N.A.

Sejujurnya saya penasaran dengan brand boba yang satu ini karena banyak banget yang bilang enak. Saya sengaja menunda mencoba brand ini sampai hype-nya sedikit menurun untuk menghindari antrian yang panjang. Untungnya saat saya datang, saya sudah tidak perlu antri sama sekali. Saya datang saat sedang hujan alhasil saya memilih untuk membawa pulang minumannya karena bangku dengan payung di tempat ini jelas kurang nyaman untuk digunakan di saat hujan.  Yang sedikit saya soroti adalah pelayannya yang kurang efektif, pengawanya banyak tapi pelayannya lama dan acuh. 

- Salted Caramel Boba Fresh Milk (24K)
Boba drink dari brand ini menurut saya lumayan OK, apalagi kalau mengingat harga yang dipatok nyaris setengahnya dari brand-brand Boba drink di pusat perbelanjaan. Saya sih suka basis minumannya, citarasanya ngak cuma manis, creamy, dan milky, tetapi juga sedikit salty yang membuat minumannya menjadi tidak giung dan tidak membosankan. Namun, dari segi bobanya, saya kurang memfavoritkan boba dari brand ini sih, bobanya tidak selembut dan seempuk yang lain—bahkan somehow masih ada bobanya yang masih keras.  

Kafe ini memiliki desain yang sangat biasa, cenderung sedikit boring jika dibandingkan dengan kafe-kafe kekinian. Tempatnya juga bukan yang nyaman banget, lebih cocok untuk makan atau ngopi sejenak ketimbang untuk berlama-lama. Yang agak saya sayangkan adalah pelayanan dari kafe ini agak mengecewakan, pelayannya kurang bersahabat dan tidak ramah—bahkan cenderung ketus dan jutek. Food servingnya juga agak sedikit lama sih menurut saya.

- Nasi Soto Kwali Pisah (27K)
Sejujurnya saya tidak expect jika menu khas Solo dari restoran ini akan seenak ini. Kuah sotonya berupa kuah kuning tanpa santan ataupun susu, kuahnya gurih dan tidak terlalu medok, tanpa ditambahkan bumbu apapun sebenarnya sudah enak. Isian sotonya pun sangat generous, terdiri atas bihun, toge, kikil, dan daging sapi. Saya sih suka banget dengan daging sapi yang benar-benar empuk. Menu ini disajikan besama nasi dengan porsi yang cukup serta sebuah perkedel kentang yang empuk.

- Es Kopi Selaras (15K)
Sejujurnya menu ini dari segi rasa sih sangat biasa, cenderung manis dengan rasa kopi yang tidak terlalu kuat, tidak terlalu creamy dan agak terlalu milky. Yang perlu diapresiasi adalah es kopi susu disajikan dengan menggunakan gelas kaca, bukan gelas plastik seperti coffee shop kebanyakan. Sayangnya, kafe ini masih menyediakan sedotan plastik walaupun pengunjung tidak memintanya.

Sesuai dengan namanya, kafe ini mengusung konsep kafe taman yang sayangnya agak sedikit terkesan tanggung. Penggunaan rumput artifisial, beberapa pohon, serta penggunaan bangku taman sepertinya belum berhasil menegaskan konsep kafe tamannya. Untungnya, tempatnya lumayan nyaman, terutama untuk bagian outdoornya. Udara di Dago yang sejuk sangat membantu untuk membuat pengunjung betah berlama-lama terutama untuk kegiatan santai. Sayangnya, bagian indoor-nya tidak senyaman bagian outdoornya, bagian indoornya agak sedikit boring dan pengap sih menurut saya

- Iced Rum Latte (27K)
Dilihat dari harganya yang sangat terjangkau, dapat dipastikan kalau rum yang digunakan pada menu ini hanyalah perisa belaka, bukan alcoholic rum. Walaupun begitu, perisa ini berhasil menyelamatkan basis lattenya yang sangat biasa. Basis latte-nya agak sedikit watery dengan citarasa kopi yang sama sekali tidak strong. Honestly, menu ini lebih cocok disebut essens rum with milk ketimbang ditambahkan embel-embel kopinya. 

Kopi Cantel merupakan salah satu tenant di Samasama Fod Collective, sebuah Common Space yang baru direnovasi atau di-rebranding. Konsep yang diusung sekarang jauh berbeda dibanding sebelumnya, konsep garden-cafe seperti ini tentunya jauh lebih eye-catching, saya sangat suka perpaduan antara warna putih yang dominan, unsur kayu, dan tanaman hijaunya: sangat artistik. Sayangnya, tempatnya sangat sempit, tempat duduknya terbatas, dan overcrowded alhasil saya tidak terlalu merasa nyaman di tempat ini. 

- Cappuccino (25K)
Sejujurnya, Cappuccino dari kafe ini sama sekali tidak mengesankan. Cappuccino-nya sangat watery, benar-benar se-cair itu. Citarasa kopinya sudah tidak jelas lagi rasa asam, pahit, ataupun manisnya. Sejujurnya saya sangat tidak menikmati Cappuccino-nya. 

