yudistira ishak abrar

Nama Koba.Co sendiri merupakan singkatan dari nama sang pemilik, tapi bisa juga diplesetin jadi kopi bareng. Beruntung saat saya mampir dapet promo diskon 20% tiap pembelian food or beverages, wah menarik banget kan gaes?! Koba.Co mengisi sebuah hunian mewah jaman kolonial di Jalan Raya Paledang yang dulu pernah diisi oleh Peppino, sejak Agustus 2019. Karena dasarnya merupakan sebuah rumah, jadi ruangan terbagi dalam bentuk sekat-sekat.
Lantai bawah terdapat dua set mini bar instagenic dengan memanfaatkan kusen jendela melengkung dan menjorok keluar. Disebelahnya terdapat barista area merangkap kasir, seating table memanjang berlatar artifisial flower bertuliskan Koba.Co dan sebuah tangga megah ke kanan kiri sebagai akses ke lantai atas.
Lantai atas sendiri terbagi kedalam empat bagian ruang. Pertama ada ruang utama yang terbagi dua dimana satu sisi diisi meja serta kursi tinggi yang panjang, sedang di satu sisi lainnya terdapat dua set bangku sofa empuk yang disandingkan dengan kursi rotan yang juga beralas jok empuk berwarna putih.
Sisi kanan terdapat smoking area indoor yang didesain minimalis dengan hiasan beberapa pohon kaktus. Menempel dengan ruang ini, pada bagian balkon luar, terdapat tempat duduk semi amfiteater juga khusus untuk smoking area. Balkon tengah pun hadir buat kamu yang ingin menikmati aneka menu Koba.Co sambil ditemani pemandangan salah satu sudut kota Bogor.
Siang ini saya memesan Cappuccino (Rp.30.000,-) secangkir espresso yang diberi tuangan susu hangat yang dibentuk menyerupai bunga tulip. Teksturnya lembut, lapisan foamnya cukup tebal, milky dan nuansa kopinya cenderung manis serta asam. Meski bukan secangkir cappuccino terbaik, tapi saya cukup senang saat menyesap minuman hangat ini.
Sebagai teman minum cappuccino, saya juga memesan Fried Banana (Rp.15.000,-) memang saya harus menunggu agak lama untuk menu ini, tapi pas si pisang goreng datang, saya sangat senang. Kenapa? Soalnya tersaji cantik, porsinya banyak dan sudah tentu terlihat begitu menggoda dengan kilatan karamel alami dari pisangnya itu sendiri. Dan saat disantap tiap potongan pisang terasa manis dan beneran berkaramel dong. Jenis pisang goreng yang saya suka banget ini sih...

Menurut saya, cerdas dan efisien versi food reviewer adalah bisa menyempatkan jajan disela-sela waktu bekerja. Seperti apa yang saya lakukan siang ini di Kota Bogor, saya mencoba menyempatkan untuk menyelipkan berkunjung ke sebuah kafe sambil harus menyelesaikan pekerjaan. Berhubung lokasinya berdekatan dengan Bogor Trade Mall alias BTM, jadi engga pake lama saya langsung jalan kaki kesana karena memang hanya sekitar 50 meter saja dari tempat saya mengurus pekerjaan siang ini.
Karena J.Co berada tepat di lobby utama mall dan waktu saya engga banyak untuk menelusuri tempat lain didalam, jadi saya putuskan untuk berada disini saja. Outletnya cukup besar dan tidak terlalu ramai siang ini, jadi kesan spacious nya dapet banget. Seperti gerai-gerai lainnya, J.Co selalu hadir dengan desain kasual yang memainkan unsur kayu, seating table variatif, ornamen berupa mural dibeberapa sisi ruang dan gaya cenderung industrial.
Croissant Cheese and Iced Brown Sugar Latte (Rp.47.000,-) karena udah masuk jam makan siang, yaudah deh sekalian aja pesen roti yang bisa ngenyangin plus minum. Maksud hati pengen yang paket sandwich tapi apa daya si mulut bilang ke mba-mba kasirnya malah paket croissant, maafkan ketidak singkronan otak dan lidah saya wahai perut. Tapi tenang, karena saya juga belom pernah cobain menu croissant J.Co juga sih, so engga nyesel-nyesel banget.
Ternyata roti croissant cheese disini teksturnya chewy banget, cenderung agak sulit untuk digigit kecil dan harus membutuhkan bantuan tangan untuk melepas bagian yang belum saatnya masuk kedalam mulut. Lapisan atasnya bersiram gula serta ada parutan keju, jadi rasanya lebih ke manis dan bukan asin gurih. Nah kalo si Iced Brown Sugar Latte nya enak banget nih, dari sedotan pertama aja saya udah langsung jatuh cinta. Unsur kopinya begitu bold dengan karakter acidity yang kuat, terus ada tambahan krim, susu serta gula aren yang membuatnya jadi creamy, kentel sekaligus manis. Must try guys...

