Fannie Huang||IG:@fiehuang

Romansa terletak di deretan kafe di kawasan jalan Agus Salim. Seating areanya terdiri dari lantai 1 & 2 dan cukup nyaman untuk bersantai.

Sistem pemesanannya sendiri agak unik. Menu langsung di-scan dan kita harus chat via WA. Di 1 sisi sungguhan contactless, namun di sisi lain malah agak rumit karena pengunjung jadi harus standby WA terus, berjaga-jaga in case adminnya balas chat.

Saya mencoba :

1. Brownies (IDR 25k)

Browniesnya tergolong murah menurut saya. Ukurannya cukup besar dan harganya cuma 25 ribu.

Dari segi rasa, termasuk oke untuk harga segini. Saya ga expect browniesnya bakal coklat banget, tapi seengaknya ada rasa coklatnya.

2. Sexy Blue (IDR 35k)

Teh yang satu ini merupakan artisan tea, kombinasi bunga telang dan bahan lainnya dengan aroma dan rasa unik. Tehnya disajikan dalam wadah french press.

Namun tehnya tidak bisa refill air panas sama sekali. Harganya agak pricy menurut saya karena tehnya bahkan tidak disajikan dalam 1 teko yang dari segi ml seharusnya lebih banyak.

Overall, kalau saya balik lagi, kemungkinan pengen coba main course maupun minuman lainnya.

Fook Yew merupakan salah satu restoran China yang telah beroperasi selama lebih dari 5 tahun di Grand Indonesia. Restoran ini tidak menyajikan pork dan alkohol sehingga aman buat yang muslim.

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya mencoba restoran ini. Saya sendiri sudah mencoba di tahun 2015 dan opsi menu untuk saat ini jauh lebih variatif dan banyak perubahan menu.

Dekorasinya juga sedikit berubah. Dulu ada patung kucing berukuran besar yang terlihat ketika akan memasuki resto.

Saya mencoba 2 menu di sini, yakni :

1. Nasi Campur (IDR 74k)

Nasi yang digunakan menggunakan nasi hainam dengan topping ngohiong, bebek panggang, charius dan siomay yang cukup banyak serta kuah.

Rasa nasi hainamnya enak. Nasinya pulen dan wangi. Selaim itu juga disiram saus hoison yang gurih. Siomaynya cukup enak, dagingnya terasa dan nggak kenyal berlebih karena kebanyakan tepung.

Saya juga suka banget bebek panggangnya. Jarang menemukan bebek panghang yang begini. Kulitnya renyah dan gurih, bebeknya empuk dan nggak berbau.

Nggak cuma itu, ngohiongnya pun gurih dan kulitnya renyah, namun nggak oily. Untuk charsiunya, sepertinya pewarna merahnya bukan pakai pewarna makanan yang warnanya pink aneh gitu. Rasanya manis dan dagingnya nggak kering.

Rasanya beneran enak banget dan porsinya besar. Saya bahkan bisa share ini berdua. Menurut saya, ini salah satu menu yang super recommended untuk dicoba.

2. Mi Goreng Shanghai (IDR 61k)

Porsinya cukup besar, namun sayangnya not my favourite. Tekstur mienya memang pas, nggak terlalu soft. Sayangnya rasa mienya terlalu manis meski masih ada rasa gurihnya.

Untungnya disediakan minyak cabai di atas meja sehingga bisa menetralisir rasa manisnya.

Siang ini saya mampir ke sini bareng temen dari luar kota. Saya sendiri sudah pernah mampir di cabang Melawai dan menurut saya rasanya beneran enak.

Untuk tempatnya sendiri, kalau boleh jujur saya lebih recommend mampir ke cabang Melawai. Di cabang ini tempatnya kecil dan cenderung sempit. Dining areanya ada di lantai 2 dan untungnya ber-AC sehingga nggak panas. Jarak mejanya juga nggak berdesakan banget dan batas waktu dine in adalah 60 menit.

Namuj jujur saya agak deg-degan naik turun tangganya yang sempit. Apalagi saya obese. Untungnya gapapa. Saya salut sama waiter dan waitress yang sudah terbiasa naik turun tangga sambil mengantar makanan.

Saya mencoba :

1. Claypot Siram Telur Mentah Sapi (IDR 30k)

Seporsi berisi nasi dengan potongan daging sapi, wortel dan jagung serta telur mentah di atasnya dan saus kental. Saya sendiri sengaja mengaduk dan rasanya bercampur ke nasi. Telurnya nggak berbau amis.

Sapinya empuk dan lumayan gurih. Porsinya juga mengenyangkan. Sayangnya rasa saus kentalnya cenderung hambar. Rasanya kurang gurih, saya sampai menambahkan minyak cabe dalam jumlah banyak untuk menambah flavour. Entah kenapa rasa minyak cabenya juga kurang terasa pedasnya. Padahal saya bukan orang yang tahan pedas. Indra perasa saya juga baik-baik saja karena sesudahnya saya makan makanan pedas di tempat lain dan saya merasa kepedasan.

