yudistira ishak abrar

Berbuka puasa bersama sudah menjadi tradisi masyarakat dalam mempererat tali silaturahmi, baik dengan keluarga ataupun teman dekat. Biasanya kita harus mempersiapkan restoran tujuan terlebih dahulu, agar tidak kehabisan tempat. Salah satu restoran keluarga yang bisa jadi pilihan adalah Ikan Bakar Hj. Merry yang berlokasi di jalan Sentosa Raya, Depok 2 Tengah.

Konsep resto ini adalah tempat makan keluarga ala gubugan Sunda. Unsur kayu sangat dominan dengan anyaman bambu sebagai sentuhan utama. Suasana sederhana sengaja diangkat, agar pengunjung merasa nyaman dan mirasa dalam menikmati aneka hidangan yang mereka sediakan. Area lesehan, arena bermain, tempat sholat dan sebuah kolam ikan, merupakan beberapa fasilitas yang mereka sediakan.

Aneka hidangan laut menjadi sajian utama yang mereka sajikan. Gurame Bakar Kecap jadi menu utama yang pertama kali saya coba. Ikannya empuk dan lembut, sangat pas dengan bumbu kecap yang manis dan irisan cabe. Selain itu juga ada Gurame Rica Rica. Sajian ini masih menghadirkan tekstur daging ikan gurame yang empuk dan lembut, bedanya terletak pada bumbu yang digunakan. Rasa rica rica nya cukup nendang dan nampol, pedes gurih gitu.

Udang Goreng Tepung dan Cumi Goreng Tepung hadir dengan tekstur yang sangat crispy. Keduanya memiliki rasa asin, gurih dan dilengkapi dengan sambal matah yang terasa pedasnya. Udang Saus Padang dan Cumi Saus Padang hadir begitu meyakinkan dengan warna merah pekat. Namun rasanya just so so, kurang menyatu antara bumbu dengan udang atau cuminya.

Karedok hasir sebagai penetralisir, sajian sayuran khas Sunda ini tampil sederhana dengan tambahan kerupuk udang diatasnya. Cukup kece. Tahu dan Tempe Gorengnya hadir sebagai pelengkap yang pas. Meski gak outstanding, tapi masih oke lah. Justru yang seru adalah Otak Otak nya. Hadir bersama sambal kacang kental, menu cemilan ini terasa begitu gurih, pedas dan yummy.

Sebagai pelepas dahaga, saya memesan Es Jeruk. Rasa Es Jeruknya sangat fresh, manis dan menyegarkan. Meski ada tambahan gula, namun gak sampe kemanisan...

Apapun yang dilakukan oleh para selebritis pasti akan jadi trend dan diperbincangkan oleh banyak orang. Baru-baru ini muncul sebuah trend baru, yaitu selebritis yang membuat toko kue untuk oleh-oleh. Setelah sebelumnya ada Teuku Wisnu, Dude Herlino, Irwansyah dan Zaskia Sungkar, kali ini giliran Nagita Slavina alias Gigi yang meluncurkan cake miliknya.
Gigieat Cake, itulah nama toko kue oleh-oleh milik istri dari Raffi Ahmad ini. Berlokasi di jalan Margonda Raya nomor 27, toko kuenya memilih desain klasik modern dengan warna hijau tosca yang dominan. Konsep take away membuat gerai ini tak menyediakan tempat duduk untuk dine in. Sebagai pendatang baru, Gigieat Cake sudah dibanjiri oleh pembeli, mungkin karena efek punya selebritis.
Jenis cake yang ditawarkan memiliki 5 varian rasa, yaitu Pandan, Coju (Cokelat Keju), Berry, Cokelat Kuadrat dan Pisu (Pisang Susu). Untuk dapat menikmati aneka kue disini, para pembeli hanya perlu merogoh kocek Rp.55.000,- per kotak, harga yang masih cukup terjangkau bukan?!.
Cake Pisu menjadi pilihan saya kali ini. Cake ini terdiri dari dua lapis kue bolu lembut yang diisi dengan krim dibagian tengahnya. Pada bagian atas juga terdapat lapisan krim serta potongan pisang kering dan crumble. Tekstur kue cukup lembut dengan rasa manis yang pas. Bagian crumble yang menjadi toppingnya, memberikan sensasi krenyes krenyes yang oke juga. Memang sangat cocok sebagai kue oleh-oleh untuk saudara, kerabat, teman ataupun calon mertua (bukan curhat...hehehehe)...