Siapa yang tidak kenal dengan Kebun Raya Bogor? Kebun botani yang dibuka pada 18 Mei 1817 ini memiliki luas mencapai 87 hektar. Bukan hanya ribuan jenis tanaman, disini pun terdapat beberapa laboratorium, apotek hidup, museum dan tentunya tempat makan. Salah satu restoran yang menarik perhatian saya adalah The Melchior yang berada didalam area sebuah hotel dengan nama yang sama. Sebuah bangunan tua berwarna putih bergaya desain khas era kolonial menjadi tempat dimana The Melchior bernaung. Kesan yang saya rasakan selama berada disini adalah keteduhan serta rasa nyaman yang tampil dengan gaya mewah.

Karena memang sejatinya ia merupakan sebuah hotel, jadi sudah pasti saya harus melewati lobi dan resepsionis saat ingin menuju ke The Melchior, maklum restorannya memang berada di bagian belakang bangunan. Sebuah lorong yang dikanan kirinya terdapat berbagai macam lukisan, guci dan hiasan mahal lainnya menjadi pemandangan cantik saat menuju ke belakang. Tak hanya lorong dan ornamen, ternyata disini pun terdapat beberapa private room dan sebuah coffeeshop yang masih tergabung jadi satu dengan restorannya.

Baru di ujung lorong terlihat sebuah pintu besar bermaterial kayu dengan cat putih yang terbuka berlapis gordyn panjang yang terlipat rapi di sisi kanan kirinya. Pintu ini menjadi akses masuk ke ruang utama restoran. Disini warna hijau yang senada dengan lapisan jok pada setiap kursi kayu sungguh mendominasi. Padu padan motif monokrom berbentuk segi enam pada lantai menjadi daya tarik selain tentunya sebuah lukisan besar memanjang bergambar pepohonan di tengah hutan yang meneduhkan mata. Saya memilih duduk di salah satu sudut ruang yang terdapat sebuah jendela besar disebelahnya. Selain karena posisi ini sangat instagenic, juga ingin makan sambil melihat pemandangan taman diluar.

Nasi Goreng Jawa (Rp.60.000,-) menu yang kebetulan dipesan oleh ibu saya ini tersaji sangat unik berbentuk seperti piramida. One of the most photogenic fried rice I ever seen. Bukan cuma enak dilihat, tapi juga nikmat pas disantap. Nasi dengan paduan telur orak arik dan suiran ayam ini terasa gurih bergaya manis dengan tambahan sedikit sentuhan pedas. Telor ceplok, emping, lalapan dan acar menjadi teman makan nasi goring supaya semakin mantul dilidah. Kombinasi rasa yang beneran Jawa banget deh.

Gado-Gado Tugu Kujang (Rp.40.000,-) nah yang ini baru menu pesanan saya. Seolah gam au kalah dengan nasi goring, Gado-Gado disini pun tampil begitu elegan. Aneka sayuran kukus dicetak didalam wadah jadi berbentuk seperti sebuah tabung yang diatasnya diberi emping. Goresan kecap disisi sebelahnya membentuk lengkungan dengan seiris telur rebus dibagian ujung, tampak seperti sebuah meteor atau bintang jatuh. Tak ketinggalan bumbu kacang yang ditempatkan dalam wadah terpisah yang siap dituang sesaat sebelum disantap. Pengalaman makan gado-gado yang gorgeous dan tak terlupakan. Soal rasa jangan ditanyakan, The Melchior tak hanya mengedepankan gaya penyajian tapi juga mampu menyuguhkan cita rasa yang sedap.

