yudistira ishak abrar

Siapa yang udah pernah ke Dufan? Saya saya saya...Pasti kalian semua pernah dong ngerasain aneka wahana bermain di Dufan?!. Kalau lagi akhir pekan atau musim liburan kaya sekarang gini, pasti banyak banget pengunjung yang dateng kesana. Saking ramenya, sampai mau naik Kora-Kora aja kita harus rela antre setengah hingga satu jam lebih. Nah, di mall Neo Soho ada juga lho tempat jajan yang antrenya mirip kaya di Dufan, namanya King Mango.

Yes, King Mango merupakan salah satu jajanan yang lagi hits banget nih di ibukota. Sebagai penikmat kuliner, rasanya belom bisa dibilang gaul kalo belom coba jajanan asal Thailand ini. Berhubung masih ngetrend, jadi kita harus rela antre berlama-lama dengan para pemburu makanan yang lain. Bayangin aja, mall Neo Soho baru buka, didepan outlet King Mango sudah banyak banget yang antre. Sadiiiiisssssssss, mereka pada berangkat abis Subuh kali ya dari rumah?!

Gerai King Mango cukup mungil, hanya berupa ruang pegawai dalam meracik King Mango dan beberapa tempat duduk saja. Jumlah pegawai dengan jumlah pembeli yang antre jomplang banget. Meski para pegawai sudah bekerja cepat dan profesional, tapi tetap saja kewalahan dalam melayani antusiasme pengunjung yang ingin mencoba King Mango.

Sebenarnya King Mango itu apa sih? King Mango merupakan dessert yang berbahan dasar mangga. Disajikan didalam gelas plastik ukuran super gede, King Mango terdiri dari beberapa lapisan komponen. Pada lapisan dasar diisi dengan jus buah mangga yang banyak, lalu diberi whiped cream, snow ice rasa mangga dan terakhir diberi potongan buah mangga segar diatasnya. Rasanya seger, manis dan sangat mengenyangkan. Satu porsi King Mango dibanderol dengan harga Rp.50.000,-. Worth it...

Tugu Kunstkring Paleis adalah sebuah restoran fine dining yang tampil begitu klasik. Tergabung didalam Tugu Group, resto ini berlokasi dibilangan Gondangdia, tak jauh dari Mesjid Cut Meutia. Berdiri sejak 4 tahun lalu, Kunstkring mengedepankan gaya bangunan kuno yang masih orisinil. Ternyata disebelah kanan dari pintu masuk, terdapat sebuah coffee shop yang diberi nama Tugu Kunstkring Bakery.

Kafe mungil ini masih diisi dengan berbagai ornamen antik khas jaman kolonial. Meski hanya terdiri dari 5 tempat duduk, Tugu Kunstkring Bakery mampu memberikan rasa nyaman kepada para tamu. Wewangian aroma terapi yang tersebar disetiap sudut ruang, memberikan rasa harum yang nyaman. Perfect.

Kali ini saya ditemani dengan beberapa kudapan dan minuman yang mereka tawarkan. Pertama yang saya coba adalah Ice Coffee (Rp.48.000,-) disajikan bersama satu scoop vanilla ice cream. Rasa espresso yang berasal dari Kawi Sari coffee, terasa begitu intens dan smooth. Komponen es krimnya membuat minuman ini terasa manis dan milky.

Minuman kedua ada Ice Chocolate (Rp.48.000,-) untuk yang ini saya request agar penyajian vanilla ice cream nya dipisah. Untuk rasa ice chocolate nya sendiri cukup manis dan dark, mereka menggunakan cokelat yang ga terlalu milky. Uniknya justru ada pada vanilla ice cream nya, rasa yang mereka punya sangat berbeda lain dari yang lain. Usut punya usut, ternyata ice cream yang ada memang dibuat sendiri, jadi kita ga akan menemukan dan merasakannya di tempat lain. Kece.

Sebagai teman ngobrol, saya mencoba paket kue tradisional (Rp.25.000,-/3 pcs) saya memilih kue klepon, macho dan putri mandi. Kue kleponnya sangat empuk dan lembut, isian gula jawanya meleleh dan manis. Kue macho nya renyah dan manis gurih. Terakhir ada kue Putri Mandi yang unik. Kue ini berbahan dasar tepung beras dengan isian unti atau kelapa dengan gula jawa. Rasanya manis dan gurih, enaknya kue ini ada pada komponen siraman saus santan kentalnya. So yummy.

Pistachio Cake adalah potongan kue cokelat yang tampil cantik dengan buah strawberry sebagai garnish. Tekstur kue cukup lembut dengan sensasi kriuk kriuk dari choco chip dan kacang pistachio. Enak...

