Fannie Huang||IG:@fiehuang

Glosis merupakan salah satu restoran makanan Western yang telah beroperasi lebih dari 20 tahun yang lalu. Tempat ini juga senpat populer pada masanya.

Di masa New Normal, Glosis menyediakan menu makanan siap saji yang dijual dalam kondisi beku dan bisa dipanaskan kalau ingin dikonsumsi, jadinya bisa dimakan kapan saja dan praktis.

Saya sendiri mencoba memesan salah satu menu melalui aplikasi marketplace.

Saya mencoba :

1. Beef Stroganoff (IDR 70k)

Waktu saya beli harganya lagi super murah, cuma 10k aja . Harga aslinya sendiri 70k.

Porsinya benar-benar mengenyangkan dan nasinya banyak. Bisa dilihat di foto, 2 tempat isinya nasi semua.

Saya sendiri menghangatkan dengan cara dikukus karena tidak punya microwave, berbeda dengan cara panduan. Namun rasanya tetap enak.

Tingkat kematangan nasinya pas karena pada dasarnya memang bukan jenis nasi yang pera dan keras.

Untuk sapinya sendiri sangat lezat. Padahal biasanya saya tidak begitu suka sapi dalam masakan, namun saya malah suja dengan sapi ini karena teksturnya yang sangat empuk dan bumbunya sangat meresap.

Potongan jamurnya sangat banyak dan renyah serta gravynya yang gurih dan kekentalannya pas.

Sangat puas dengan menu yang satu ini dan recommended untuk dicoba.

Sebelumnya penasaran sama cake yang satu ini, namun belum sempat beli karena lagi nggak ke daerah sana.

Pas banget pagi ini nemu cake to go yang lagi promo di salah satu aplikasi Market Place dan jadinya cuma 10k aja.

Saya mencoba :

1. Cake To Go - Pierre (IDR 55k)

Harga aslinya 55k, namun masih cukup affordable.karena kemasannya pun cantik dan bisa digunakan kembali.

Isinya merupakan krim dark chocolate dengan bolu dan sejenis chocolate crumb. Bolunya cukup moist namun tidak terlalu terasa karena krim maupun choco crumb yang lebih dominan.

Namun krim.coklatnya sendiri tidak manis berlebih, melainkan cenderung bittersweet karena menggunakan dark chocolate 60%.

Ukuran toplesnya juga lumayan besar, saya bahkan sharing berdua.

Selain itu tempat ini juga berusaha mengurangi plastik dengan menyediakan garpu kayu untuk menyantap kue.

Resto ini merupakan salah satu hidden gem di kawasan Jakarta Pusat menurut saya. Meski restoran ini tidak populer, namun sangat layak untuk dicoba.

Harga menu di sini tergolong affordable untuk ukuran masakan Manado dan porsinya juga sangat mengenyangkan.

Saya mencoba :

1. Paket Tinoor 2 (IDR 40k)

Satu paket berisi nasi putih, ayam (opsinya rica atau woku, saya pilih ayam woku), sayur (opsinya acar, kangkung atau tumis bunga pepaya, saya milih kangkung), perkedel jagung, sup brenebon dan sambal dabu-dabu serta sambal rica.

Menurut saya harganya sangat affordable karena porsinya sangat besar dan saya bahkan bisa makan 2x. Supnya sampai bisa disisakan buat besok.

Nasinya pulen dan ayam wokunya beneran sungguhan enak, dimakan begitu saja sudah terasa lezat. Ayamnya pun empuk dengan bumbu yang meresap hingga ke daging ayam. Rasa daging ayamnya sedikit manis dengan perpaduan rasa pedas dan gurih dari rempahnya.

Kangkungnya terasa pedas dan gurih serta teksturnya cenderung renyah tetapi tidak alot. Dimakan begitu tanpa nasi maupun sambal sudah enak.