Pisang Goreng Wijen (Rp.37.000,-) engga ketinggalan seporsi sajian pencuci mulut berupa pisang goreng kipas bertabur wijen dan disajikan dengan gula ganting (gula jawa yang dimasak bersama sedikit air). Tekstur pisangnya renyah juga empuk, rasanya manis apalagi ada tambahan gula cairnya juga. Taburan wijen berperan penting dalam menghadirkan nuansa gurih beraroma kacang-kacangan yang membuat pisang goring ini jadi semakin enak.

Meski makan siang kali ini mendapat free ice tea, tapi kami tetap mencoba minuman lain. Ibu saya memilih Wedang Jahe (Rp.26.000,-) sedangkan saya Orange Juice (Rp.28.000,-). Ibu saya pengen minuman hangat yang berbahan rempah alami karena selain rasanya enak, minuman ini juga menyehatkan. Ada tambahan krimmer juga gula yang disajikan terpisah dan dapat ditambahkan sesuai selera. Kalau orange juice pesanan saya terbuat dari buah segar asli, bukan jus kemasan sehingga rasanya beneran fresh meskipun tidak begitu kental… 

Di daerah Sentul terdapat sebuah lokasi wisata bernama Taman Budaya. Mereka menawarkan fasilitas outbond yang cukup luas khususnya untuk anak-anak. Selain itu juga terdapat beberapa wahana permainan seperti becak mini, balon istana dan kuda poni buat si kecil. Nah setelah lelah bermain, jangan khawatir kalau perut mulai keroncongan. Di dalam kawasan Taman Budaya terdapat foodcourt outdoor dan beberapa kafe asyik untuk makan bareng keluarga.
Salah satu kafe paling eyecatch disini adalah Finch Coffee & Kitchen. Bentuknya cukup besar dibanding tempat makan lain di area yang sama. Bangunan mirip sebuah barn dengan dominasi kaca, batu bata dan unsur kayu. Desain yang mengadopsi gaya rustic industri, serta permainan langit-langit yang tinggi, membuat suasana didalam terkesan begitu luas. Terdiri dari dua lantai, dimana pada tiap lantai terdapat ruang indoor dan outdoor.
Sebuah tangga melingkar untuk menuju ke lantai atas tampak begitu instagenic, terlebih didekatnya terdapat satu set kursi sofa nyaman dengan background mural bergambar badut berbentuk kutilang yang merupakan logo dari kafe ini. Berada disini sebenarnya cukup nyaman dan bikin betah karena areanya dikelilingi oleh pepohonan rindang jadi terasa asri. Tapi sayang, karena sedang akhir pekan, jadi pengunjung yang datang cukup ramai dan saya engga enak kalau duduk berlama-lama menikmati suasana, mengingat kapasitas yang terbatas.
Croissant Sandwich (Rp.65.000,-) isiannya berupa dua lembar chicken patty, beef bacon, irisan tomat dan selada yang diberi dressing saus bercita rasa asam yang nyegerin. Tak lupa ada side dish berupa salad yang disiram balsamic bercita rasa manis asam yang strong. Tekstur rotinya jadi empuk karena olesan sausnya. Menu ini sensasinya sangat menyegarkan yang diikuti oleh sentuhan rasa gurih.
Pesto Spaghetti (Rp.65.000,-) sepiring pasta berwarna hijau cerah karena kental akan saus pestonya. Aroma khas daun basil bercampur cita rasa gurih dan sedikit oily, berhasil melumuri seluruh bagian pasta dengan baik termasuk potongan daging fillet ayamnya. Tekstur pasta dimasak cukup baik jadi terasa lembut dilidah. Saya suka dengan cara mereka menyajikan cita rasa pesto bersama parutan keju parmesan yang sangat pas.
Finch Latte (Rp.45.000,-) berbeda jauh denga ice latte yang biasanya saya minum, Finch Latte justru hadir mirip perpaduan antara mochaccino dengan affogato sekaligus. Karena cita rasa yang saya rasakan merupakan pertemuan antara sensasi cokelat, espresso, susu dan vanilla ice cream sekaligus. Saya sih suka, karena jadi bernuansa manis dan jauh dari kesan kopinya.
Ice Yakult Lyche (Rp.30.000,-) porsinya cukup besar dengan menyuguhkan sensasi rasa yang begitu fresh, kental akan cita rasa asem, manis dan nyegerin khas Yakult. Tak lupa ada sensasi lecinya juga lengkap dengan tiga buah leci didalamnya. Saya suka banget sih ini, karena bikin makan siang saya jadi lebih menyegarkan setelah sebelumnya menikmati dua menu bercita rasa gurih...