Serabi, jajanan khas Jawa Barat ini biasa disuguhkan bersama kuah kinca atau santan dan gula jawa. Kue bulat yang mirip dengan panekuk ini dimasak diatas loyang tanah liat yang dibakar diatas tungku. Rasa gurih dari kue dan manis dari kuah, membuat serabi menjadi salah satu primadona diantara jajanan yang lain.

Kini serabi tak hanya tampil dengan gaya klasik saja, ada beberapa jenis serabi lain yang kini tengah digandrungi. Sebut saja serabi aneka topping ala Bandung, Serabi gulung ala Solo dan Serabi Modern dengan varian rasa.

Satu yang cukup unik dan menarik adalah serabi khas Solo. Jika kamu ingin coba serabi ini, tak perlu jauh-jauh terbang ke Solo. Cukup dengan mampir ke jalan Sentosa Raya, Depok II Tengah, kamu akan menemukan Serabi Solo Cokrosuman.

Tempatnya hanya berupa gerai sederhana menggunakan gerobak sebagai etalase. Proses pembuatan serabi yang masih menggunakan loyang tanah liat, dapat kamu nikmati sambil menunggu pesanan.

Varian rasa yang mereka tawarkan ada 7 rasa, yaitu original, cokelat, keju, cokelat keju, pisang, nangka dan pisang cokelat. Bicara soal harga, mereka memasang harga Rp.2.500,- untuk tiap serabi. So affordable.

Tekstur serabi sangat lembut dan terasa gurih. Selain masih hangat, serabi disini pun punya rasa manis yang gak berlebihan. Aneka toppingnya cukup banyak, jadi bikin kue ini semakin enak dinikmati bersama secangkir teh atau kopi. So yummy...

KRAH Coffee & Cuisine merupakan sebuah tempat nongkrong yang terbilang baru di bilangan Bintaro, tepatnya di jalan Tegal Rotan Raya, Ciputat, Tangerang Selatan. Nama Krah sendiri diambil dari bahasa Aceh yang berarti ayo atau kata seruan untuk mengajak.

Konsep desain interior KRAH mengedepankan gaya modern minimalis yang casual dan dinamis. Logo kafe yang berada didepan, tampil begitu elegan dan senada dengan warna area depan kafe yang merupakan sebuah dapur berbentuk peti kemas.

Masih di area depan, terdapat sebuah teras yang dimanfaatkan sebagai smoking area. Meja bar dan beberapa meja kursi minimalis dijadikan sebagai tempat untuk para pengunjung dapat menikmati aneka sajian yang mereka sediakan.

Bergeser kedalam, terdapat no smoking area yang nyaman dan berpendingin udara tentunya. Satu set sofa dan kursi minimalis, jadi satu spot terbaik disini. Meski tak banyak ornamen yang menghias ruang, namun simplicity nya justru dapet banget.

Naik ke level 2, kita akan disuguhkan sebuah ruang yang didekorasi lebih dinamis. Beberapa jenis tempat duduk yang berbeda, lukisan mural dan permainan potongan jendela, jadi ornamen ruang yang membuatnya tampil begitu instagramable. Ditambah sebuah balkon pada bagian depan, membuat KRAH terasa begitu lengkap.

Kali ini saya mencoba sebuah minuman yang cukup unik dan belum pernah saya dengar sebelumnya, Teh Kocok Stasiun (Rp.25.000,-). Merupakan sebuah minuman teh, susu dan telur yang dikocok. Rasanya creamy, caramelized, pekat, manis dan sedikit amis. Unik dan kece juga.

Selanjutnya ada Kopi Susu Aceh (Rp.22.000,-). Yaitu secangkir kopi yang diseduh bersama susu kental manis. Minuman ini mirip kopi tarik, jadi hadir tanpa ampas. Rasanya cukup pekat dan manis...

PGP. Tiap orang yang ngedenger nama tempat ini pasti bakal penasaran, apa sih kepanjangan dari PGP? Menurut keterangan dari orang dalemnya, PGP merupakan nama perusahan tempat dari kafe ini bernaung. Sampai pada suatu hari timbul ide untuk membuat plesetan dari PGP itu sendiri. Akhirnya terlintas lah kata Penting Gak Penting, yang berarti kafe merupakan sebuah tempat yang gak terlalu penting, tapi bisa jadi sangat penting kalau dijadikan sebagai sarana buat ketemuan dan kumpul bareng temen-temen. Akhirnya mulai dari situ, dipakailah nama tersebut sebagai nama dari kafe ini.