Buffet atau prasmanan merupakan cara penyajian aneka menu dengan meletakan makanan pada meja panjang dan pengunjung dapat bebas mengambil sendiri hidangan yang mereka inginkan (self service). Biasanya cara penyajian ini digunakan di beberapa restoran ataupun hotel yang mengusung konsep all you can eat, guna memudahkan pengunjung dalam menikmati aneka hidangan yang mereka sediakan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Hanamasa. Restoran yang didirikan oleh Yasiro Ono ini, jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti "bunga yang terus berkembang".
Awalnya sang pemilik merupakan pengusaha daging, namun setelah usahanya berhasil, Yasiro Ono mencoba mengembangkan usahanya dengan membuka restoran. Kesuksesan Hanamasa di Jepang, langsung dilanjutkan dengan meluaskannya ke negara lain, seperti Mongolia, Tiongkok, Korea dan Indonesia. Restoran Hanamasa di Indonesia merupakan usaha franchise yang masuk pada akhir tahun 1980 an. Cabangnya sudah banyak tersebar dibeberapa titik di kota-kota besar, termasuk yang berada di Depok.
Berlokasi di Margo City lantai 1, areanya cukup luas dengan konsep casual dining. Nuansa Jepang dihadirkan melalui ornamen berupa lukisan wanita Jepang, pemilihan furnitur kayu serta kostum yang digunakan oleh beberapa pelayan yang memakai kimono. Tiap meja dilengkapi kompor untuk memasak yakiniku dan syabu-syabu. Namun sayang, mereka tidak melengkapi cooker hood/ penyedot asap dapur di tiap meja, jadi asap pembakaran yakiniku bebas bergerak kemana-mana.
Hanamasa menyajikan menu utama Yakiniku (makanan yang dibakar) dan Syabu - Syabu (makanan yang direbus) dengan beragam makanan pilihan mulai dari daging Sapi, Ayam, Sea Food dan Sayuran segar yang diolah secara higienis. Dilengkapi dengan saus tradisional khas Jepang, seperti Saus Niku Tare (saus berwijen) dan Saus Soto Tare (saus tanpa wijen) untuk menambah citarasa masakan yang enak dan lezat. Ada juga saus “Thai Suki” khas Thailand yang sangat segar dan lezat.
Selain menu utama, ada juga menu tambahan, seperti Chicken Wing, Burger dan Sosis Goreng. Untuk hidangan pembuka dan penutup tersedia aneka salad, jajanan pasar, puding, buah potong, es campur, juga minuman segar. Semuanya bisa dinikmati sepuasnya, dengan satu harga yakni Rp.169.500,-++ excluding minuman.
Kebetulan kali ini saya datang pada saat berbuka puasa, jadi timing-nya pas banget dalam keadaan perut benar-benar kosong. Aneka daging Yakinikunya sangat fresh dan juicy, bumbu khasnya membuat makanan ini terasa nikmat. Untuk Syabu - Syabu, meski pilihannya beragam, namun rasa dominan yang saya dapat adalah mirip dengan fish cake. Yummy...

Sebagai merk bubble tea yang masih tergolong baru, Sancha sudah berkembang dengan baik. Gerainya telah hadir dibeberapa titik, salah satunya di Margo City lantai lower ground sebelum pintu masuk Giant. Gerainya cukup mungil dan hanya melayani pembelian untuk take away. Beberapa menu flavour tea dengan topping, mereka tawarkan mirip dengan merk bubble tea lain.
Kali ini saya mencoba Lychee Milk Tea (Rp.23.000,- nett). Sirup leci, teh dan susu, dijadikan satu menjadi satu cup minuman yang lumayan menyegarkan. Rasanya manis, namun ekspektasi saya akan ada potongan buah leci segar didalamnya, ternyata tidak. Boleh lah...

McDonald's lagi mengeluarkan ice cream cone dengan varian rasa baru yang cukup eye catching, yaitu Cone Ice Cream Caramel Sea Salt. Es krim ini tampil ngejreng berwarna biru menyala sesuai dengan tema barunya yakni Smurf edition. Rasa es krim yang super lembut dan merupakan salah satu es krim favorit saya, berpadu dengan lelehan caramel sea salt yang manis. Lucu juga...