Perkedel jagungnya sedikit oily, namun lumayan renyah dan masih ok karena rasanya asin gurih, tidak plain. Bagian dalamnya juga cukup moist.

Untuk sup Brenebonnya, aromanya wangi dan rasanya sangat lezat. Sebelumnya saya pernah makan di resto lain dan saya tidak suka. Isinya terlalu banyak kacang merah dan cenderung manis dengan tekstur kuah yang kental, saya bahkan tidak sanggup memakan isiannya karena sangat tidak sesuai selera.

So, saya sedikit nekat dengan mempersiapkan kemungkinan terburuk karena mencium aroma supnya yang wangi dan saya yakin gurih. Ternyata, saya berakhir dengan sangat menikmati sup ini.

Isian supnya nggak kebanyakan kacang merah, jadinya nggak kemanisan. Isiannya ada samcan babi yang tidak berbau amis, sedangkan rasa supnya cenderung gurih.

Bahkan sambalnya juga enak, rasanya asin gurih dan pedasnya juga pas dengan minyak dan aromanya wangi meski hanya dicium dari plastiknya.

2. Sate Babi Rica (IDR 12k/tusuk)

Babinya tidak berbau dan cukup empuk dengan bumbu rica yang kaya rasa. Ukuran satenya super besar, jadinya makan sepotong saja juga cukup mengenyangkan.

Personally saya suka banget sama sate ini, bahkan dibandingkan sate babi Ragey.

3. Sate Babi Ragey (IDR 15k/tusuk)

Ukuran satenya super besar, sepertinya 2x lipat dari sate biasa gitu. Untuk sate ini ada lemaknya, jadi nggak full daging.

Aroma bakaran dari satenya wangi dan strong, bahkan saat dibuka dari plastiknya. Setelah dimakan pun masih ada rasa smokeynya dengan rasa yang cenderung sedikit asam dan sedikit hint rasa gurih.

Sayangnya berhubung saya kurang suka lemak babi, saya kurang menikmati sate ini karena potongan lemaknya besar dan ada aroma yang kurang enak buat saya yang memang kurang suka lemak. Namun kalau kalian suka lemak babi bakal suka banget sama ini.

Satu hal yang saya suka, tempat ini juga cukup memperhatikan kebersihan. Disediakan sendok plastik dengan dibungkus tisu dan diberi plastik untuk take away.

Beberapa waktu yang lalu berkunjung ke ACTA Brasserie bareng kenalan. Lokasinya sendiri terletak tidak jauh dari Hotel Mulia, tidak jauh dari area menuju kompleks PLN.

Tampaknya tempat parkir di dekat resto terbatas sehingga hanya menyediakan opsi valet berbayar atau di area GBK, namun perlu berjalan kaki beberapa menit.

Saya datang di sore hari bersama beberapa kenalan dan tempatnya memang cukup nyaman buat nongkrong dengan musik yang diputar cukup keras.

Saya mencoba :

1. Grilled Chicken Caesar Salad (IDR 85k)

Surprisingly porsinya besar dan bahkan bisa share berdua atau lebih. Sebenarnya saya bukan penggila salad, namun saya bahkan sampai menghabiskan salad ini.

Menurut saya harganya sangat affordable jika dibandingkan rasa, kuantitas dan ambiancenya yang memang nyaman.

Sayur yang digunakan segar dengan telur yang lembut hingga seolah meleleh di mulit serta bagian tengah yang tidak kering, melainkan sedikit moist dan sama sekali tidak berbau amis. Nggak nyangka telurnya seenak ini, padahal biasanya saya prefer telur matang.

Selain itu juga ada tomat ceri yang terasa manis, ayam panggang tanpa kulit dengan rasa asin gurih yang meresap dan grilled smoked beef yang tidak benar-benar kering juga tidak asin berlebih sehingga masih bisa dinikmati.

Saus caesar juga cukup banyak dan rasanya endul.

