yudistira ishak abrar

Choco Banana Cheese dan Choco Peanut Cheese yang sama-sama seharga Rp.23.000,- ini merupakan dua jenis crepes favorit saya. Isian berupa cokelat potongan pisang dan keju udah paling juara kalo dinikmati dalam satu gigitan. Pun demikian halnya dengan modifikasi peanut butter, sensasinya jadi lebih gurih, manis dan cheezy. And i love these sweet things...

Boba atau pearl yang kerap dijumpai pada minuman bubble milk tea akhir-akhir ini menjadi tren di lini masa instragam sebagai topping sajian dessert seperti pancake, toast ataupun cake. Berangkat dari rasa penasaran, akhirnya saya berkunjung ke Benedict, karena mereka memiliki beberapa varian boba series yang sangat menarik. Kebetulan saya juga belum pernah mampir ke gerai Benedict yang berada di mall Pacific Place, jadi tanpa pikir panjang, langsung aja meluncur kesana.
Malam ini keadaan masih ramai, meskipun sudah lewat waktu jam berbuka puasa. Sempat menunggu beberapa saat, akhirnya saya kebagian tempat duduk di smoking area. Desain Benedict selalu tampil klasik dengan pencahayaan temaram kekuningan sehingga terkesan hangat. Karena saking ramainya, suara obrolan para pengunjung seperti suara dengungan lebah.
Boba Cake (Rp.60.000,-) sepotong kue yang lagi happening banget nih di kalangan foodies Jekardah. Padahal sih simple, cuma karena ada boba atau bubble nya doang sebagai tambahan topping. Untuk cake nya sendiri terbuat dari olahan brown sugar, earl grey buttercream, cream cheese froasting dan crumble. Rasa kue cukup unik dan baru kali ini nemu tone rasa yang seperti ini dilidah. Dibilang manis, engga terlalu, tapi manisnya pas. Topping boba dan gula cairnya yang bikin epic sih, juga jadi bikin level manis kuenya bertambah.
Brown Sugar Milk Tea (Rp.35.000,-) masih dalam boba series ala Benedict, kali ini ada minuman yang dibuat dari susu, teh dan gula aren dengan tambahan boba pearl dan cream. Dari tampilannya aja udah kebayang gimana rasa manisnya, jadi pas diseruput saya engga kaget bahwa rasanya bisa semanis itu. Saking manisnya, sensasi teh dan susunya jadi hanyut terbawa deras arusnya si gula aren.
Key Lime Pie (Rp.45.000,-) sepotong kue yang basicaly kue pie dengan lapisan aneka jeruk dan meringue sebagai topping. Paduan jeruk nipis curd dan jeruk medan jelly, sukses mengantarkan rasa asem nyegerin yang sangat khas dan kuat saat disantap. Lapisan meringue agak amis, jadi kurang cocok untuk lidah saya dan akhirnya engga saya habiskan. Lapisan crumble nya agak mudah hancur, tapi rasanya cukup enak. Kalo aja meringue nya engga amis, pasti bakalan seger banget deh kue ini.
Chocolatea (Rp.55.000,-) minuman yang disajikan didalam rock glass ini bisa dibilang mirip es krim cokelat yang dicairkan. Baik tekstur dan cita rasanya tuh udah seperti es krim yang mencair banget. Tapi ada sentuhan rasa uniknya nih, jadi seperti ada tambahan aroma earl grey yang kuat serta cita rasa teh yang pekat. Campuran antara manis eskrim, susu, cokelat dan teh berpadu dalam tiap seruputan...

Mereka akhirnya ngeluarin menu baru yaitu Sirloin Cheese Original (Rp.34.000,-) bedanya sama menu yang biasa adalah sausnya, kalo biasa menggunakan saus steak kali ini menggunakan saus olahan keju gitu. Kalo sirloinnya sendiri sih masih sama, yaitu daging sapi berbalut tepung crispy. Side dish nya pun masih sama, terdiri dari kentang, wortel dan buncis. Rasanya bikin saya bernostalgia sama masa lalu nih. Jadi inget jaman SMA dulu. Time flies so fast...

Buka puasa pake donat dari Mokko Factory lumayan juga nih. Beli setengah lusin Rp.42.000,- atau lebih hemat 3.000 kalo beli satuan. Kali ini saya cobain white choco berry, blueberry cream, chocolate crunch, green berry bear, choco in red dan vander glaze. Tekstur donatnya cukup empuk dan engga terlalu padet. Aneka toppingnya manis-manis, saya paling suka yang white choco berry.
Sebagai pelepas dahaga, saya juga cobain ice blueberry tea. Yaitu segelas minuman teh dengan tambahan cita rasa buah blueberry. Rasanya asem, manis dan nyegerin khas buah beri biru. Cocok deh buat buka puasa mah. Segeeeeerrrrrrr..:

Dapur Wonogiri berdiri diatas lahan yang cukup luas. Sebelumnya disini merupakan bekas restoran seafood bernama Kampoeng Dermaga. Kalau dulu bernuansa Bali dengan konsep kapal pesiar, kini desain ada beberapa yang dibiarkan tetap sama dan ada yang sedikit diubah dengan gaya tradisional. Area depan yang tadinya tempat dipajangnya aneka ikan segar, sekarang disulap menjadi seating area bergaya lesehan.
Saung-saung private yang dulu kental akan nuansa Bali masih ada, hanya tampilannya kini jadi lebih sederhana. Fasilitas musholla, stop kontak dan area parkir yang luas menjadi nilai lebih dari tempat ini. Mungkin kalau kamu ingin mengadakan acara gathering atau meeting dalam jumlah besar, Dapur Wonogiri ini sangat siap menampung karena memang kapasitas tempat duduknya cukup banyak.
Paket Ayam Super (Rp.28.000,-) selain sepotong paha ayam yang dibakar, dalam menu paket ini juga sudah termasuk nasi, dua jenis sambal dan lalapan. Bumbu ayam tidak terlalu meresap kedalam daging, sehingga rasa yang dihasilkan cenderung hambar. Meskipun demikian, saya masih bisa menikmatinya dengan bantuan cocolan sambal yang disajikan terpisah.
Ikan Nila (Rp.26.000,-) meskipun bukan penggemar ikan, tapi kali ini saya tergoda untuk memesannya. Tampilan Ikan Nila yang digoreng garing dengan balutan tepung berbumbu ini bisa dibilang kurang begitu menggoda. Dari warnanya terlihat ikan dimasak agak terlalu matang yang berdampak pada daging yang sedikit kering. Meski bumbunya cukup terasa, hanya buat saya menu ini cenderung biasa aja.
Tempe Goreng Tepung (Rp.10.000,-) terdiri dari tiga potong tempe yang digoreng mirip mendoan. Irisannya sedikit tebal dengan beberapa bagian tepung yang crispy dan beberapa bagian lainnya kurang. Saya harus mencocolnya kedalam sambal dan kecap supaya lebih bercita rasa pedes-pedes manis.
Juice Alpukat Float (Rp.16.000,-) teksturnya tidak terlalu kental tapi juga tidak terlalu encer. Komposisi alpukatnya tidak se-creamy yang dibayangkan, meskipun sudah ada tambahan satu scoop chocolate ice cream. Manisnya berasa, hanya memang agak kurang nendang aja...

Selain terkenal sebagai salah satu pusat mode dunia, Italia juga terkenal akan aneka kulinernya yang khas. Sebut saja pizza, pasta dan risotto. Ketiganya begitu mendunia sehingga tak hanya digemari di negeri asalnya, tapi juga oleh warga luar termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri ada beberapa restoran cepat saji penyaji menu khas ltalia yang sudah sangat terkenal. Tapi kalau kamu ingin makan restoran Italia versi bintang lima, coba aja mampir ke Oso Ristorante yang berada di Altitude-The Plaza lantai 46, Thamrin, Jakarta.
Karena berada di ketinggian, maka pemandangan ibukota lah yang menjadi salah satu daya tarik pengunjung yang datang. Dari sini kita bisa menikmati hiruk pikuk jalan MH. Thamrin, juga belantara kota Jakarta yang tampak metropolitan. Desain interior menerapkan gaya klasik yang tampak begitu mewah juga berkelas. Pemasangan lampu-lampu kristal pada langit-langit yang tinggi sangat kontras dengan pemilihan kursi-kursi empuk berlapis bahan berwarna teapot blue dan meja-meja yang diberi taplak putih susu. Satu sisi ruang dipenuhi dengan pigura tak beraturan yang justru membuatnya tampak begitu cantik.
Malam ini saya menikmati menu set mulai dari appetizer, maincourse dan dessert. Sebagai menu pembuka, ada menu yang bernama Porcini Mushroom Soup. Saya suka dengan teksturnya yang creamy dan warnanya yang kontras antara hijau pekat serta putih roti dibagian tengahnya. Rasa jamurnya sangat kuat dengan sensasi gurih yang pas dengan selera saya.
Berlanjut ke menu pasta, ada Tarconeli Pasta with Pink Crab Sauce. Tekstur pasta ada sebagian yang belum matang sempurna, namun ada juga yang sudah matang dengan baik. Saus kepitingnya memberikan sensasi creamy dengan cita rasa manis, sedikit asin dan gurih. Saya baru kali ini mencicipi pasta dengan siraman saus kepiting dan menurut saya cukup ngeblend.
Memasuki hidangan utama, kali ini saya memilih Red Tuna Tagliata. Tidak seperti ekspektasi saya, menu ini tampak kurang cantik dalam cara penyajiannya. Daging ikan tuna dimasak terlalu matang, jadi sensasi juicy nya hilang dan membuatnya terasa kering. Padahal kalau dari dressing sauce nya saya sih suka, karena menyuguhkan cita rasa manis, asem dan nyegerin banget. Entah kenapa saya selalu suka sama konsep makanan gurih dengan saus yang manis seperti ini.
Dan sebagai hidangan penutup, saya mencoba Panna Cotta Della Casa. Cara penyajiannya cukup artistik dengan potongan buah segar, edible flower, red velvet crumb dan saus selai. Tekstur panna cotta nya cukup padat namun tetap kenyal dan lembut. Rasa manis dan sensasi vanilla pas, saya suka. Apalagi ada tambahan saus yang bercita rasa asam dan potongan buah tropis yang membuat dessert ini terasa menyegarkan...