N.A.

Walaupun cabangnya sudah bertebaran di berbagai penjuru Bandung, namun entah kenapa konsep store nya selalu sama: mini-mini. Seating areanya benar-benar terbatas, alhasil terkadang harus pasrah untuk take-away atau numpang di restoran ayam di sebelahnya.

- Iced Choco Army
Setiap kali ke Co.Choc tidak pernah ingin berpaling dari menu Choco Army. Kombinasi dark chocolate dengan matcha kentalnya memang juara. Coklat dan matcha memang kurang pahit tapi kombinasi keduanya sangat balanced dan tidak saling balapan.

Sejauh ini, HW masih saya jadikan sebagai tempat favorit untuk menikmati live music sambil tipsy tipis di Bandung. Mungkin karena faktor U juga, makin kesini live music santai seperti di HW terasa lebih enjoyful dibandingkan EDM, apalagi playlist di HW biasanya OK banget. Selain itu, HW sih lumayan classy jadi minim cecabean dengan bad-drunk-habbits. 

Saya sih suka banget interior dengan pohon-pohon artifisialnya, suasananya yang tidak terlalu berisik, penuh asap tapi masih OK, serta servisnya yang lumayan responsif. Namun karena di Bandung baru ada satu HW, terkadang agak susah untuk mendapatkan seat, apalagi kalau tidak reservasi pasti dapatnya di pinggiran bahkan di bar. 

Food:
Honestly, saya tidak pernah memesan makanan di HW dan tidak pernah menaruh ekspekasi lebih sama makanannya, tapi karena lapar banget sih why not to give a try.
- Pork Belly Sambal Matah Rice Bowl (48K)
Seriusan Rice Bowlnya enak banget, porsinya juga pas untuk makan malam. Potongan pork bellynya benar-benar royal, tekstur nya empuk, juicy, dan tidak amis. Pork belly-nya semakin nikmat ketika disantap bersamaan dengan nasinya yang pulen, telur setengah matang yang meleleh, serta sambal matanya yang segar dan pedas.
- Chicken Wings (78K/12pcs)
Basically, chicken wings di tempat ini berupa chicken krispi yang ditambahkan additional sauce yang bisa dipilih sesuai selera. Chicken wings-nya renyah dan gurih. Saya mencoba chicken wings dengan saus Spicy Korean dan Southern Chili, that was not bad at all.

Beverage:
Pilihan minuman di tempat ini lumayan beragam, baik alcoholic beverages maupun non-alcoholic beverages. Harganya sih masih standar di kelasnya. 

Saya benar-benar senang ketika akhirnya Bu Mus membuka cabang di Cimanuk, tepatnya di seberangnya Hotel Amaris Cimanuk (ngak ada di Gmaps dan Grab), sehingga tidak perlu lagi jauh-jauh ke Buah Batu. dari segi tempat, Bu Mus Cimanuk juga lebih OK dibandingkan cabang Buah Batu. Konsepnya mirip restoran Padang kebanyakan. Tempatnya bersih dan rapi, tapi kapasitasnya tempat duduknya seringkali tidak memadai terutama saat peak hours, tidak jarang harus waiting list terlebih dahulu. Pelayannya lumayan responsif dan hangat, hanya saja terkadang sedikit chaotic saat peak hours.

- Nasi Padang
Jika datang tidak datang ramean atau sedang on-budget sebaiknya meminta kepada pelayannya agar lauknya tidak dihidangkan ke meja, melainkan langsung memesan ke konternya dijamin pasti jauh lebih hemat. Dari dulu, saya sudah jatuh cinta dengan Gulai Cincangnya Bu Mus. Citarasanya gulai cincangnya otentik, mirip dengan yang saya makan di kampung halaman. Potongan dagingnya tidak pelit dan dagingnya empuk. Yang tak pernah boleh ketinggalan juga adalah kuah rendang, sambal hijau dan merah, sayur daun singkong dan nangkanya yang tak kalah otentiknya. Terima Kasih, Bu Mus sudah mengobati rindu kampung halaman. 

- Sate Padang
Sate Padang di Bu Mus juga OK banget, you've got to try!

Saya merekomendasikan tempat makan ini untuk mereka yang mencari hidangan hangat untuk sore atau malam hari. Tempat makan ini berlokasi di Jalan Sulanjana, bersebelahan dengan Javan Steak dan sebuah coffee shop yang saya lupa namanya. Tempatnya sih sangat biasa, tidak luas, dan seatnya terbatas. Tak jarang tempat duduknya sudah terisi peuh sebelum restorannya buka pada pukul 5 sore. Yang paling saya suka dari restoran ini adalah pelayanannya yang hangat dan ramah.  Cicinya bahkan tidak sungkan untuk say hi ke semua visitornya.  

- Nasi Buncis Cah Sapi (31K)
Menu ini berupa nasi dengan lauk berupa daging sapi cincang dan sayur buncis yang disajikan dan dimasak dengan menggunakan pot tanah liat. Saya sih suka banget nasinya yang pulen, wangi, dan cendrung lembek. Nasinya disajikan dalam kondisi yang panas dan proses cooking-nya akan terus berlanjut karena claypot-nya merupakan konduktor panas sehingga kalornya tersimpan lebih lama, alhasil lapisan kerak nasi akan sangat gampang terbentuk, bagi saya lapisan kerak inilah bagian terbaik dari menu ini. 

Daging sapi cincangnya sih lumayan royal dan buncisnya segar dan empuk. Overall, seasoning menu ini sih cendrung minimalis, saya sih seringkali nambahin chili-oil untuk menambahkan sensasi yang sedikit lebih pedas.  

Akhir-akhir ini agak sering makan di tempat ini karena steak-house ini memiliki deals di salah satu travel agent yang juga menjual voucher makanan. Tempatnya sih masih bertahan dengan konsep vintage classic-nya, dengan tempat yang berisik, namun dengan suasana kekeluargaan yang hangat.

- Suis Prime Sirloin Steak (95K)
Jika ke Suis Butcher sebaiknya memang memesan menu primenya karena harganya yang tidak terpaut jauh dibandingkan menu standarnya (classic), namun memiliki kualitas daging yang jauh lebih OK, daging yang digunakan menggunakan Sirloin Lokal Premium. Saya memesan steak dengan doneness medium yang sayangnya agak overcooked, tapi untungnya masih sangat bisa saya nikmati. Dagingnya fresh, empuk, dan juicy. 

Steak yang saya pesan disajikan bersama Lyonaise Potato--olahan kentang goreng khas Lyon, Prancis. Saya sih suka banget olahan kentang seperti ini, kentangnya menjadi empuk dengan citarasa yang rich dari bawang dan jus dari dagingnya. Sumber vitamin dari menu ini datang tumis buncis yang segar. Sebagai condiment saya memilih saus mushroomnya yang OK banget. 

- Orange Float (22.5K)
Minuman berupa jus jeruk yang ditambahkan es krim vanilla ini cocok banget untuk disajikan sebagai penyegar setelah menikmati steak sekaligus untuk meminimalisir lemak yang masih tertinggal di mulut.