2. Wagyu Burger (IDR 150k)

Ini pesanan kenalanku, nggak kufoto namun aku dikasih cicip dagingnya.

Dagingnya empuk dan juicy dengan rasa manis yang cukup meresap. Namun kalau kurang suka manis sebaiknya dimakan dengan bun nya.

Aku sendiri makan begitu aja dan merasa terlalu manis, akhirnya kumakan pakai selada dari saladnya.

Siang ini berkunjung ke Pidari Lounge bareng beberapa foodies. Lokasinya sendiri bersebelahan dengan Plataran Tiga Dari.

Untuk akses ke tempat ini bisa melalui gate 5 GBK, lokasinya ada pos gitu di sebelah kanan dan ada free valet parking juga.

Ambiencenya beneran nyaman dan pas baut nongkrong. Seating areanya ada outdoor, indoor dan bahkan di area rooftop yang available buat dine in mulai dari jam 4 sore. Sebelum jam 4 bisa mampir buat foto-foto.

Untuk pelayanan juga bagus, ramah dan responsif serta waktu penyajian cukup cepat. Bahkan tanggap menyediakan tempat tas dan amplop coklat untuk meletakkan masker. Di luar dining area juga wajib bermasker.

Saya mencoba :

1. Pelangi Senayan (IDR 60k)

Tertarik mencoba minuman yang satu ini karena warnanya yang cantik. Minuman ini merupakan perpaduan grenadine, orange juice, susu dan Pepsi.

Minuman disajikan dengan es yang banyak sehingga terasa segar dan sangat memuaskan dahaga.

Perpaduan rasanya juga pas, tidak terasa manis berlebihan dengan rasa asam dan manis, sedikit mengingatkan akan rasa Y*kult.

Saya sendiri kurang suka soda, namun saya suka minuman ini.

Rasa soda dari Pepsinya tidak terasa sama sekali sehingga tidak meninggalkan sensasi gas yang perih dan membuat tidak nyaman buat saya. Tampaknya Pepsi di minuman ini digunakan untuk menguatkan rasa asamnya.

Selain itu juga disajikan potongan jeruk sunkist yang terasa segar namun terasa manis ketika dimakan.

Overall, saya sangat merekomendasikan mocktail yang satu ini untuk dicoba. Harga sangat worth it dibanding rasa.

Salah satu kedai ayam geprek yang saya pesan via ojek online dan rasanya nggak kalah enak dibanding ayam geprek terkenal lainnya.

Sejujurnya malahan saya merasa sangat cocok dengan rasanya walau saya sebenarnya bukan fans berat ayam geprek.

Saya mencoba :

1. Jamur Geprek (IDR 6.500)

Saya pesan level 0 dan disajikan dengan saus asam manis yang lezat. Sausnya tidak terlalu kental maupun cair dan semakin enak kalau dijadikan cocolan buat jamurnya.

Porsi jamurnya cukup banyak dan tepungnya tebal serta renyah. Meski dimakan lagi beberapa jam sesudahnya, jamur masih tetap renyah dan tidak alot.

Selain itu meski dimakan tanpa saus sudah cukup enak karena rada tepungnya cenderung asin gurih berpadu dengan lada yang sedikit pedas.

2. Geprek Mozzarella (IDR 29.500)

Sebenarnya sih saya kepengen makan ayam geprek pakai nasi, cuma salah mesen, jadinya ga pake nasi.

Ayamnya sendiri cukup besar dan dagingnya tidak berair dengan tepung yang renyah dan gurih.

Saya pesan level 1 dan pedasnya juga pas. Keju mozzarrellanya lumayan terasa dan ada telur dadar yang lumayan lembut serta tidak berbau amis dan asin gurih, tidak hambar.

Selain itu juga ada kremesan yang renyah dan gurih, jadinya makin enak.

So far, saya puas banget sama makanan di sini. Lain kali bakal pesen lagi kalau saya pengen ayam geprek.