N.A.

Saya merekomendasikan tempat makan ini untuk mereka yang mencari hidangan hangat untuk sore atau malam hari. Tempat makan ini berlokasi di Jalan Sulanjana, bersebelahan dengan Javan Steak dan sebuah coffee shop yang saya lupa namanya. Tempatnya sih sangat biasa, tidak luas, dan seatnya terbatas. Tak jarang tempat duduknya sudah terisi peuh sebelum restorannya buka pada pukul 5 sore. Yang paling saya suka dari restoran ini adalah pelayanannya yang hangat dan ramah.  Cicinya bahkan tidak sungkan untuk say hi ke semua visitornya.  

- Nasi Buncis Cah Sapi (31K)
Menu ini berupa nasi dengan lauk berupa daging sapi cincang dan sayur buncis yang disajikan dan dimasak dengan menggunakan pot tanah liat. Saya sih suka banget nasinya yang pulen, wangi, dan cendrung lembek. Nasinya disajikan dalam kondisi yang panas dan proses cooking-nya akan terus berlanjut karena claypot-nya merupakan konduktor panas sehingga kalornya tersimpan lebih lama, alhasil lapisan kerak nasi akan sangat gampang terbentuk, bagi saya lapisan kerak inilah bagian terbaik dari menu ini. 

Daging sapi cincangnya sih lumayan royal dan buncisnya segar dan empuk. Overall, seasoning menu ini sih cendrung minimalis, saya sih seringkali nambahin chili-oil untuk menambahkan sensasi yang sedikit lebih pedas.  

Akhir-akhir ini agak sering makan di tempat ini karena steak-house ini memiliki deals di salah satu travel agent yang juga menjual voucher makanan. Tempatnya sih masih bertahan dengan konsep vintage classic-nya, dengan tempat yang berisik, namun dengan suasana kekeluargaan yang hangat.

- Suis Prime Sirloin Steak (95K)
Jika ke Suis Butcher sebaiknya memang memesan menu primenya karena harganya yang tidak terpaut jauh dibandingkan menu standarnya (classic), namun memiliki kualitas daging yang jauh lebih OK, daging yang digunakan menggunakan Sirloin Lokal Premium. Saya memesan steak dengan doneness medium yang sayangnya agak overcooked, tapi untungnya masih sangat bisa saya nikmati. Dagingnya fresh, empuk, dan juicy. 

Steak yang saya pesan disajikan bersama Lyonaise Potato--olahan kentang goreng khas Lyon, Prancis. Saya sih suka banget olahan kentang seperti ini, kentangnya menjadi empuk dengan citarasa yang rich dari bawang dan jus dari dagingnya. Sumber vitamin dari menu ini datang tumis buncis yang segar. Sebagai condiment saya memilih saus mushroomnya yang OK banget. 

- Orange Float (22.5K)
Minuman berupa jus jeruk yang ditambahkan es krim vanilla ini cocok banget untuk disajikan sebagai penyegar setelah menikmati steak sekaligus untuk meminimalisir lemak yang masih tertinggal di mulut. 

Sama seperti Sumeragi yang tepat berada di sebelahnya, kafe ini terlihat sangat mungil dan biasa dari luar, padahal bagian dalam dari kafe ini lumayan luas dan well-designed. Aspek kenyamanan juga tak luput dari perhatian, tempatnya nyaman, lumayan OK untuk berlama-lama.

- Irish Cafe Latte (39K)
Basically, minuman merupakan latte biasa dengan penambahan liquor--biasanya sih whiskey. Pada minuman ini sih digunakan essens untuk menghadirkan citarasa liqournya. Walaupun hanya menggunakan essens atau krimer. Penambahan liqour ini jelas memperkaya citarasa cafe latte-nya yang memang sudah cukup creamy, Latte nya menjadi lebih creamy dengan sedikit hint rasa manis kepahitan dari essens whiskey-nya. Saya sih sangat menikmati minuman ini.  

- Almond Croissant (22K)
Croissant di tempat ini tidak senikmat kopinya sih, croissantnya terlalu kopong. Croissant-nya agak terlalu tasteless dan mentega di bagian dalamnya kurang generous. Untungnya, kulit croissant-nya renyah dan almond nya lumayan generous.

Cafe yang lokasinya tidak jauh dari bandara Husein ini saya jadikan sebagai tempat breakfast atau brunch sembari menunggu arrival orang tua saya, tinggal buka flightradar24, tunggu aircraftnya landing, baru berangkat ke bandara, ga nyampe 10 menit juga nyampe. 

Dari segi tempat, cafe ini sangat impresif. Saya salut dengan owner cafenya yang mampu menyulap rumah tua menjadi cafe super cozy. Saya sih paling suka bagian indoor yang dekat jendela serta bagian outdoor yang menghadap ke arah halaman belakang. Cafe ini cocok untuk berbagai keperluan, bisa untuk hal-hal serius karena kafe ini lumayan tenang, tersedia WIFI dan colokan, kegiatan santai juga bisa banget. All in one package deh!

- Old School Benedict (40K)
Egg Benedict di tempat ini menggunakan basis roti sourdough yang ditoast. Roti ini memiliki citarasa yang memang agak sedikit asam dibandingkan roti biasa. Proses toasting dengan butter membuat basis rotinya menjadi wangi dan crispy yang dipadukan dengan creaminess dari Hollandaise Sauce. Citarasa menu ini juga diperkaya oleh crispiness dari smoked beefnya dan pouched egg yang perfectly cooked. Perpaduan antara pouched egg dan hollandaise sauce jelas merupakan perbaduan yang sangat berat, tumis bayam dengan spice khas Indonesia dengan citarasa dan aroma yang kuat dan fresh vegetables salad untuk ditambahkan untuk menyeimbangkan rasa. Two thumbs up for this menu!

- Es Kopi Amer (33K) Basically menu ini merupakan es kopi dengan penambahan essens anggur merah, hanya essens sehingga tidak mengandung alkohol. Untuk menguatkan branding menunya, minuman ini disajikan dengan menggunakan botol kaca. Citarasanya menurut saya sangat unik, perpaduan antara espresso, susu, dan essens anggur merahnya sangat singkron, bahkan saya sempat mengira kalau minuman ini menggunakan anggur merah beneran sebelum tau kalau yang digunakan hanya essens karena saking miripnya. Bakalan pesan menu ini lagi deh kalo kesini lagi.