, rasa roti tidak asin seperti digarami. Ya sebatas asal asin. Tekstur kue renyah dan gurih karena tidak manis. Toppingnya juga berlimpah dan pas dengan rasa kue.
Bagian bawah sangat berminyak. 

Kasmaran (8.5/10)
Karakter teh adalah ringan dan aftertaste yang kuat. Cocok diminum saat makan makanan yang 'berat'.
Satu hal yang mengganggu adalah teh disajikan di gelas keramik yang dapat menyimpan panas dalam waktu lama. Karena gelas dicuci menggunakan air panas, jadi gelas tetap panas meski sudah berada di luar dalam waktu lama. Terpaksa minta gelas pengganti karena sulit dingin gelasnya.
Minuman disajikan dengan wadah kayu berukuran besar. Sangat memakan tempat jika mendapat meja yang berukuran kecil seperti meja lingkaran.

Saat itu beli bungkus juga buat makan di rumah. Mohon maaf tidak ada fotonya karena keburu dimakan.
Sourdough Cromboloni Pistachio (8.5/10)
Bagian luar (setengah) dan dalam dilapisi krim pistachio. Karakter rasa krim cenderung lembut. Cocok dengan cromboloni.

Sourdough Twice Baked Almond Croissant (8.5/10)
Bukan tipe croissant yang mengejar renyah. Jangan kecewa dulu, karena tekstur renyah diambil alih oleh almond. Manis dan renyah.

Double Chesse Danish (CMIIW) (8.5/10)
Pastry Danish dengan keju pada bagian topping. Rasa keju justru malah manis. Sayang toppingnya tidak terlalu banyak.

PR utama cabang Braga adalah ada karyawan yang tidak koperatif. Setelah pesan bungkus langsung kasih tahu ke kasir minta kue jangan dihangatkan. Tapi tidak diteruskan. Curiga karena pesanan tidak kunjung keluar, akhirnya dicek dan ternyata mau dimasukan ke microwave. Kalo tidak dipantau, tidak ketahuan kalo ada permintaan tidak dilakukan.

Kehidupan mungkin tetap tampil sama, tapi dari segi daftar menu terdapat perubahan yang signifikan. Banyak perubahan yang dapat ditemukan secara kentara. Sekarang ada menu sup yang berbeda-beda setiap harinya, paket baru, menu ala carte baru, dan ada menu es krim (tetap vegan tentunya). Sekarang setiap pemesanan diberikan nomor untuk mencegah terjadinya pesanan tertukar. Sendok garpu diplastikin. Jangan lupa harganya juga sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan pada era 2010an.

Disamping itu, rasa menu pilih-pilih masih tetap sama seperti dulu. Dari segi varian cenderung sama seperti dulu.

Karena hari ini adalah hari Minggu, maka sup yang diberikan adalah sup jagung. Isinya sebatas jagung dihaluskan. Rasanya pure manis dari jagung. Sebagai pemanis ada angco.

The Sage mencoba menyajikan cafe ala Bali. Tak sekadar interior saja, menu juga ada ala Bali-nya. 

Kebanyakan menu yang ditawarkan adalah masakan Indonesia. Sebagian diantaranya adalah masakan Bali. Terdapat menu barat juga. Tapi pilihan lebih terbatas. Tergolong tidak umum untuk ukuran cafe di Bandung. 

Tidak semua menu dicoba karena waktu itu makan masing-masing. Ayam Goreng Lengkuas yang dipesan terasa gurih dan bumbunya banyak. Side dishnya juga tidak kalah enak. 

Ayam Goreng Lengkuas Nasi Cikur Adek (CMIIW) (9/10)
Bumbunya terasa sangat kuat baik bagian dalam maupun luar. Serundengnya juga enak dan cenderung manis.
Nasinya juga tidak kalah enak. Bumbunya gurih. Plot twist yang tak terduga adalah ada potongan cabe rawit di atas nasi! Untung tidak sampai membuat nasi jadi pedas.

Pisang Goreng Gula Aren (9/10)
Saat dimakan terasa empuk tapi renyah. Gorengan kering karena gulanya disajikan secara terpisah, tidak ditempel di bagian luar gorengan.
Sedikit unik, terdapat potongan stroberi kering.

Chicken Spring Roll (8.5/10)
Meski potongannya tampak kurus, tapi isinya full dengan sayuran. 

Tersedia area outdoor dan indoor. Khusus di outdoor ada beberapa pilihan tempat duduk. Ada yang ala di bar, ada yang atapnya kaca.
Parkir sangat sulit dicari, terlebih karena lokasinya dekat Chocomory plus beberapa restoran yang populer. Kabar baiknya bisa valet.