Menurut saya kafe ini sangat unik. Kafe yang agak tersembunyi di belakangnya Under Armour Store Dago ini mengusung konsep abandoned building. Gedungnya sengaja tidak banyak dirombak untuk mempertegas konsep abandoned building-nya.  Seating area indoornya terdiri dari dua lantai, tempatnya sebenarnya lumayan nyaman. Tersedia juga seating area outdoor di sisi kiri dan kanan bangunan. Personally saya kurang suka seating area outdoornya yang dekat dengan parkiran karena tempatnya gerah, gersang, dan sedikit berdebu. Kelebihan dari kafe ini yang mungkin tidak dimiliki oleh kafe lain adalah parkirannya yang luas banget, dijamin gabakalan rebutan parkiran

- Kopi Didago 
Menu ini sebenarnya masih mirip dengan ek kopi kebanyakan, citarasa kopiya cenderung agak manis, sedikit creamy dan milky, namun dengan kopi yang masih cukup intens. Menu ini boleh lah dijadikan sebagai penyegar saat Bandung yang tengah terik di siang hari.

- Banana Berry Peanut Toast.
Sejujurnya saya ragu apakah roti yang pesan benar-benar di-toast atau tidak karena saat menu ini datang, rotinya dalam kondisi yang dingin serta tidak memiliki tanda-tanda gosong habis ditoast-nya. Tekstur rotinya juga agak melempem serta tidak crunchy seperti roti yang sudah ditoast. Selain itu, perpaduan antara selai berry sama kacangnya menurut saya agak aneh karena rasanya agak balap-balapan. 

Sebenarnya saya malas banget kalau diajak untuk olahraga di GOR Padjajaran karena seringkali ajakan olahraganya hanya alibi belaka—seringkali lebih banyak wisata kulinernya ketimbang olahraganya. Posisi tendanya berada di pojokan dalam, dekat banget sama pintu menuju track lari. Tempatnya bukan yang bersih-bersih banget, seringkali kayak ada yang beterbangan gitu Yang musti banget diconsider adalah disini tersedia menu non-halal jadi memang tidak untuk semua orang.

- Cakwe (14K)
Cakwenya asli enak banget, literally cakwe paling enak yang pernah saya makan di kota Bandung. Cakwenya sama sekali gak alot, lembut dan chewy banget. Yang membuat tambah spesial adalah sausnya, sausnya asam-pedas gitu sih, pedasnya sih mild aja. Yang bikin asam adalah penggunaan nanas pada sausnya, asli ini nyegerin banget.

- Bapiah (14.5K)
Menu bentukannya mirip bakwan gitu tapi warna dan isiannya berbeda. Kulitnya renyah banget sedangkan isiannya yang terdiri atas kucai dan daging babi cincang relatif lebih lembut, agak sedikit lembek. Kucainya agak sedikit overkill sih menurut saya. Honestly makanan ini tidak begitu cocok dengan selera saya.  

Karena lagi  jenuh nongkrong di daerah yang itu-itu aja, saya pun melipir ke daerah Sarijadi untuk nyobain tempat nongkrong di sekitaran kampus Maranatha. Tempatnya berada di lantai dua sebuah food court gitu. Tempatnya didominasi oleh warna putih dengan pencahayaan yang cukup terang, lumayan ideal untuk dijadikan sebagai tempat berproduktif ria, tak heran jika sebagian besar pengunjungnya adalah mahasiswa yang tengah mengerjakan tugas perkuliahan.

- Chicken Sambal Matah (30K)
Menu ini berupa chicken pop corn yang disajikan bersama nasi putih, telur mata sapi, sayuran, dan sambal matah. Porsi menu ini sih pas banget, lumayan bisa bikin kenyang. Chicken pop corn-nya pun sangat generous, sepadan lah dengan harganya yang gak murah-murah amat. Sayangnya chicken pop corn-nya agak terlalu kering dan tepungnya agak terlalu tebal. Menu ini semakin tidak enjoyful karena sambal matahnya pelit banget, jadi kayak kurang mentrigger selera makan gitu. Belum lagi special request saya agar telurnya dimasak setengah matang pun tidak dilaksanakan. Agak kecewa sih sama menu ini.

- Es Kopi Susu Pusy (18K)
Menu ini menurut saya sih cukup unik. Awalnya saya mengira jika perpaduan antara espresso, susu, dan pink-essence ini akan bakalan aneh banget karena citarasanya yang kayak saling balap-balapan. Ternyata dugaan saya saya, mungkin karena perbandingannya yang pas, citarasa minumannya jadi lebih enjoyable dengan rasa yang unik.

Sejujurnya saya tidak tahu posisi persis dari restoran ini karena saya memesan makanan dari restoran ini dengan menggunakan jasa pesan-antar ojek Online. Feeling saya (cmiww), makanannya bukan yang dimasak setelah dipesan melainkan disimpan kayak prasmanan gitu karena packaging process dan food delivering benar-benar cepat. Packaging makanannya sih lumayan OK, packagingnya aman dan ready to eat.

- Nasi + Lauk 
Saya memesan nasi dengan dua jenis lauk yaitu Tumis Sotong (19K) dan Oseng Jamur Merang (13K). Sejujurnya saya tidak expect kalo porsi untuk masing-masing menunya sangat generous—apalagi kalau mengingat harga yang dipatok relatif masih sangat terjangkau. Saya sih suka banget Tumis Sotongnya. Sotongnya empuk dan tidak alot, bumbunya sih pedas cenderung ke manis, personally saya lebih suka kalau bumbunya agak sedikit lebih pedas, but it was totally okay.