Berlokasi di daerah Rempoa, tepatnya di jalan Delima Jaya nomor 40, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. PGP seperti sebuah permata yang tersembunyi di negeri antah berantah (kalau datangnya dari Depok, seperti saya hehehehe). Dari luar tampilannya sangat grande dan asri. Permainan tanaman rambat dan beberapa pohon besar, membuatnya terlihat seperti sebuah rumah mewah yang hijau.

Untuk memasuki kafe, saya harus melalui sebuah jalan yang bertuliskan quote-quote pada pijakannya. Mirip walk of fame di Los Angeles gitu (sotoy banget, kaya pernah aja nginjek walk of fame Hollywood hahahaha). Masih di area yang sama, yaitu bagian teras, terdapat beberapa tempat duduk nyantai lengkap dengan payung tenda dan beberapa kursi mungil yang menempel pada jendela. Casual dan asyik banget ambience disini, apalagi buat kamu pecinta cigarette.

Langkah saya berlanjut ke dalam. Semakin ke dalam, PGP makin berasa banget atmosfir kece nya. Gimana engga kece, desain interior dibuat semanis, senyaman dan segrande mungkin, dengan sentuhan gaya elegan. Beberapa mural dan lukisan besar, mengisi penuh salah satu sisi dinding. Sedang pada sisi lain, seluruhnya diisi dengan potongan kaca berbingkai besi hitam minimalis. Pemilihan furnitur yang dipakai menggunakan material kelas A yang pasti selain artistik, juga terasa nyaman dan hangat. Ah kece banget ini tempat.

Setelah melihat tampilan yang bikin saya betah dan berdecak kagum, ekspektasi saya mulai melambung tinggi saat membayangkan kualitas aneka menu yang akan mereka sajikan. "Kalo tempatnya aja udah asik banget kaya gini, pasti makanannya bakalan kece badai deh" prediksi saya dalam hati. Cek satu-satu menunya kuy!

Menu pertama yang saya coba adalah Steak Frites (Rp.95.000,-). Sajian ini berupa 200gr Australian Sirloin served with shoestring French fries served with mushroom sauce (beeeuuuhhh sok British banget ya, padahal copy paste dari buku menu). Well, menu steak ini punya tekstur daging yang empuk alias juicy kalo kata chef chef internesyenel mah. Rasa saus jamurnya bikin hidangan ini makin seru saat dikunyah.

Masih berbau daging, menu kedua yang saya coba adalah Steak & Egg. Kalo Steak Frites make daging sapi Australi, nah menu yang ini make daging wagyu. And you know what? Its texture so damn good and super juicy. Seasoning yang simple, berpadu dengan sunny side up yang gurih, bikin Steak & Egg ini jadi bikin nagih. Wajib coba banget.

Masih belom kenyang, saya beralih ke menu ketiga yaitu Bread & Egg. Sajiannya mirip sama Steak & Egg, bedanya peran daging digantikan sama potongan roti. Tekstur rotinya mirip bagel, jadi agak keras gitu. Porsi salad sayuran yang seger dan 2 buah telur mata sapi, ternyata bikin sajian ini sangat mengenyangkan.

Setelah beberapa menu yang kebarat-baratan, akhirnya saya nyoba menu pribumi yang katanya cukup favorit disini. Sop buntut atau bahasa kerennya mah Oxtail Soup (Rp.65.000,-). Semangkuk sup berkuah bening dengan isian sayuran dan potongan buntut sapi, tersaji bersama nasi, emping dan acar. Kuahnya seger dan ga berat, asin dan gurihnya pas. Tekstur daging pada potongan oxtailnya empuk banget. Yummy.

Banana Frappe jadi minuman yang saya coba setelah asyik menikmati aneka makanan. Minuman ini terdiri dari campuran buah pisang, cokelat dan susu. Teksturnya lembut banget, selembut kasih sayang yang kamu berikan. Rasa pisang dan cokelatnya perfect, gak saling menenggelamkan, tapi justru saling melengkapi gitu. Kece badai.

Dan sebagai penutup, Rock Latte jadi pilihan saya dalam menemani obrolan asyik sambil nunggu makanan turun. Rock Latte adalah minuman kopi yang disajikan bersama susu hangat secara terpisah, untung dipisahinnya ga jauh, jadinya mereka ga sempet kangen. Well, minuman ini cukup unik, karena espressonya disajikan dalam keadaan beku yang sengaja dilelehin make susu hangatnya. Espressonya lebih dominan sisi acidity, jadi terasa lebih enak buat diseruput menurut lidah saya. Asyik...