Saya sendiri sudah mencoba menu yang sama di cabang Melawai, hanya bedanya saat itu saya pilih yang telur matang. Rasanya sungguhan enak dan gurih.

Overall, kalau saya harus ke Claypot Popo lagi, rasanya saya prefer ke.cabang Melawai saja. Tempatnya lebih nyaman namun rasanya lebih oke.

Kebetulan saya liat post di Instagram dari resto ini ,& akhirnya memutuskan pesan buat dinner via delivery apps. Buat sambalnya bisa pilih salah satu; sambal matah atau kecombrang.

Nasinya juga ada 2 pilihan, nasi putih atau nasi jeruk. Kalau milih nasi jeruk, ada additional fee sebesar 6k.

Saya mencoba :

1. Sinful Bowl 1 (IDR 73k)

Seporsi berisi nasi putih, sambal matah, crispy pork belly, bacon dan telur dadar. Pork bellynya beneran banyak, bahkan sampai full.

Potongan pork bellynya cukuo tebal dan memang renyah di bagian atasnya. Selain itu babinya pun nggak berbau dan nggak alot.

Sayangnya, mungkin ini tergantung selera. Rasa babi panggangnya sendiri kalau dimakan begitu aja cenderung terasa manis, bukan gurih. Kalau pakai sambal jadi menetralisir manisnya. Namun sebetulnya saya kurang suka sambal kecombrang maupun sambal matah, jadi prefer icip aja sambalnya & makan babinya pakai nasi. Untung naainya pulen dan hangat.

Selain itu juga ada dried bacom yang menambah rasa gurih dan telur. Telurnya nggak.amis, namun rasanya agak manis juga. Telurnya cenderung moist namun teksturnya lembut.

Overall, mungkin ini tergantung selera. Rasanya oke, namun mungkin memang bukan preferensi saya (saya kurang suka manis dan bawang). Kalau kalian suka manis atau suka sambal pakai bawang, mungkin bakal suka.

Sejak pertama kali mendengar soal resto ini di masa sebelum pandemi, Kam's Roast merupakan salah satu resto wish-list saya. Saya tertarik menikmati rasanhidangan dari restoran Michelin Star.

Keinginan saya akhirnya terwujud siang ini. Seorang teman birthday treat di restoran ini.

Kami datang bertiga dan langsung mendapat meja. Waktu penyajian makanan cukup cepat meski saat itu sedang full occupancy. Pelayan juga responsif ketika kami meminta peralatan makan.

Sayangnya, saya rasa ini perlu diperhatikan. Saya dan salah satu teman sudah berhenti makan, sedangkan satu teman kami masih makan. Di atas meja masih ada piring berisi beberapa potong bebek. Namun waitress sudah mengangkat piring dan sumpit saya dan teman.

Memang sih, sebelumnya udah ngabarin dan si teman sudah mengiyakan, namun tetap saja rasanya nggak nyaman. Maksud saya, main course di atas meja belum habis. Saya rasa sebaiknya jangan mengangkat piring customer kalau main course di atas meja belum habis.

In the end, teman saya nggak bisa menghabiskan bebek. Karena sumpit saya sudah diangkat, terpaksa saya pakai sendok. Soalnya ribet minta sumpit lagi.

Saya mencoba :

1. Nasi Hainam

Jujur, rasa nasi hainam ini benar-benar sangat enak. Nasinya pulen dan aroma serta rasa jahenya cukup terasa. Selain itu rasanya cenderung manis gurih.

Nggak semua nasi hainam.di restoran rasanya enak. Beberapa kali saya menemukan yang rasanya bland. Namun yang ini sungguhan enak.

2. Marinated Tofu

Kulit tahunya terasa renyah dengan bumbu kecap yang asin gurih dan cukup meresap. Namun saya suka tahunya. Teksturnya lembut dan terasa aroma dan rasa kedelainya, namun renyah di permukaan.

3. Upper 1/4 Roast Duck

Daging 1/4 di sini ada bagian upper dan lower. Kalau upper bagian dada, sedangkan lower bagian paha.

Potongan dagingnya cukup banyak bahkan untuk bertiga. Jujur, kulit bebeknya nggak super renyah dan ada saus yang mirip saus hoisin namun rasanya nggak terlalu strong.

Bebekmya empuk dan sausnya membuat rasanya jadi gurih meski ada potongan bebek yang sedikit beraroma meski acceptable.

4. Roasted Pork

Roasted porknya empuk dan tidak terlalu berlemak. Potongannya tebal sehingga tekstur dagingnya terasa.

Kulitnya cukup renyah, namun rasa daging babinya cenderung tawar kalau dimakan tanpa saus. Rasanya not bad, namun karena saya sudah menemukan yang lebih enak di mana rasa dagingnya sendiri ber-flavour meski dimakan begitu saja, saya merasa ini bukan yang terenak.

Overall, makanannya cukup oke. Sayangnya, saya terlanjur berekspektasi super tinggi karena ini restoran Michelin Star. Rasanya cukup enak, namun bukan sangat enak.

Jika saya berkesempatan berlibur ke Hongkong, saya malah jadi ingin mencoba di negara asalnya dan compare.