Bilangan Pandu Raya memang menjadi salah satu pusat kuliner di Bogor. Di sepanjang jalan ini terdapat beragam destinasi kuliner, mulai dari kafe gaul, restoran keluarga sampe ke warung sederhana yang udah jadi legend. Salah satu yang paling anyar yang mengisi area ini adalah Hafa Coffee & Kitchen. Kafe yang baru berjalan 3 bulan ini dinamai Hafa karena merupakan gabungan dari nama pemilik yaitu Hamida dan Farhat.
OOTD-ers betina wajib banget nih mampir kesini, kenapa? Soalnya tampilannya cantik banget. Area kafe hampir dikuasai oleh permainan warna merah muda dan putih yang dipadukan dengan penempatan tanaman kaktus. Pemilihan bangku sofa abu-abu pada bagian depan dekat jendela, menjadi incaran pengunjung karena bentuknya yang unik juga tampilannya yang cantik.
Bergeser ke bagian belakang, terdapat sebuah teras yang menghadap langsung kearah bukit. Area ini tak kalah artistik dengan area depan, karena masih mengusung tema yang sama. Sebuah bangku sofa yang dekat dengan barisan tanaman kaktus pun tampak begitu photo-able, tak hanya untuk pemburu foto OOTD tapi juga bagi para foodblogger yang ingin mengabadikan foto makanan dengan bingkai super kece.
Hafa Coffee (Rp.18.000,-) es kopi susu kekinian ala Hafa ini memiliki tone rasa yang lembut, manis dan unsur kopi yang seolah hanyut oleh unsur gula juga susu. Mirip-mirip es kopi susu yang ada di Cipete itu lho. Jadi pasti bakalan banyak yang suka sama Hafa Coffee ini, karena creamy dan manisnya cukup dominan namun tetap menjaga peran kopi didalamnya.
Ice Latte (Rp.30.000,-) kalau ingin lebih kopi dan lebih milky, minuman ini bisa menjadi pilihan yang sangat cocok. Dari tampilannya saja saya sudah bisa menebak betapa milkynya Ice Latte ini. Dan benar saja, dari awal peran susu sudah langsung menguasai rasanya, jadi terasa gurih dan creamy.
Chef’s Salad (Rp.35.000,-) sepiring salad mirip caesar salad yang terdiri dari irisan kol ungu, wortel, kyuri, tomat, selada dan telur yang diberi dressing olahan mayones. Komponen sayurnya terasa segar dan memberikan sensasi kriuk kriuk pas dimakan. Dressing mayo nya sedikit manis, sedikit asam, creamy dan gurih, sangat cocok buat dipadukan dengan aneka sayurannya.
Blueberry Cheese Cake (Rp.32.000,-) ada yang beda dari cheese cake disini, mereka mengganti biscuit crumbs pada dasar kue dengan soft cake, baru pada lapisan atasnya diberi olahan keju serta putih telur dan ditutup dengan blueberry jam. Teksturnya lembut, hanya komponen cheese nya hampir sama dengan soft cake jadi terasa kurang cheezy. Tapi masih oke lah untuk temen minum kopi...