Margonda Raya bisa dibilang Sudirman nya kota Depok, dimana hampir semua mobilitas kegiatan masyarakatnya berada disini. Predikat jantung kota yang melekat pada Margonda, membuat banyak pengusaha yang mencoba peruntungannya berbisnis kuliner disepanjang jalan ini. Namun keinginan konsumen yang berubah-ubah, tak jarang membuat beberapa kedai terpaksa harus menutup usahanya, meski masih terbilang baru.
Memanfaatkan peluang itu, Ropisbak Ghifari mencoba hadir dengan menyuguhkan pilihan menu kekinian yang beragam dan terjangkau. Lokasinya tepat didalam komplek Soerabi Enhaii, bersebrangan dengan Margonda Residence. Konsep tempatnya sederhana dengan memanfaatkan ruang persegi yang cukup luas. Desainnya dibuat tanpa dinding pembatas, sehingga kesan lapang dan pemandangan arus lalu lintas jalan raya dapat dinikmati langsung oleh para pengunjung dari dalam.
Mereka punya varian menu yang banyak. Makanan berat, masakan tradisional, aneka jajanan, cemilan dan sajian pencuci mulut, mengisi daftar menu yang ada. Kali ini saya mencoba Pispang Ultra, Roti Bakar Omelete, Pempek dan Nasi Chicken Teriyaki. Menu yang pertama adalah Nasi Chicken Teriyaki, yaitu seporsi nasi putih dengan potongan ayam, bawang bombay serta sayuran yang ditumis dengan saus teriyaki. Tampilannya agak pucat dengan kualitas rasa yang masih perlu perbaikan.
Lalu ada Pempek Kapal Selam. Masakan khas Palembang ini disajikan diatas piring melamin berbentuk daun. Tekstur pempek cukup kenyal, namun rasanya masih terlalu dominan sagu dari pada ikannya. Kuah pempek sudah cukup enak, tapi jika hadir lebih kental akan jauh lebih sempurna. Selanjutnya adalah Roti Bakar Omelete. Sajian roti asin isi telur ini terlalu sederhana dan pucat. Rasa yang saya dapatkan pun tidak banyak, hanya roti dan telur yang tipis.
Pispang Ultra merupakan menu yang paling saya favoritkan. Pisang uli matang yang manis dan lembut dipanggang dengan mentega, lalu diberi parutan keju cheddar dan diberi kuah susu cair yang manis. Rasa pisang yang manis sangat kawin dengan keju dan susunya. Saya suka banget...

Aceh, Naggroe Aceh Darussalam atau yang dulu dikenal dengan nama D.I. Aceh, merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Mendapat julukan serambi mekah, membuat daerah ini menggunakan syariat Islam sebagai dasar hukum positif selain dari hukum nasional yang berlaku. Karakter melayu sangat kental hingga mempengaruhi cita rasa masakan masyarakatnya.
Salah satu masakan khas asal Aceh adalah ayam tangkap. Berhubung saya belum pernah kesana, jadi saya coba mencicipi masakan olahan ayam ini di Mie Aceh Seulawah. Lokasinya berada di jalan Margonda Raya tepat disebrang jalan masuk ke stasiun Pondok Cina. Meski sederhana, namun bentuk tempatnya mempunyai konsep urban industri yang minimalis. Ruang lapang dengan menerapkan gaya unfinishing dibeberapa komponen, membuat resto ini tampil cukup masa kini.
Lalu apa kabar dengan Ayam Tangkap yang saya pesan tadi? Well, ayam tangkap sendiri merupakan ayam berbumbu rempah sederhana yang digoreng bersama beberapa jenis daun, seperti daun bawang, pandan dan ketumbar. Meski tekstur ayam cukup kering namun tetap lembut, rasa yang keluar adalah asin, gurih dan beraroma rempah. Baru kali ini saya mencoba menu ini, mungkin jika saya makan di Aceh langsung akan mendapatkan aroma rempah yang lebih kuat.
Tak lengkap rasanya jika ke resto khas Aceh kalau tidak memesan Mie Aceh. Kali ini saya memilih Mie Aceh Goreng Daging Sapi. Tekstur mie dan isiannya cukup empuk dan dimasak dengan baik, namun rasanya kurang tajam, saya mengharapkan komposisi bumbu dan rempah yang terasa pecah dilidah.
Kopi Susu Aceh dan Teh Tarik jadi minuman wajib yang mesti dipesan. Kopi Susu nya punya rasa otentik yang sudah dapat saya bayangkan sebelumnya. Aroma serta rasa kopi tradisional khas Sumatera, sangat kawin dengan komponen susu kental manisnya. Sedangkan Teh Tarik sendiri tak kalah memukau. Minuman yang tersaji dingin ini terasa original meski agak kemanisan menurut saya...