Selain ngopi, ngeteh juga merupakan aktivitas yang mengasyikan. Engga melulu soal menyeduh daun teh saja, ngeteh juga bisa menggunakan bunga-bungaan, dedaunan lain hingga ke buah-buahan yang telah dikeringkan. Dan kalau kamu ingin mencoba untuk tea time, The Pink Door Tea Room merupakan salah satu tempat spesialis penyaji teh di Bogor yang wajib kamu singgahi.
Dinamakan demikian karena memang pintu masuknya dicat warna pink. Konsep desain bernuansa shabby chic yang membuat kamu, khususnya cewek-cewek, bakal betah. Di depan ada sebuah teras kecil dengan pohon bunga kamboja yang memayungi dan membuat area ini tampak instagenic. Masuk kedalam, sebuah bangunan mungil memanjang disulap menjadi sebuah kafe unyu yang sangat cantik.
Nourish Me Longans, Red Dates (Rp.45.000,-) high in vitamin c and anti-inflammatory, relieves stress and balance Qi. Didalam tea pot dan cangkir terdapat buah longan dan kurma Tiongkok yang memberikan sensasi manis alami. Unsur teh sedikit hanyut oleh cita rasa manis jambu yang lembut. Inget, manis jambu ya, bukan yang manis banget lho.
TWG English Earl Grey (Rp.35.000,-) a delicate black tea infused with bergamot, this helps calm and refresh the sense. Seperti biasa, karakteristik Earl Grey memang selalu sukses memberikan ketenangan tiap kali menyesapnya perlahan. Aroma serta cita rasanya yang kuat langsung hadir tanpa jeda, baik sesaat akan maupun sesaat setelah meminumnya.
Klepon Cake (Rp.45.000,-) kue klepon yang menjelma menjadi sepotong soft cake ini tampil sangat klasik dan menggoda dengan paduan warna hijau serta putih yang cantik. Sejak awal, nuansa manisnya terasa begitu lembut, tak ubahnya kue klepon yang sangat khas. Permainan warna manis gula jawa, kelapa dan pandan, memanjakan lidah saya dengan karakternya yang begitu bersahaja...

Bebek Kepahiang Babase atau disingkat BKB adalah sebuah restoran penyaji menu bebek dengan bumbu khas Bengkulu. Merintis usaha dari bulan Januari 2017, di kawasan Benhil, kini mereka telah membuka beberapa cabang di ibukota dan sekitarnya. Nama Kepahiang dan Babase diambil dari bahasa Bengkulu. Kepahiang merupakan nama sebuah bumbu yang tumbuh subur di sebuah desa di Bengkulu yang dapat membuat ketagihan. Dari sinilah muncul istilah “mabuk kepayang”. Sedangkan Babase berarti selamat datang atau mengundang.
Salah satu outletnya berada di Jalan Raya Jakarta - Bogor KM 45, Bogor Utara. Bangunannya cukup besar dan terdiri dari dua lantai. Lantai bawah merupakan seating area sekaligus playing ground untuk anak-anak. Disini ada dua jenis tempat duduk, yaitu lesehan dan meja kursi konvensional. Di lantai atas terdapat private room, seating table dan fasilitas ruang sholat.
Paket Sederhana 2 (Rp.39.800,-) terdiri dari sepotong Bebek Djakarta, nasi uduk, lalapan dan tahu tempe. Untuk sambal, sudah tersaji pada tiap meja berupa 3 jenis sambal yaitu sambal mangga, sambal ijo dan sambal korek. Bebeknya cukup empuk dan engga bau, hanya memang potongannya engga terlalu besar. Sambelnya nampol-nampol dan sukses bikin bibir jadi jontor.
Paket Ayam Geprek (Rp.33.800,-) terdiri dari sepotong ayam goreng yang digeprek bersama sambal korek, nasi uduk, tahu tempe dan lapapan. Ayam gepreknya bikin makan malem saya jadi penuh keringat sampe ke ubun-ubun. Sensasi huuh haah nya tuh berasa banget. Justru sambel ijonya engga terlalu pedes, dan bisa jadi penetralisir. Ayamnya empuk, tahu tempenya lumayan gurih.
Es Pisang Ungu (Rp.18.000,-) menu dessert ini merupakan hasil modifikasi es pisang ijo yang berasal dari Makassar. Potongan pisangnya kurang empuk, jadi pas dikunyah engga langsung meleleh. Untuk es serut dan sumsumnya pas nyegerinnya, tapi agak kurang banyak hahahaha...